NSBPB (Narasumber Berbagi Praktik Baik) merupakan salah satu dari 6
dukungan Kemendikbudristek bagi satuan pendidikan dalam menerapkan Kurikulum
Merdeka jalur Mandiri. NSBPB adalah para guru/tutor/pendidik lainnya atau
kepala sekolah/satuan pendidikan yang telah memiliki praktik baik terkait
implementasi Kurikulum Merdeka maupun prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka. Kesempatan menjadi Narasumber
Berbagi Praktik Baik membawa saya pada banyak momen yang tidak akan dapat
terlupa. Bertemu banyak orang dalam berbagi praktik baik semakin menguatkan
saya bahwa dengan berbagi praktik lain langsung selain menguatkan refleksi kita
namun, dapat memberikan referensi praktik baik terutama dalam proses
pembelajaran kepada para pendidik. Salah satu kesempatan itu ketika saya diberi
kesempatan untuk memenuhi undangan BGP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai
fasilitator dalam kegiatan Pelatihan dan Pendampingan Penerapan Pembelajaran
Berdiferensiasi bagi Guru Jenjang Sekolah Dasar Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 20 sampai 23 Oktober 2023 lalu bertempat
di Hotel Santika Bangka Tengah.
Pelatihan dan Pendampingan yang berlangsung
selama 4 hari ini merupakan bagian dari bentuk dukungan BGP Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung untuk memperkuat pemahaman para guru jenjang Sekolah Dasar dalam
menerapkan pembelajaran berdirefensiasi. BGP Provinsi Kepualauan Bangka
Belitung dalam kegiatan ini berkolaborasi dengan BGP Provinsi Jambi. Ibu Nenden
dan Ibu Rosi berasal dari BGP Provinsi Jambi menjadi narasumber dalam
pengembangan modul ajarnya. Selain itu,
hadir pula NSBPB dari Bangka Selatan, Ibu Wistri sebagai patner saya dalam
berbagi praktik baik penerapan pembelajaran berdiferensiasi.
Selama 4 hari, 48 peserta guru muda jenjang
SD yang berasal dari 7 Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
mendapatkan materi dari narasumber terkait dengan refleksi bersama proses pembelajaran
yang telah dilaksanakan, mengapa pembelajaran berdiferensiasi menjadi pilihan
dalam proses pembelajaran, penguatan pemahaman tentang pentingnya memetakan kebutuhan belajar murid, dan merancang modul
ajar pembelajaran berdiferensiasi. Setelah itu, para peserta bersama
fasilitator mempersiapkan modul ajar yang telah dirancang sesuai dengan
kebutuhan sekolahnya masing-masing. Sesi terakhirnya para peserta melakukan
simulasi mengajar untuk mempraktikkan modul ajar yang telah dirancang pada sesi
sebelumnya.
Sebagai fasilitator dalam kegiatan ini, pada
awal pertamuan saya mendapat banyak kesempatan mendengarkan pengalaman para guru
dari berbagai wilayah di Bangka Belitung pada setiap sesinya. Termasuk pada
bagian refleksi awal, ketika seorang guru yang menceritakan jarak tempuh 90 KM untuk
menuju ke sekolah. Selain itu, guru lain menceritakan harus tetap fokus dengan
tanggung jawabnya sebagai pendidik namun, diberi amanah sebagai bendahara sekolah
serta tugas penting lainnya di dalam maupun luar sekolah. Hal ini membuatnya mengalami
kesulitan dalam mengatur waktu. Banyak lagi pengalaman yang saya dengarkan pada
sesi refleksi awal ini.
Keterlibaran para guru dalam kegiatan selanjutnya
juga sungguh luar biasa. Salah satunya ketika para guru mempersiapkan rancangan
modul ajar untuk dipraktikkan di akhir pertemuan (sesi simulasi mengajar). Keaktifan
peserta dalam tanya jawab dan diskusi terjadi sepanjang kegiatan berlangsung. Termasuk
miss konsepsi penerapan pembelajaran berdiferensiasi yang terjadi di sekolah.
Sehingga untuk memecahkan miss konsepsi ini saya mengajak para peserta
untuk kembali lagi pada hakikat belajar. Proses belajar tidak dapat berlangsung
dalam waktu yang singkat dan satu-dua kali pertemuan saja. Proses belajar yang beriringan
dengan refleksi akan membawa pada perencanaan yang lebih baik pada kesempatan
berikutnya. Jika bagian ini terlewatkan maka, dipastikan miss konsepsi
itu akan terus terjadi.
Waktu kegiatan yang berlangsung selama 4
hari dengan jumlah peserta yang terbatas membuat saya sebagai fasilitator punya
kesempatan lebih untuk mengenal para peserta termasuk beberapa peserta yang
mendominiasi dalam mengeluarkan pendapatnya. Saya juga memberikan dukungan semangat
kepada para peserta yang kurang aktif mengeluarkan pendapatnya menggunakan
media online (aplikasi padlet). Dalam suatu kesempatan saya menampilkan
pendapat peserta yang telah ditulis pada link padlet. Beberapa peserta
saya berikan kesempatan untuk membaca tulisannya sendiri dan menceritakan hal
lainnya sebagai penguatan kondisi tersebut. Dari hal ini, memberikan pemahaman baru untuk saya
bahwa semua orang dapat menceritakan pengalamannya dengan berbagai media maupun
cara yang nyaman untuknya. Ada yang langsung menceritakan di depan banyak orang
dan ada juga dalam bentuk tulisan pada berbagai media yang tersedia. Pastinya
sebagai fasilitator, saya harus menghargai itu sebagai bentuk keberagaman dalam
berpendapat. Saya juga memberikan kesempatan para peserta berbagi peran dalam
kelompoknya saat sesi simulasi mengajar. Ada peserta yang bertindak sebagai
guru yang melakukan simulasi mengajar, MC, dokumentasi, dan asesor. Sehingga semua
peran diharapkan dapat mengakomodir keberagaman para peserta.
Tantangan yang saya hadapi dan juga
menjadi bahan refleksi saya ketika banyak peserta yang menyampaikan bahwa waktu
yang diberikan untuk kegiatan ini tidak cukup. Banyak dari guru baru kali pertama
dilibatkan dalam pelatihan Kurikulum Merdeka. Padahal saat ini banyak tersedia
pelatihan untuk mengenal dan mempelajari Kurikulum Merdeka yang tersedia secara
daring. Namun, itu belum terbiasa untuk para guru lakukan. Refleksi lain ketika
para guru yang belum memiliki modal cukup untuk prinsip-prinsip penerapan Kurikulum
Merdeka sehingga, banyak materi dasar yang harus saya sampaikan pada kegiatan
ini.
Pengalaman berbagi ini menjadi momen berharga
karena saya pun belajar banyak hal dari mendengarkan cerita/pengalaman dari guru
lain sebagai bahan refleksi saya untuk terus menjadi pembelajar sepanjang
hayat.
Semangat belajar untuk kita semua..
Salam dan Bahagia..