Minggu, 28 Agustus 2022

Membangun Budaya Positif di 33 MB

 

"Membangun Budaya Positif di 33 MB" Modul 1.4 (Doc. Pribadi)

Koneksi antar materi Modul 1.4.a.8 ini merefleksi dan mengaitkan pemahaman antar modul yang telah dipelajari. Bagaimana pada Modul 1.1 Pemikiran Ki Hajar Dewantara menjadi inspirasi dalam keberpihakkan kepada murid, Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak menjadi power yang harus diperkuat oleh seorang guru penggerak hingga di Modul 1.3 Visi Guru Penggerak merancang sebuah visi sekolah impian. Terakhir, bagaimana Modul 1.4 Budaya Positif menjadi bagian terpenting membentuk karakter/nilai positif dalam diri murid guna menjadi bagian dari terwujudnya Profil Pelajar Pancasila.

Menurut KHD, “Pendidikan merupakan proses dari mencari ilmu untuk kecakapan hidup secara lahir maupun batin baik sebagai individu maupun makhluk sosial. Pendidikan juga memberi tuntunan terhadap segala kodrat yang dimiliki agar mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.” Pemikiran ini menjadi panduan dalam sistem persekolahan KHD seperti Taman Siswa yakni tempat bermain sambil belajar untuk anak sesuai dengan kodratnya. Anak merdeka untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya. Tujuannya adalah untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya sebagai individu maupun makhluk sosial.

Pemikiran KHD ini membawa semangat untuk memperkuat nilai dan peran sebagai seorang guru penggerak yakni berpihak kepada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, dan inovatif. Sehingga dengan semangat ini, saya pun menyusun visi sekolah impian : “Mewujudkan Murid yang Berakhlak Mulia dan Berkarakter Mandiri demi Terwujudnya Generasi yang Merdeka dan Unggul.”

Peran seorang guru sangatlah besar untuk menciptakan budaya positif di sekolah terutama bagi saya yang sedang mengikuti pendidikan calon guru penggerak ini. Modul 1.4 Budaya Positif bukan hanya memberikan saya ilmu baru namun, mengubah cara pandang saya dalam menerapkan budaya positif di sekolah terutama mengenal dasar disiplin positif dan 5 kebutuhan dasar manusia, motivasi perilaku manusia (huhuman dan penghargaan), pentingnya membuat keyakinan/kesepakatan kelas, 5 posisi kontol yang sering dijalankan oleh guru, serta posisi kontrol terbaik guru dalam segitiga restitusi.

Penerapan budaya positif di sekolah telah dilaksakan dengan berbagai program dan kegiatan yang telah berjalan. Adapun program sekolah yang melibatkan seluruh warga sekolah dan merupakan Program Unggulan 33 MB, yaitu :

1.      PULAS (Paguyuban Kelas). PULAS bagian penting dalam program sekolah ini karena pendidikan anak bukan hanya tanggung jawab sekolah namun, kolaborasi antara orangtua, sekolah, dan masyarakat. Sehingga PULAS merupakan wujud dukungan orangtua kepada sekolah dan juga menjadi wadah dalam memberikan pendapat/masukkan para orangtua demi lancarnya pembelajaran anak di sekolah. PULAS  1 sampai 6 telah terbentuk sehingga terpilih ketua PULAS untuk masing-masing kelas. Setiap ketua PULAS menjadi penggurus dalam KOMITE PULAS 33 MB. Pertemuan rutin para pengurus KOMITE PULAS 33 MB dilakukan satu bulan sekali dan obrolan isentif selalu dilakukan via Whatsapp.

2.      SEMATA (Senyum Manis Kita). SEMATA merupakan program edukasi akan pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut. Kemudian penanaman kebiasaan baik menjaga kebersihan gigi dan mulut dari sedini mungkin harus ditanamkan karena berawal dari ini akan membentuk karakter kepedulian diri pada anak untuk menjaga kesehatan. SEMATA dimulai dengan sosialisasi Puskesmas Penagan ke 33 MB dengan hadirnya seorang dokter gigi dan tim Puskesmas dalam memberikan edukasi dan mengajarkan anak-anak praktik sikat gigi yang benar. Kemudian diadakan jadwal sikat gigi bersama di sekolah yang rutin dilakukan anak-anak setiap harinya bersama guru kelas. Selain itu, Program SEMATA menjadi program yang diikut sertakan dalam Lomba Senyum Indonesia yang dilaksanakan oleh salah satu aplikasi belajar online, KIPIN/Kios Pintar bekerjasama dengan Pepsodent.

3.      NADI (Nabung Sejak Dini). NADI merupakan program menabung untuk anak. Menabung menjadi penting dalam mengajarkan anak-anak hidup sederhana, disipilin, dan menyiapkan bekal untuk pendidikan yang lebih tinggi. Mitra menabung 33 MB adalah Bank Sumsel. Antusias orangtua dalam kegiatan ini juga sangat tinggi terbukti dengan hadirnya orangtua dalam sosialisasi menabung oleh pihak Bank Sumsel hingga pembuatan buku tabungan anak. NADI memfasilitasi anak-anak untuk menabung di bank tanpa perlu pergi ke bank yang berjarak cukup jauh dari tempat tinggal mereka. Hadirnya pihak bank di sekolah setiap rabu menjadi hari menabung anak-anak bersama Bank Sumsel.

4.      D-Ka (Dari Kita Untuk Kita). D-Ka merupakan program sosial dari anak untuk anak. Program ini mengajarkan anak peduli dengan berbagi kepada teman-temannya yang membutuhkan. Tidak menunggu harus kaya atau punya jabatan untuk berbagi, bisa dari hal yang paling kecil misalkan berbagi sedikit sembako yang ada di rumah. Semua sembako dikumpulkan oleh anak dan diberikan kembali ke anak-anak yang membutuhkan. D-Ka perdana diadakan dalam rangka memperingati HUT ke-77 RI tepat sehari sebelum perayaan puncak HUT RI yang jatuh setiap tanggal 17 Agustus. Data anak yang menerima Sembako Berbagi ini didapat dari hasil diskusi para orangtua KOMITE PULAS 33 MB.

Penerapan budaya positif juga saya lakukan di Kelas 3 (kelas yang saya ampuh di tahun pelajaran 2022/2023). Adapun beberapa Program Kelas 3 yang telah dilaksanakan, yaitu :

1.     Asesment Diagnostik Non Formatif. Sosialisasi dan pengisian asesment adalah hal baru untuk murid dan orangtua namun, asesment diagnostik non formatif di awal pembelajaran menjadi agenda wajib untuk membantu guru mengetahui kondisi anak yang sebenarnya sehingga dalam menjalankan perannya guru mampu menuntun anak-anak pada minat, bakat, dan kemampuannya sesuai dengan sistem persekolahan KHD. Asesment memuat hal/aktivitas yang disukai hingga kemampuan yang dimiliki serta fokus pada aset/potensi anak. Selain itu, anak bersama orangtua menuliskan harapan untuk pembelajaran selama satu tahun di kelas 3. Asesment diagnostik non formatif ini saya susun sesuai dengan kebutuhan murid di 33 MB dan pengisiannya dilakukan di rumah dengan suasana santai agar hasil yang diharapkan maksimal. Asesment ini menjadi acuan penting saya dalam menjalankan semua kegiatan bersama anak-anak kelas 3 di sekolah. Sampai pernah terpikir oleh saya, jika tidak ada ini begitu jauhnya nanti saya akan salah melangkah.  

2.     Kesepakatan Kelas. Keyakinan/kesepakatan kelas juga menjadi agenda wajib guru dalam membentuk budaya positif di kelas. Saya menyaksikan begitu semangatnya anak-anak ketika menuliskan semua harapan yang mereka inginkan dan kemudian disepakati bersama-sama oleh guru dan murid. Saya terharu campur bahagia ketika melihat begitu semangatnya anak-anak untuk terus belajar menyepakati kesepakatan kelas ini. Jadi, menurut saya jika masih banyak kekurangan adalah normal untuk suatu aktivitas baru yang belum terbiasa dilakukan sebelumnya.

3.     Operasi Semut. Operasi semut menjadi program kelas yang setiap hari selalu dijalankan. Mengingat di belakang kelas 3 adalah TPS (Tempat Pembuangan Sampah) jadi, setiap hari selalu ditemukan banyak sampah berserakkan. Untuk saat ini saya masih berfokus kepada pembiasaan pada anak-anak untuk membuang sampah pada tempat sampah dan menjaga kebersihan di TPS.

4.  CUAN (Curhat Anak). CUAN menjadi wadah/ruang anak untuk bercerita kepada saya tanpa ada batasan (terbuka tanpa ada ketakuatan) dan bersifat rahasia (kecuali untuk beberapa anak atas izin mereka saya mendokumentasikannya). CUAN dilaksanakan sepulang sekolah agar keadaan kelas lebih tenang dan anak lebih rileks dalam bercerita. Setelah selesai CUAN, saya juga mengantar anak pulang ke rumahnya sambil bersilaturahmi dengan orangtuanya. Saya merasa kaget ketika program ini begitu diminati anak. Bahkan saya sedikit kewalahan dalam mengatur jadwal anak. Namun, saya utamakan anak-anak yang mempunyai masalah serius selama di sekolah untuk menerapkan restitusi dalam penyelesaiannya.

5.     BIJAR (Bermain Sambil Belajar). BIJAR adalah pembelajaran yang berpusat pada anak seperti selalu memulai ice breaking sebelum memulai pembelajaran, mengutamakan diskusi bersama, belajar di alam, menceritakan dari apa yang mereka baca/lihat di depan kelas, jadwal menonton film sekali dalam satu minggu, jadwal mengembangkan minat-bakat mereka sekali dalam satu minggu, dan aktivitas lainnya yang menyenangkan.

Semua kegiatan para murid di kelas maupun sekolah selalu saya tulis di blog pribadi (Blogspot dan Wordpress) dan beberapa di blog nasional (Kompasiana). Selain itu, saya juga mempostingnya di media sosial (Instagram, Facebook, Youtube, dan Tiktok). Saya juga rutin membagikan artikel/video ke beberapa Whatsapp/Telegram Grup terutama grup PULAS dan 33 MB. Mendokumentasikan dan menulis artikel akan terus saya lakukan karena ini adalah cara paling cepat dan mudah dalam menyebarkan praktik baik kepada semua orang. Melalui gawai canggih yang hampir setiap orang punya dan setiap waktu pegang mampu menjadikan 33 MB dikenal banyak orang. Bagian inilah yang membuat saya selalu terharu mengingat 33 MB berada di desa perbatasan Kabupaten Bangka Induk dan Kabupaten Bangka Tengah. Saya juga membagikan praktik baik ini di Platform Merdeka Mengajar untuk mendapatkan feedback dari guru di seluruh Indonesia yang akan membantu saya dalam merefleksi dalam mempersiapkan aktivitas berikutnya.

Hal-hal menarik yang terjadi di luar dugaan saya adalah ketika banyak anak dan orangtua memberikan feedback (umpan balik) positif kepada saya. Walau terkadang saya sering merasa apa yang saya lakukan ini tidaklah apa-apa. Bahkan ada orangtua yang pertama bertemu saya sampai menangis bercerita tentang betapa bahagia anaknya ketika pulang sekolah. Dia selalu cerita tentang kegiatannya selama di sekolah bersama saya. Semua hal yang saya dapat ini menjadi semangat untuk terus memperbaiki diri menjadi lebih baik.

Perubahan yang terjadi pada cara berpikir dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah setelah memperlajari modul ini adalah anak-anak akan memiliki karakter/nilai positif dalam dirinya jika sekolah khususnya guru memberikan ekosistem positif pada murid. Ketika sekolah memahami itu maka, sekolah akan mengupayakan kegiatan keberpihakkan pada murid sehingga budaya positif terbangun di sekolah.

Pengalaman yang saya alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul ini baik di lingkup kelas maupun sekolah adalah manfaat yang sangat besar dirasa setelah menerapkannya. Dalam ruang lingkup kelas, ketika guru mengetahui kebutuhan dasar murid maka, saat murid tersebut mengalami masalah guru dapat membantunya dengan restitusi sehingga mengembalikannya pada nilai-nilai yang diyakini (kesepakatan kelas). Dalam ruang lingkup sekolah, semua kegiatan yang telah dilaksanakan bersumber dari keberpihakkan kepada murid sehingga anak-anak senang menjadi aktor utama dalam semua kegiatan yang direncanakan dan dijalankan apalagi kegiatan itu juga melibatkan orangtuanya.

Perasaan saya setelah menerapkan konsep-konsep budaya positif ini pastinya sungguh luar biasa bahagia. Melihat mereka tersenyum bahagia dari hal kecil dan sederhana, membuat saya menjadi termotivasi untuk terus memberikan yang terbaik dalam perjalanan mereka menyiapkan bekal hidup untuk masa depannya.

Hal-hal yang sudah baik dalam penerapan budaya positif ini akan terus dijalankan oleh 33 MB. Tidak hanya ketika saya mengikuti pendidikan guru penggerak namun, terus dilakukan selama anak-anak bahagia menjalaninya sehingga membentuk karakter positif pada diri anak sendiri. Namun juga terus diadakan refleksi di jangka waktu tertentu. Salah satu refleksi adalah feedback, bisa secara langsung ke guru atau melalui PULAS. Hal-hal yang perlu diperbaiki adalah meyakinkan rekan sejawat bahwa semua kegiatan positif ini terus berjalan walaupun saya tidak lagi menjalani pendidikan guru penggerak. Sehingga memberi pemahaman bahwa sejatinya selama menjadi guru maka kita harus menjadi fasilitator terbaik untuk para murid kita.

Sebelum mempelajari modul ini, posisi kontrol yang sering saya gunakan adalah Teman. Dari awal menjadi seorang guru, saya selalu berprinsip bahwa anak-anak harus bahagia ketika bersama saya namun, itu saja tidak cukup. Anak-anak juga harus belajar menyelesaikan masalah mereka sendiri dengan cara terbaik yang mereka bisa. Selama ini saya terlalu mentoleransi kesalahan anak tanpa berpikir apakah akan menjadi pengalaman belajar untuknya dan mengubah karakternya menjadi lebih kuat. Restitusi mengubah pandangan saya akan pentingnya memfokuskan anak dalam penyelesaian masalah dan penguatan karakter baik dalam diri anak.

Sebelum mempelajari modul ini, saya sudah pernah menerapkan restitusi namun, baru mencapai tahap 2 validasi tindakan yang salah. Tahap 3 tidak pernah dilakukan karena belum pernah membuat kesepakatan kelas sehingga tidak punya acuan dalam nilai-nilai yang diyakini bersama. Selain itu, saya juga tidak pernah membiasakan para murid untuk menemukan solusi sendiri dari masalah yang dihadapi sehingga tidak terjadi penanaman karakter positif yang kuat pada diri murid.

Semua konsep budaya positif secara utuh dan terurut telah dijelaskan dalam modul ini. Hal yang harus saya lakukan saat ini adalah meneruskan perilaku-perilaku positif sehingga menjadi suatu kebiasaan yang tumbuh menjadi budaya positif dimanapun saya berada, baik itu di rumah maupun sekolah. Selain itu, berbagi praktik baik di lingkungan terdekat (sekolah) menjadi bagian terpenting mengingat budaya positif di kelas akan lebih berimbas luas ketika ekosistem sekolah juga mengupayakan budaya positif. Hal ini bisa dimulai dengan menjadi role model. Bagian yang tidak mudah untuk saya dan mungkin untuk para CGP lainnya. Namun, saya percaya dalam setiap niat tulus akan selalu ada jalan terbaik untuk dilalui.

Mari…terus semangat dalam menanamkan budaya positif di lingkungan kita untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tertuang dalam visi sekolah impian. Mulai dari langkah kecil namun konsisten untuk melakukannya.

Semangat belajar untuk kita semua dan salam bahagia…

*Video "Membangun Budaya Positif di 33 MB" juga tersedia di channel Youtube :

Video "Mebangun Budaya Positif di 33 MB" Modul 1.4 (Doc. Pribadi)


Rabu, 24 Agustus 2022

33 MB Mengisi Survei Lingkungan Belajar di Luar Sekolah

 

Pengisian Survei Lingkungan Belajar (Doc. Pribadi)

Kebijakan pendidikan program Merdeka Belajar yang telah diluncurkan Kemendikbudristek di episode pertama adalah empat pokok kebijakan pendidikan “Merdeka Belajar”. Salah satu dari keempat pokok kebijakan belajar itu adalah mengganti Ujian Nasional (UN) menjadi Asesmen Nasional (AN). AN sendiri terdiri dari 3 instrumen utama yakni Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.

Artikel saya kali ini akan membahas tentang Survei Lingkungan Belajar yang telah dilaksanakan di jenjang sekolah baru-baru ini. Dikutip dari laman Pusat Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek, Survei Lingkungan Belajar adalah alat ukut yang digunakan untuk mengevaluasi dan memetakan aspek pendukung kualitas pembelajaran di lingkungan satuan pendidikan.

Tahun 2022 adalah tahun kedua seluruh satuan pendidikan di Indonesia mengisi Survei Lingkungan Belajar ini. Survei Lingkungan Belajar mengukur 9 aspek yang memenuhi kualitas belajar murid dan akan memotret mutu satuan pendidikan secara utuh mulai dari input hingga proses belajar-mengajar di dalam kelas maupun di tingkat sekolah.

Bersumber dari laman Pusat Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek, 9 aspek dalam Survei Lingkungan Belajar pada Asesmen Nasional (AN) adalah :

1.       Kualitas pembelajaran. Aspek yang diukur adalah tingkat kualitas interaksi yang terjadi antara murid dan guru. Kualitas pendidikan mencakup pengelolaan kelas, dukungan afektif, pembelajaran interaktif, dan penyesuaian cara mengajar sesuai dengan kemampuan murid.

2.      Praktik perbaikan pembelajaran oleh guru. Refleksi adalah bagian terpenting dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh guru. Aspek yang diukur dapat melalui belajar seputar pembelajaran, refleksi/praktik pengajaran, dan penerapan praktik inovatif.

3.      Kepemimpinan instruksional. Dalam hal ini adalah peran kepala sekolah dalam memimpin satuan pendidikian. Misalnya seperti kemampuan untuk menyusun visi, misi, program, dan kebijakan yang mendukung guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran.

4.     Iklim keamanan di sekolah. Satuan pendidikan seyogianya harus memberikan perlindungan dan rasa aman bagi seluruh warga sekolah, baik secara fisik dan psikologis. Sehingga satuan pendidikan perlu memiliki pemahaman, program, serta menerapkan kebijakan terkait perundungan, hukuman fisik, kekerasan seksual, dan narkoba.

5.      Iklim kebinekaan di sekolah. Sebagai negara yang memiliki kekayaan akan keanekaragaman dari berbagai aspek, satuan pendidikan perlu menghargai keragaman agama, sosial, budaya, dukungan kesetaraan hak, dan komitmen kebangsaan.

6.     Dukungan atas kesetaraan gender. Satuan pendidikan harus bisa berperilaku adil dan memberikan kesempatan bagi seluruh warga sekolah, baik laki-laki maupun perempuan dalam menjalankan peran di lingkungan satuan pendidikan.

7.      Iklim inklusivitas. Satuan pendidikan harus mampu mengedukasi pengetahuan, menerima, dan juga mendukung para murid yang memiliki kebutuhan khusus, cerdas istimewa maupun bakat istimewa.

8.     Dukungan partisipasi orang tua dan murid. Seluruh elemen warga sekolah idealnya harus terlibat dalam setiap kegiatan yang telah diprogramkan oleh satuan pendidikan. Untuk itu, perlu adanya keterlibatan orang tua dan murid dalam kepanitian kegiatan sekolah serta penyusunan program sekolah.

9.     Latar belakang sosial-ekonomi murid. Survei Lingkungan Belajar mencoba untuk memetakan latar belakang sosial ekonomi murid terkait dengan mengakses dan memperoleh layanan pendidikan yang berkualitas, seperti tingkat pendidikan orang tua dan fasilitas belajar yang tersedia di rumah.

Ada banyak aspek yang mempengaruhi hasil belajar murid di sekolah. Oleh sebab itu, Survei Lingkungan Belajar wajib diisi oleh seluruh kepala sekolah dan guru yang terdaftar pada sistem pendataan Dapodik dan Emis. Partisipasi kepala sekolah dan guru mengisi survei lingkungan belajar secara berintegritas memperoleh potret mutu pendidikan secara utuh dari input, proses, hingga output.

Adapun teknis pengisian Survei Lingkungan Belajar yakni kepala sekolah dan guru melakukan Login menggunakan data yang tercetak pada kartu Login Sulingjar. Dalam hal ini protor di sekolah saya (UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat) mengirimkan link laman Survei Lingkungan Belajar.

Selasa, 24 Agustus 2022 saya bersama rekan guru juga bapak kepala sekolah mengisi Survei Lingkungan Belajar. Jujur saya sangat antusias dalam pengisian Survei Lingkungan Belajar hari ini karena ini pengalaman pertama pengisian survei sejak bergabung di 33 MB bulan Mei lalu.

Ada hal berbeda dari persiapan yang kami lakukan dalam pengisian survei ini. Karena sinyal internet kurang bersahabat, kami pun pindah posisi ke luar sekolah.  Sebenarnya bisa saja dikerjakan di rumah masing-masing namun, semangat kebersamaan dan kekompakkan mengalahkan segalanya. Kami pun mengisi survei ini di rumah salah satu rekan pegawai 33 MB yang berjarak kurang lebih 3 Km dari sekolah, tepatnya di Desa Rukam Kecamatan Mendo Barat.

Suasana berkumpul bersama merupakan ciri khas budaya kita. Apalagi siang tadi ditemani guyuran hujan yang lumayan deras. Saya bersama rekan sekolah mulai mengisi Survei Lingkungan Belajar dengan gawai yang kami pegang dan ada juga yang menggunakan laptop. Serius tampak menyelimuti suasana siang tadi namun, sesekali diisi dengan diskusi bersama bahkan salah satu rekan yang selalu membuat suasana mencair mengeluarkan “jurus candaannya” yang membuat kami tertawa sampai terbahak-bahak. Akhir dari cerita tadi siang di tutup dengan makan siang bersama. Makan makanan kesukaan saya, lempah kuning hehe… (Makanan khas Provinsi Bangka Belitung yang dimasak dengan bumbu khusus hingga berwarna kuning dan berbahan utama ikan. Namun bisa juga diganti dengan daging unggas). Masakan ini menjadi menu wajib ketika berkunjung ke Pulau Bangka dan Belitung. 

Satu hal yang menjadi pesan bapak kepala sekolah sebelum mengisi Survei Lingkungan Belajar adalah meminta kami (guru) untuk mengisi survei ini dengan kondisi yang sebenarnya agar tujuan dari survei ini tercapai dengan maskimal yakni untuk mengetahui kondisi lingkungan belajar di 33 MB.

Semoga harapan besar Kemendikbudristek dalam pengisian Survei Lingkungan Belajar ini menjadi pemetaan dalam peningkatan kualitas dan mutu pendidikan terutama Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia dapat terwujud dengan maksimal. Aamiin.

Semangat belajar untuk kita semua dan salam bahagia…


*Artikel ini juga telah tayang di :

https://www.kompasiana.com/lisasya/630639f008a8b52c014375e3/33-mb-mengisi-survei-lingkungan-belajar-di-luar-sekolah 


 

Selasa, 23 Agustus 2022

Praktik Segitiga Restitusi dalam CUAN

 

Praktik Segitiga Restitusi dalam CUAN (Doc. Pribadi)

Artikel berikut ini merupakan salah satu bentuk aksi nyata praktik penerapan segitiga restitusi dalam pembelajaran di kelas. Pada artikel sebelumnya di alur Merrdeka (Ruang Kolaborasi) telah dibahas tentang beberapa teori budaya positif. Salah satu teori budaya positif itu adalah Segitiga Restitusi.

Segitiga restitusi merupakan tahapan tindakan yang dilakukan guru untuk membawa murid pada kesepakatan kelas yang telah diyakini bersama. Tujuan dari penerapan segitiga restitusi agar murid mengakui secara sadar dan terbuka ketika melakukan kesalahan, serta merasakan kenyamanan ketika sudah berperilaku jujur. Pada penerapan restitusi ini, guru mengajak murid berfokus pada penyelesaian masalah dan bukan pada kesalahan yang telah dilakukan.

Ada 3 tahapan segitiga restitusi :

1.      Menstabilkan masalah. Tahap ini menjadi bagian dasar untuk mengubah identitas anak dari yang gagal karena melakukan kesalahan menjadi orang sukses. Adapun kalimat pematik yang dapat dikatakan oleh guru : “Tidak ada manusia yang sempurna”, “Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan”, atau “Kamu bukan satu-satunya yang pernah melakukan ini.”

2.      Validasi tindakan yang salah. Setiap tindakan yang dilakukan pastinya dengan suatu tujuan tertentu (belum terpenuhi kebutuhan dasar manusia). Adapun kalimat pematik yang dapat dikatakan oleh guru : “Kamu tentu punya alasan mengapa melakukan itu ?”atau “Adakah cara lain yang lebih efektif untuk mendapatkan apa yang kamu butuhkan ?”

3.      Menanyakan kesepakatan. Tahap akhir ini adalah siap menghubungkan nilai-nilai yang dipercaya terutama dalam kesepakatan kelas yang telah diyakini bersama. Adapun kalimat pematik yang dapat dikatakan oleh guru : “Keyakinan kelas apa yang telah kita sepakati?” atau “Kamu mau menjadi orang yang seperti apa ?”

Praktik segitiga restitusi ini saya gunakan dalam salah satu program kelas 3 bernama CUAN (Curhat Anak). CUAN merupakan wadah/ruang para murid kelas 3 untuk bercerita tanpa batasan bersama Ibu Lisa dan dilaksanakan setelah pulang sekolah agar suasana lebih rileks.

Dalam video yang telah diposting di channel Youtube pribadi saya, ada 2 kasus dalam CUAN yang telah mempraktikkan segitiga restitusi dalam penyelesaian masalahnya. Kedua kasus ini terjadi pada seorang murid perempuan kelas 3 bernama Lian. Kasus 1 tentang keisengan Lian menulis kata “cengeng” sehingga membuat temannya Amel marah dan menangis. Kasus 2 tentang Lian yang beberapa hari tidak membawa bekal makanan ke sekolah sehingga saat jam istirahat dan makan bekal bersama di kelas Lian terlihat diam duduk di kursinya.

Semua kasus yang terjadi pada akhirnya dikembalikan pada Kesepakatan Kelas 3 yang telah dibuat dan disepakati bersama. Kesalahan yang dilakukan murid pastilah karena suatu sebab (tidak terpenuhnya kebutuhan dasar manusia). Sehingga fokus pada kesalahan murid bukanlah tujuannya namun, guru menjadi manager untuk membimbing murid memperbaiki kesalahannya dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Tujuannya agar tertanam nilai-nilai positif pada diri murid yang harapannya akan menjadi kebiasaan (membudaya) di dalam kehidupannya.

Adapun video praktik segitiga restitusi dalam CUAN lebih lengkapnya tersedia di video Youtube berikut ini :

Video Praktik Segitiga Restitusi dalam CUAN pada Kasus 1 (Doc. Pribadi)

dan

Video Praktik Segitiga Restitusi dalam CUAN pada Kasus 2 (Doc. Pribadi)


Demikian artikel saya ini, semoga bermanfaat untuk para pembaca.

Semangat belajar untuk kita semua dan salam Bahagia…

Jumat, 19 Agustus 2022

Analisis Kasus Budaya Positif

 

"Analisis Kasus Budaya Positif " Ruang Kolaborasi Modul 1.4 (Doc. Pribadi)

Ruang Kolaborasi pada Modul 1.4. Budaya Positif adalah ruang kolaborasi terakhir dari Modul 1 pada Pendidikan Guru Penggerak ini. Ada yang berbeda pada ruang kolaborasi kali ini, yaitu kami dalam kelompok diminta untuk mendiskusikan empat kasus budaya positif yang ada dalam lingkungan sekolah.

Sungguh diskusi yang panjang antara saya dan kedua teman CGP lainnya dalam ruang kolaborasi ini. Kami berdiskusi dan menganalisis kasus budaya positif yang sering dijumpai di lingkungan sekolah kemudian dikaitkan dengan beberapa teori budaya positif yang telah dipaparkan pada fasilitator Pak Muhari. Selain itu pada tahap alur MERRDEKA sebelumnya kami juga telah mendapatkan bekal dari Eksplorasi Konsep (Forum Diskusi) tentang teori budaya positif ini.

Sebenarnya budaya positif ini bukanlah materi asing untuk saya karena jauh sebelum mengikuti Pendidikan Guru Penggerak ini, saya pernah mempelajari modul budaya positif pada pembelajaran mandiri di Platform Merdeka Mengajar (PMM). Bahkan saya juga telah mengunggah aksi nyata untuk tugas akhir pada pembelajaran mandiri di PMM ini.

Ada beberapa teori budaya positif yang dikaitkan dalam menganalisis 4 kasus dalam ruang kolaborasi ini yaitu :

1.    Keyakinan kelas / kesepakatan kelas. Suatu aturan yang dibuat, disusun, dan disepakati oleh murid di kelas. Namun, ruang lingkup keyakinan kelas ini bisa juga dalam lingkungan sekolah sehingga biasa disebut keyakinan sekolah/kesepakatan sekolah. Point dari keyakinan/kesepakatan ini adalah aturan dibuat dan disusun bersama para murid agar mereka lebih bertanggung jawab dalam menjalankan kesepakatan yang telah dibuat dan menanamkan motivasi intrinstik (motivasi dari dalam diri tanpa paksaan/perintah untuk melakukannya).

2.    Kebutuhan dasar manusia. Ada 5 kebutuhan dasar manusia yaitu cinta-kasih sayang, kebebasan, penguasaan, kesenangan/perhatian, dan bertahan hidup.

3.    Lima posisi kontrol. Ada 5 posisi kontrol guru ketika dihadapkan pada murid yang melakukan kesalahan yaitu Penghukum, Pembuat rasa bersalah, Teman, Pemantau, dan Manager. Posisi kontrol yang paling diharapkan dimiliki oleh seorang guru adalah Manager yang berfokus pada penyelesaian masalah bersama murid.

4.    Segitiga restitusi. Ada 3 tahapan restitusi yaitu menstabilitas identitas, validasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan.

Kesimpulan kelompok kami dalam ruang kolaborasi Modul 1.4 Budaya Positif dalam menganalisis 4 kasus ini adalah kesalahan yang dilakukan murid pastilah karena suatu sebab (tidak terpenuhnya kebutuhan dasar manusia). Sehingga fokus pada kesalahan murid bukanlah tujuannya namun, guru menjadi manager untuk membimbing murid memperbaiki kesalahannya dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Tujuannya agar tertanam nilai-nilai positif pada diri murid yang harapannya akan menjadi kebiasaan (membudaya) di dalam kehidupannya.

Mari…selalu semangat belajar untuk kita semua dan salam bahagia… 

*Judul yang sama juga menjadi hasil diskusi pada ruang kolaborasi dari kelompok kami dalam Program Pendidikan Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Bangka.

*Video di Channel Youtube

Video "Analisis Kasus Budaya Positif" Ruang Kolaborasi Modul 1.4 (Doc. Youtube Lisa Sya)

Rabu, 17 Agustus 2022

Jurnal Refleksi Ke-3

Jurnal Refleksi Ke-3 part 1 (Doc. Pribadi)

Tiba saatnya membuat jurnal refleksi untuk minggu ke-6 (jurnal refleksi ke-3) Modul 1.3 “Visi Guru Penggerak”.

Dalam pendidikan guru, jurnal refleksi dipandang sebagai salah satu elemen kunci pengembangan keprofesian karena dapat mendorong guru untuk mengaitkan teori dan praktik, serta menumbuhkan keterampilan dalam mengevaluasi sebuah topik secara kritis (Bain dkk, 1999). Menuliskan jurnal refleksi secara rutin akan memberikan ruang bagi seorang praktisi untuk mengambil jeda dan merenungi apakah praktik yang dijalankannya sudah sesuai, sehingga ia dapat memikirkan langkah berikutnya untuk meningkatkan praktik yang sudah berlangsung (Driscoll & Teh, 2001). Jurnal ini juga dapat menjadi sarana untuk menyadari emosi dan reaksi diri yang terjadi sepanjang pembelajaran (Denton, 2018), sehingga kita dapat semakin mengenali diri sendiri.

Pada refleksi minggu ke-6 (jurnal refleksi ke-3) ini, saya menggunakan Papan Cerita Reflektif (Reflective Storyboard). Berikut ini jurnal refleksi ke-3 saya dengan alur MERRDEKA :

 

·     M (Mulai Dari Diri)

Setelah saya mempelajari Modul 1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional – Ki Hajar Dewantara dan Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak, tiba pada Modul 1.3 Visi Guru Penggerak, saya mendeskripsikan mimpi-mimpi saya dalam “Imaji Murid 33 MB di Masa Depan”. Kemudian dari imaji itu disusun menjadi sebuah Visi Sekolah Impian. Saya selalu bersemangat dengan hal-hal yang berangkat dari “sebuah mimpi”. Saya pun mencoba membuat visi sekolah impian yang ingin saya wujudkan di masa depan nanti. Artikel tentang Imaji Murid 33 MB di Masa Depan ini saya tulis di dua blog pribadi saya.

 

·     E (Eksplorasi Konsep)

Saya bersama dengan teman-teman CGP lainnya menuliskan Visi Sekolah masa depan yang diimpikan. Selain itu kami pun saling menanggapi visi yang telah dibuat. Pada forum diskusi ini juga, Pak Muhari selaku Fasilitator juga mendampingi kami dan selalu memberikan motivasi juga semangat untuk para CGP. Setelah membaca visi-visi yang disusun oleh teman-teman CGP terpikir oleh saya begitu besarnya pengaruh modul ini untuk kami karena visi membawa kami pada tujuan yang ingin dicapai dan menambah semangat untuk mewujudkannya.

 

·     R (Ruang Kolaborasi)

Hari pertama Vicon (Gmeet) bersama fasilitator Pak Muhari, kami membahas tentang materi Inkuiri Apresiatif dalam prakarsa perubahan dengan alur BAGJA. Saya dan teman CGP lainnya saling bertukar pikiran dalam mewujudkan visi yang telah dibuat dalam sebuah alur yang diberi nama BAGJA.

Setelah itu, kami juga dibagi dalam 2 kelompok. Saya masuk Kelompok 2 bersama 4 teman CGP lainnya. Kelompok kami pun mulai berdiskusi di ruang LMS yang telah disiapkan oleh Pak Muhari selaku fasilitator. Kami menentukan 1 visi yang telah kami sepakati bersama. Visi itu kami buat dalam prakarsa perubahan dengan alur BAGJA.

 

·     R (Refleksi Terbimbing)

Hari kedua Vicon (Gmeet) Kembali bersama fasilitator Pak Muhari dan teman-teman CGP lainnya. Kami memprsentasikan hasil diskusi kelompok yang kemarin telah kami susun dan siapkan. Setelah itu saling menanggapi dan bertanya dengan kelompok 1. Video hasil diskusi kelompok 2 saya upload di channel Youtube ( https://youtu.be/JGgscGG7_sM ) dan artikelnya saya tulis di dua blog pribadi saya.

Diskusi bersama Pak Muhari saat itu menambah ilmu baru buat saya yaitu alur BAGJA tidak hanya dibuat untuk visi besar (visi sekolah) saja namun, bisa digunakan untuk pembelajaran yang kita lakukan di dalam kelas. Kita dapat menentukan tujuan/target apa yang akan dicapai dengan alur BAGJA dalam kondisi perubahan apapun yang kita inginkan. Akhir dari refleksi terbimbing ini membawa saya pada 1 ide untuk materi demonstrasi kontekstual.


                                             Jurnal Refleksi Ke-3 part 2 (Doc. Pribadi)

 

·     D (Demonstrasi Kontekstual)

Visi yang akan saya wujudkan dalam prakarsa perubahan dengan alur BAGJA berdasar pada Program SEMATA (Senyum Manis Kita) yang telah dijalankan di UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat di akhir bulan Juli lalu. Video hasil dari demonstrasi kontekstual ini saya upload pada channel Youtube ( https://youtu.be/r8ogmLUY7HI ) dan artikelnya saya tulis di dua blog pribadi saya.

 

·     E (Elaborasi Pemahaman)

Vicon diruang Gmeet dengan elaborasi pemahaman bersama instruktur Ibu Amelia, semua CGP dan juga dihadiri PP saling betukar pendapat mengenai Modul 1.3 Visi Guru Pengguruk. Hal yang menarik perhatian kami ketika Ibu Amel menyampaikan materi tentang perumusan visi sekolah dengan menggunakan kata yang bermakna sehingga menggugah orang-orang ketika membacanya. Beberapa teman CGP juga tertarik dengan bahasan materi penyusunan visi ini.

 

·     K (Koneksi Antar Materi)

Elaborasi pemahaman menginspirasi saya untuk merefleksi visi sekolah impian yang telah saya buat pada Mulai Dari Diri sebelumnya. Kemudian saya pun menyusun visi Kembali sekolah impian : “Mewujudkan Murid yang Berakhlak Mulia dan Berkarakter Mandiri Demi Terwujudnya Generasi yang Merdeka dan Unggul”. Berkakhlak mulia tidak hanya berhubungan dengan Sang Pencipta Allah SWT namun, juga berakhlak dengan dirinya, sesama, alam, dan lingkungan sesuai dengan elemen pertama Profil Pelajar Pancasila. Mandiri artinya dengan penuh kesadaran bersikap sesuai dengan kondisi yang ada tanpa diperintah/dipaksa untuk melakukan sesuatu. Merdeka berarti bebas dan bahagia namun masih dalam norma/aturan yang berlaku dimana pun berada dan unggul berarti menang sesuai dengan kemampuan, minat, juga bakat.

 

·     A (Aksi Nyata)

Aksi nyata adalah alur terakhir dari MERRDEKA. Aksi nyata pada Modul 1.3 ini akan memaparkan sebuah video dalam channel Youtube saya yang berjudul “Penerapan BAGJA dalam SEMATA”. Program SEMATA (Senyum Manis Kita) merupakan salah satu program unggulan UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat yang telah berjalan mulai tahun pelajaran 2022/2023. SEMATA memiliki visi menanamkan karakter berakhlak untuk diri khususnya kebersihan gigi dan mulut. Selain itu, dengan SEMATA diharapkan akan terbentuk karakter mandiri pada murid dari kegiatan rutin menjaga kebersihan gigi dan mulut.

Demikian refleksi yang saya dapat dari pembelajaran di Modul 1.3 ini. Semoga semangat ini terus membawa saya pada tujuan akhir dari Pendidikan Guru Penggerak yaitu sebagai agen transfromasi pendidikan.

Sekian jurnal refleksi ini saya buat dan semoga bermanfaat untuk para pembaca.

Semangat untuk terus belajar dan salam bahagia untuk kita semua..

-------------------------------------Bangka, 13 Agustus 2022-----------------------------------

Penulis : Lisa, S.Pd., (Guru kelas di UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat / Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Bangka)


Selasa, 16 Agustus 2022

D-Ka Pedana dalam Rangka HUT ke-77 RI

Program D-Ka 33 MB (Doc. Pribadi)
 

Ada yang berbeda di perayaan ulang tahun Negara Tercinta Republik Indonesia di UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat (biasa kami menyebutnya 33 MB) tahun ini. Salah satu program unggulan 33 MB bernama D-Ka perdana dijalankan pada Selasa / 16 Agustus 2022 tepat satu hari sebelum perayaan HUT ke-77 RI.

Jika di artikel sebelumnya 33 MB telah melaksanakan program NADI (Nabung Sejak Dini) dan SEMATA (Senyum Manis Kita), kali ini D-Ka hadir perdana di 33 MB. D-Ka (Dari Kita Untuk Kita) merupakan program sosial anak. Sembako yang dikumpulkan para murid dibagikan kepada murid lain yang membutuhkan.

Teknis pelaksanaannya, para murid 33 MB (yang bersedia) menyumbangkan sedikit sembako di rumahnya, kemudian sembako dikumpulkan dan dibuat beberapa paket sembako. Setelah itu semua paket sembako diberikan para murid kepada murid-murid lainnya yang membutuhkan. Semua proses ini dilakukan sendiri oleh para murid dan peran guru hanya memantau agar kegiatan ini berjalan semestinya.

Adapun tujuan dari Program D-Ka ini adalah :

1.      Menanamkan sikap saling berbagi dan peduli kepada orang lain

Berbagi tidak harus dari jumlah yang besar namun, bisa dilakukan dengan jumlah sedikit. Berbagi juga tidak perlu menunggu kita menjadi kaya namun, bisa dilakukan saat ini dengan hidup sederhananya kita. Nilai inilah menjadi inti dari Program D-Ka 33 MB. Jika sikap saling berbagi dan peduli anak-anak telah terbentuk sedini mungkin maka, harapannya dimasa depan anak-anak akan memiliki empati kepada orang lain.

 

2.      Mengajarkan anak untuk hidup sederhana

Berbagi dapat melatih anak untuk lebih menghargai hidup yang dimilikinya saat ini. Anak juga belajar untuk hidup sederhana karena mereka akan selalu mengingat bahwa di sekitarnya masih banyak orang yang untuk makan saja tidak seberuntung mereka.

 

3.      Mendukung tumbuh kembang kemampuan kognitif dan fisik anak

Kemampuan kognitif merupakan bentuk perkembangan yang mengacu pada kemampuan untuk memperoleh makna pengetahuan dari pengalaman yang telah dilakukan. Secara sederhana, anak-anak mendapatkan pembelajaran bermakna dari program D-Ka ini. Selain itu juga melibatkan aktivitas fisik karena anak terlibat langsung dalam proses Program D-Ka.

D-Ka Perdana dalam rangka HUT ke-77 RI (Doc. Pribadi)

Program D-Ka perdana dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-77 Republik Indonesia. Adapun 11 anak yang menerima paket sembako ditentukan dari hasil diskusi para orangtua sendiri yang tergabung dalam KOMITE PULAS (Paguyuban Kelas). Untuk PULAS sendiri akan dibahas pada artikel berikutnya.

Selanjutnya Program D-Ka akan terus dilaksanakan di 33 MB dalam moment perayaan agama, hari nasional atau perayaan lainnya. Pastinya dengan sistem yang sama dari anak dan untuk anak. Kemudian orangtua dalam PULAS juga dilibatkan untuk menentukan target penerima D-Ka ini karena pendidikan karakter akan tercapai dengan adanya kolaborasi antara pihak sekolah dan para orangtua.

Terima kasih untuk seluruh anak hebat 33 MB juga para orangtua yang selalu mendukung kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sekolah terutama kegiatan yang berpusat kepada anak.

Mari..dukung program D-Ka (Dari Kita Untuk Kita) 33 MB. Harapan 33 MB kepada seluruh murid dengan adanya program ini menumbuhkan sikap saling berbagi dan peduli sesama mulai dari hal kecil dan lingkungan sekitar kita.

Selalu semangat belajar untuk kita semua dan salam bahagia..

Jumat, 12 Agustus 2022

Koneksi Antar Materi Modul 1.3 Visi Guru Penggerak

 

Koneksi Antar Materi Modul 1.3 (Doc. Pribadi)

Koneksi antar materi pada Modul 1.3.a.8 akan merefleksikan dan mengaitkan pemahaman antar modul yang telah dipelajari hingga saat ini. Bagaimana pada Modul 1.1 pemikiran Ki Hajar Dewantara menjadi inspirasi dalam keberpihakan kepada murid. Sehingga dengan semangat itu membawa kita selalu berpedoman pada kemerdekaan murid demi tercapainya Profil Pelajar Pancasila.

Nilai dan peran guru penggerak yang telah dipelajari pada Modul 1.2 lebih menguatkan diri untuk menjadi salah satu agen transformasi pendidikan. Berpihak kepada murid, Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, dan Inovatif adalah nilai-nilai yang diharapkan terbentuk dalam diri seorang guru penggerak. Kemudian nilai-nilai ini diharapkan tertanam dalam diri sehingga menjadi bekal dalam menjalankan peran sebagai guru penggerak.

Pada akhir Modul 1.3, membuat visi sekolah impian yang mampu menggugah orang-orang ketika membacanya. Bukan perkara yang mudah namun, tidak ada alasan untuk tidak mencoba membangun visi itu walau itu baru sekedar mimpi. Visi membawa kita pada tujuan yang ingin dicapai dan menjadi motivasi dalam diri untuk terus semangat dalam belajar.

Prakarsa perubahan BAGJA akan membantu dalam menyusun segala rencana untuk menggapai visi sekolah. Mulai dari Buat pertanyaan sebagai penentu arah terkait perubahan yang diinginkan. Ambil pelajaran dari berbagai pengalaman positif yang telah ada dan Gali mimpi dengan menyusun narasi tentang kondisi ideal apa yang diinginkan terjadi. Kemudian Jabarkan mimpi dengan merumuskan rencana tindakan tentang hal-hal penting apa yang perlu dilakukan untuk mewujudkan visi. Tahap akhir, Atur eksekusi dengan memutuskan langkah-langkah yang akan diambil, siapa saja yang akan menjadi patner dalam kolaborasi, strategi yang akan dijalankan, dan aksi lain demi terwujudnya visi.

Setelah berdiskusi di ruang kolaborasi bersama fasilitator dan rekan-rekan sesama calon guru penggerak juga berdiskusi bersama instruktur di elaborasi pemahaman, saya memutuskan untuk merevisi visi sekolah impian yang telah saya susun sebelumnya.

Visi Sekolah Impian (Doc. Pribadi)

Adapun visi sekolah impian saya : “ Mewujudkan Murid yang Berakhlak Mulia dan Berkarakter Mandiri demi Terwujudnya Generasi yang Merdeka dan Unggul”.

Mari…terus bersemangat dalam mewujudkan mimpi-mimpi yang tertuang dalam visi sekolah impian. Mulai dari langkah kecil namun konsisten untuk melakukannya.

Semangat belajar untuk kita semua dan salam bahagia…

Rabu, 10 Agustus 2022

Prakarsa Perubahan BAGJA pada Program SEMATA

"Prakarsa Perubahan BAGJA pada Program BAGJA" (Doc. Pribadi)

Artikel berikut ini akan membahas lanjutan mengenai Modul 1.3 Visi Guru Penggerak yang telah saya mulai dengan menyusun visi sekolah impian pada Modul 1.3.a.3 Mulai Dari Diri pada artikel sebelumnya. Kemudian inspirasi lainnya juga berasal dari hasil diskusi kelompok pada Modul 1.3.a.5 Ruang Kolaborasi.

Prakarsa Perubahan dengan alur BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, Atur eksekusi) pada Modul 1.3.a.6 Demonstrasi Kontekstual ini adalah “Melalui Program SEMATA Membentuk Generasi yang Peduli Kebersihan Diri dan Memiliki Karakter Kemandirian”.

Adapun judul ini saya pilih dalam prakarsa perubahan pada BAGJA berangkat dari assessment awal saya akan minimnya edukasi para murid dan orangtua tentang pentingnya kebersihan gigi dan mulut. Padahal kebersihan gigi dan mulut merupakan awal dari kesehatan tubuh kita. Gigi dan mulut yang terjaga kebersihannya dapat dirasakan manfaatnya sampai nanti kita dewasa karena kuman bakteri dari makanan yang dimakan tidak dapat masuk jika gigi kita sehat (tidak berlubang). Pembentukan kebiasan baik ini haruslah dimulai dari sedini mungkin terutama saat di tingkat SD. Selain itu, akan terbentuk karakter disiplin dalam diri murid dengan melakukan rutinitas baik dalam kesehariannya.

Adapun alur BAGJA pada Program SEMATA lebih lengkapnya tersedia di video Youtube berikut ini : 

Video Prakarsa Perubahan pada Program SEMATA (Doc. Youtube Lisa Sya)

Semangat belajar untuk kita semua dan salam bahagia…


Sabtu, 06 Agustus 2022

Visi Sekolah Impian

 

"Visi Sekolah Impian" Modul 1.3. Ruang Kolaborasi (Doc. Pribadi)

Ruang Kolaborasi pada Modul 1.3. Visi Guru Penggerak ini menjadi mimpi kami untuk visi sekolah impian masa depan. Bersama kami berdiskusi dalam menentukan visi sekolah impian yang mulai akan kami wujudkan perlahan demi perlahan.

Visi merupakan cita-cita maupun harapan yang ingin dicapai, baik itu oleh seseorang maupun dalam bentuk komunitas. Jika bicara tentang visi sekolah maka, pastinya cita-cita yang ingin dicapai oleh sekolah itu sendiri di masa depannya. Visi sekolah bukan pula milik warga dalam sekolah namun, milik semua pihak yang terlibat di dalamnya baik itu pemangku pendidikan, lingkungan sekitar, orangtua murid, dan pihak-pihak lainnya yang turut membantu dalam mewujudkan cita-cita sekolah.

Visi juga mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan bagi warga sekolah. Ibarat kita sedang berjalan, visi adalah tujuan. Adanya tujuan membuat kita lebih semangat dan termotivasi untuk terus melangkah maju untuk mencapai tujuan itu.

Pada ruang kolaborasi Modul 1.3 Visi Guru Penggerak, kelompok kami memiliki visi sekolah impian yaitu “Mewujudkan Murid yang Merdeka, Unggul, dan Memiliki Karakter Profil Pelajar Pancasila”. Adapun alasan kami memilih visi ini adalah harapannya nanti murid akan merdeka (bahagia lahir batinnya), unggul dalam segala hal sesuai dengan minat dan bakatnya, serta memiliki karakter enam elemen Profil Pelajar Pancasila.

Tidak mudah mewujudkannya namun, selalu ada jalan jika disertai dengan niat yang tulus, semangat untuk terus belajar, dan dukungan juga kolaborasi semua pihak dalam mewujudkan visi sekolah ini.

Mari…semangat belajar untuk kita semua dan salam bahagia…

 

*Judul yang sama juga menjadi hasil diskusi pada ruang kolaborasi dari kelompok kami dalam Program Pendidikan Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Bangka.

                      "Visi Sekolah Impian" Modul 1.3. Ruang Kolaborasi (Doc. Youtube Lisa Sya)


Senin, 01 Agustus 2022

“Imaji tentang Murid 33 MB di Masa Depan”

Artikel ini adalah hasil refleksi mandiri saya pada modul 1.3. Visi Guru Penggerak. Alur Merdeka yang pertama adalah Modul 1.3.a.3. Mulai Dari Diri yang terbagi dari 3 refleksi mandiri (Refleksi Mandiri 1, Refleksi Mandiri 2, dan Refleksi Mandiri 3).

Berikut hasil refleksi mandiri saya :

Refleksi Mandiri 1.1

                                            Mimpi saya tentang Murid 33 MB (Doc. Pribadi)

Setiap manusia pastilah mempunyai impian akan masa depannya. Untuk menggapai impian, akan ada rancangan sebagai jalan menuju impian. Rancangan disusun, ditata, dan dibuat sedemikian rupa dengan memperhatikan berbagai aspek. Keberpihakkan kepada murid menjadi dasar disusunnya semua impian. Selain itu, memahami kekuatan dalam diri yang dijadikan sebagai langkah awal dan kelemahan dalam diri sebagai upaya untuk terus belajar memperkuat potensi yang dimiliki. Kemudian juga melibatkan banyak pihak dalam menggapai impian-impian ini karena sejatinya semua impian ini adalah harapan dari banyak pihak. Seperti yang dikemukakan oleh Aditya Dharma, S.Si., M.B. A, “Harapan kita adalah visi kita. Visi kita sekarang adalah masa depan murid kita. Masa depan murid kita adalah masa depan banga kita, Indonesia.”

 

Refleksi Mandiri 1.2

Sebagai manusia yang memilih profesi mulia sebagai seorang GURU, ada impian-impian saya tentang murid di masa depan yang ingin diwujudkan. Berikut ini imaji saya tentang murid UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat (33 MB) di masa depan (5-10 tahun) :

 
Mimpi saya tentang Murid 33 MB (Doc. Pribadi)

·       Saya memimpikan murid 33 MB yang bahagia dalam kesehariannya juga berkarakter Profil Pelajar Pancasila, tercermin dari akhlak mulia (akhlak : beragama, pribadi, sesama, alam, dan negara), toleransi, gotong royong, mandiri, dan kreatif sesuai dengan minat bakatnya.

·       33 MB percaya bahwa murid adalah manusia yang sedang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya, di hari nanti mereka akan menjadi bagian dari peradaban / sejarah terbaik dalam hidup mereka.

·       33 MB mengutamakan pembelajaran yang berpihak kepada murid dan ekosistem sekolah yang nyaman dan bahagia untuk muridnya.

·       Murid 33 MB sadar betul bahwa mereka punya mimpi yang harus diwujudkan dan untuk merancang mimpi itu dimulailah dari pembentukan dan penguatan karakter dirinya.

·       Guru 33 MB yakin untuk mencapai impian-impian itu diperlukan niat tulus, tekad kuat, bergerak bersama, dan berkolaborasi untuk mewujudkannya menjadi nyata.

·       Guru 33 MB paham bahwa sekolah yang nyaman adalah murid bahagia didalamnya dan murid selalu rindu akan sekolahnya.

 

Refleksi Mandiri 1.3

Berdasarkan dari refleksi mandiri 1.1 dan 1.2, di bagian akhir dari Modul 1.3.a.3 ini saya akan mengformulasikan Visi saya tentang murid dan sekolah yang saya impikan dalam satu kalimat.

Visi sekolah impian saya adalah :

                                                    Visi Sekolah Impian Saya (Doc. Pribadi) 

Demikian Visi tentang sekolah impian dan imaji murid 33 MB akan datang yang telah saya tuangkan dalam artikel ini. Semangat selalu untuk mewujudkannya.

Semangat belajar untuk kita semua dan salam bahagia…

Observasi Kelas Penuh Cerita

  Observasi Kelas 1 33 MB, Rabu/06 Maret 2024 (Doc. Pribadi)           Dalam upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) di dunia pendidika...