Koneksi antar materi Modul 1.4.a.8 ini merefleksi dan
mengaitkan pemahaman antar modul yang telah dipelajari. Bagaimana pada Modul
1.1 Pemikiran Ki Hajar Dewantara menjadi inspirasi dalam keberpihakkan kepada
murid, Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak menjadi power yang harus
diperkuat oleh seorang guru penggerak hingga di Modul 1.3 Visi Guru Penggerak
merancang sebuah visi sekolah impian. Terakhir, bagaimana Modul 1.4 Budaya
Positif menjadi bagian terpenting membentuk karakter/nilai positif dalam diri murid
guna menjadi bagian dari terwujudnya Profil Pelajar Pancasila.
Menurut KHD, “Pendidikan merupakan proses dari mencari
ilmu untuk kecakapan hidup secara lahir maupun batin baik sebagai individu
maupun makhluk sosial. Pendidikan juga memberi tuntunan terhadap segala kodrat
yang dimiliki agar mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya.” Pemikiran ini menjadi panduan dalam sistem
persekolahan KHD seperti Taman Siswa yakni tempat bermain sambil belajar untuk
anak sesuai dengan kodratnya. Anak merdeka untuk tumbuh dan berkembang sesuai
dengan kodrat alam dan kodrat zamannya. Tujuannya adalah untuk mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya sebagai individu maupun makhluk
sosial.
Pemikiran KHD ini membawa semangat untuk memperkuat nilai dan
peran sebagai seorang guru penggerak yakni berpihak kepada murid, mandiri,
reflektif, kolaboratif, dan inovatif. Sehingga dengan semangat ini, saya pun
menyusun visi sekolah impian : “Mewujudkan Murid yang Berakhlak Mulia dan
Berkarakter Mandiri demi Terwujudnya Generasi yang Merdeka dan Unggul.”
Peran seorang guru sangatlah besar untuk menciptakan budaya
positif di sekolah terutama bagi saya yang sedang mengikuti pendidikan calon
guru penggerak ini. Modul 1.4 Budaya Positif bukan hanya memberikan saya ilmu
baru namun, mengubah cara pandang saya dalam menerapkan budaya positif di
sekolah terutama mengenal dasar disiplin positif dan 5 kebutuhan dasar manusia,
motivasi perilaku manusia (huhuman dan penghargaan), pentingnya membuat keyakinan/kesepakatan
kelas, 5 posisi kontol yang sering dijalankan oleh guru, serta posisi kontrol
terbaik guru dalam segitiga restitusi.
Penerapan budaya positif di sekolah telah dilaksakan dengan
berbagai program dan kegiatan yang telah berjalan. Adapun program sekolah yang
melibatkan seluruh warga sekolah dan merupakan Program Unggulan 33 MB,
yaitu :
1.
PULAS (Paguyuban Kelas). PULAS bagian penting dalam program sekolah
ini karena pendidikan anak bukan hanya tanggung jawab sekolah namun, kolaborasi
antara orangtua, sekolah, dan masyarakat. Sehingga PULAS merupakan wujud dukungan
orangtua kepada sekolah dan juga menjadi wadah dalam memberikan
pendapat/masukkan para orangtua demi lancarnya pembelajaran anak di sekolah. PULAS
1 sampai 6 telah terbentuk sehingga
terpilih ketua PULAS untuk masing-masing kelas. Setiap ketua PULAS menjadi
penggurus dalam KOMITE PULAS 33 MB. Pertemuan rutin para pengurus KOMITE PULAS
33 MB dilakukan satu bulan sekali dan obrolan isentif selalu dilakukan via Whatsapp.
2.
SEMATA (Senyum Manis Kita). SEMATA merupakan program edukasi
akan pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut. Kemudian penanaman kebiasaan
baik menjaga kebersihan gigi dan mulut dari sedini mungkin harus ditanamkan karena
berawal dari ini akan membentuk karakter kepedulian diri pada anak untuk
menjaga kesehatan. SEMATA dimulai dengan sosialisasi Puskesmas Penagan ke 33 MB
dengan hadirnya seorang dokter gigi dan tim Puskesmas dalam memberikan edukasi
dan mengajarkan anak-anak praktik sikat gigi yang benar. Kemudian diadakan
jadwal sikat gigi bersama di sekolah yang rutin dilakukan anak-anak setiap
harinya bersama guru kelas. Selain itu, Program SEMATA menjadi program yang
diikut sertakan dalam Lomba Senyum Indonesia yang dilaksanakan oleh salah satu
aplikasi belajar online, KIPIN/Kios Pintar bekerjasama dengan Pepsodent.
3.
NADI (Nabung Sejak Dini). NADI merupakan program menabung
untuk anak. Menabung menjadi penting dalam mengajarkan anak-anak hidup
sederhana, disipilin, dan menyiapkan bekal untuk pendidikan yang lebih
tinggi. Mitra menabung 33 MB adalah Bank Sumsel. Antusias orangtua dalam kegiatan
ini juga sangat tinggi terbukti dengan hadirnya orangtua dalam sosialisasi menabung
oleh pihak Bank Sumsel hingga pembuatan buku tabungan anak. NADI memfasilitasi
anak-anak untuk menabung di bank tanpa perlu pergi ke bank yang berjarak cukup
jauh dari tempat tinggal mereka. Hadirnya pihak bank di sekolah setiap rabu
menjadi hari menabung anak-anak bersama Bank Sumsel.
4.
D-Ka (Dari Kita Untuk Kita). D-Ka merupakan program sosial dari
anak untuk anak. Program ini mengajarkan anak peduli dengan berbagi
kepada teman-temannya yang membutuhkan. Tidak menunggu harus kaya atau punya
jabatan untuk berbagi, bisa dari hal yang paling kecil misalkan berbagi sedikit
sembako yang ada di rumah. Semua sembako dikumpulkan oleh anak dan diberikan
kembali ke anak-anak yang membutuhkan. D-Ka perdana diadakan dalam rangka
memperingati HUT ke-77 RI tepat sehari sebelum perayaan puncak HUT RI yang
jatuh setiap tanggal 17 Agustus. Data anak yang menerima Sembako Berbagi ini
didapat dari hasil diskusi para orangtua KOMITE PULAS 33 MB.
Penerapan budaya positif juga saya lakukan di Kelas 3 (kelas
yang saya ampuh di tahun pelajaran 2022/2023). Adapun beberapa Program Kelas
3 yang telah dilaksanakan, yaitu :
1. Asesment Diagnostik Non Formatif. Sosialisasi dan pengisian asesment adalah hal baru untuk murid dan orangtua namun, asesment diagnostik non formatif di awal pembelajaran menjadi agenda wajib untuk membantu guru mengetahui kondisi anak yang sebenarnya sehingga dalam menjalankan perannya guru mampu menuntun anak-anak pada minat, bakat, dan kemampuannya sesuai dengan sistem persekolahan KHD. Asesment memuat hal/aktivitas yang disukai hingga kemampuan yang dimiliki serta fokus pada aset/potensi anak. Selain itu, anak bersama orangtua menuliskan harapan untuk pembelajaran selama satu tahun di kelas 3. Asesment diagnostik non formatif ini saya susun sesuai dengan kebutuhan murid di 33 MB dan pengisiannya dilakukan di rumah dengan suasana santai agar hasil yang diharapkan maksimal. Asesment ini menjadi acuan penting saya dalam menjalankan semua kegiatan bersama anak-anak kelas 3 di sekolah. Sampai pernah terpikir oleh saya, jika tidak ada ini begitu jauhnya nanti saya akan salah melangkah.
2. Kesepakatan Kelas. Keyakinan/kesepakatan kelas juga menjadi agenda wajib guru dalam membentuk budaya positif di kelas. Saya menyaksikan begitu semangatnya anak-anak ketika menuliskan semua harapan yang mereka inginkan dan kemudian disepakati bersama-sama oleh guru dan murid. Saya terharu campur bahagia ketika melihat begitu semangatnya anak-anak untuk terus belajar menyepakati kesepakatan kelas ini. Jadi, menurut saya jika masih banyak kekurangan adalah normal untuk suatu aktivitas baru yang belum terbiasa dilakukan sebelumnya.
3. Operasi Semut.
Operasi semut menjadi program kelas yang setiap hari selalu dijalankan. Mengingat
di belakang kelas 3 adalah TPS (Tempat Pembuangan Sampah) jadi, setiap hari
selalu ditemukan banyak sampah berserakkan. Untuk saat ini saya masih berfokus
kepada pembiasaan pada anak-anak untuk membuang sampah pada tempat sampah dan
menjaga kebersihan di TPS.
4. CUAN (Curhat Anak). CUAN menjadi wadah/ruang anak untuk bercerita kepada saya tanpa ada
batasan (terbuka tanpa ada ketakuatan) dan bersifat rahasia (kecuali untuk beberapa
anak atas izin mereka saya mendokumentasikannya). CUAN dilaksanakan sepulang
sekolah agar keadaan kelas lebih tenang dan anak lebih rileks dalam bercerita. Setelah
selesai CUAN, saya juga mengantar anak pulang ke rumahnya sambil bersilaturahmi
dengan orangtuanya. Saya merasa kaget ketika program ini begitu diminati anak.
Bahkan saya sedikit kewalahan dalam mengatur jadwal anak. Namun, saya utamakan
anak-anak yang mempunyai masalah serius selama di sekolah untuk menerapkan
restitusi dalam penyelesaiannya.
5. BIJAR (Bermain Sambil Belajar). BIJAR adalah pembelajaran
yang berpusat pada anak seperti selalu memulai ice breaking sebelum
memulai pembelajaran, mengutamakan diskusi bersama, belajar di alam, menceritakan
dari apa yang mereka baca/lihat di depan kelas, jadwal menonton film sekali dalam
satu minggu, jadwal mengembangkan minat-bakat mereka sekali dalam satu minggu,
dan aktivitas lainnya yang menyenangkan.
Semua kegiatan para murid di kelas maupun sekolah selalu saya
tulis di blog pribadi (Blogspot dan Wordpress) dan beberapa di
blog nasional (Kompasiana). Selain itu, saya juga mempostingnya di media sosial
(Instagram, Facebook, Youtube, dan Tiktok). Saya juga rutin
membagikan artikel/video ke beberapa Whatsapp/Telegram Grup terutama grup
PULAS dan 33 MB. Mendokumentasikan dan menulis artikel akan terus saya
lakukan karena ini adalah cara paling cepat dan mudah dalam menyebarkan praktik
baik kepada semua orang. Melalui gawai canggih yang hampir setiap orang punya
dan setiap waktu pegang mampu menjadikan 33 MB dikenal banyak orang. Bagian
inilah yang membuat saya selalu terharu mengingat 33 MB berada di desa
perbatasan Kabupaten Bangka Induk dan Kabupaten Bangka Tengah. Saya juga membagikan
praktik baik ini di Platform Merdeka Mengajar untuk mendapatkan feedback
dari guru di seluruh Indonesia yang akan membantu saya dalam merefleksi dalam
mempersiapkan aktivitas berikutnya.
Hal-hal menarik yang terjadi di luar dugaan saya adalah
ketika banyak anak dan orangtua memberikan feedback (umpan balik)
positif kepada saya. Walau terkadang saya sering merasa apa yang saya lakukan
ini tidaklah apa-apa. Bahkan ada orangtua yang pertama bertemu saya sampai
menangis bercerita tentang betapa bahagia anaknya ketika pulang sekolah. Dia
selalu cerita tentang kegiatannya selama di sekolah bersama saya. Semua hal
yang saya dapat ini menjadi semangat untuk terus memperbaiki diri menjadi lebih
baik.
Perubahan yang terjadi pada cara berpikir dalam menciptakan
budaya positif di kelas maupun sekolah setelah memperlajari modul ini adalah anak-anak
akan memiliki karakter/nilai positif dalam dirinya jika sekolah khususnya guru
memberikan ekosistem positif pada murid. Ketika sekolah memahami itu maka,
sekolah akan mengupayakan kegiatan keberpihakkan pada murid sehingga budaya
positif terbangun di sekolah.
Pengalaman yang saya alami terkait penerapan konsep-konsep
inti dalam modul ini baik di lingkup kelas maupun sekolah adalah manfaat yang
sangat besar dirasa setelah menerapkannya. Dalam ruang lingkup kelas, ketika guru
mengetahui kebutuhan dasar murid maka, saat murid tersebut mengalami masalah
guru dapat membantunya dengan restitusi sehingga mengembalikannya pada
nilai-nilai yang diyakini (kesepakatan kelas). Dalam ruang lingkup sekolah,
semua kegiatan yang telah dilaksanakan bersumber dari keberpihakkan kepada
murid sehingga anak-anak senang menjadi aktor utama dalam semua kegiatan yang
direncanakan dan dijalankan apalagi kegiatan itu juga melibatkan orangtuanya.
Perasaan saya setelah menerapkan konsep-konsep budaya positif
ini pastinya sungguh luar biasa bahagia. Melihat mereka tersenyum bahagia dari
hal kecil dan sederhana, membuat saya menjadi termotivasi untuk terus
memberikan yang terbaik dalam perjalanan mereka menyiapkan bekal hidup untuk
masa depannya.
Hal-hal yang sudah baik dalam penerapan budaya positif ini
akan terus dijalankan oleh 33 MB. Tidak hanya ketika saya mengikuti pendidikan
guru penggerak namun, terus dilakukan selama anak-anak bahagia menjalaninya sehingga
membentuk karakter positif pada diri anak sendiri. Namun juga terus diadakan
refleksi di jangka waktu tertentu. Salah satu refleksi adalah feedback,
bisa secara langsung ke guru atau melalui PULAS. Hal-hal yang perlu diperbaiki
adalah meyakinkan rekan sejawat bahwa semua kegiatan positif ini terus berjalan
walaupun saya tidak lagi menjalani pendidikan guru penggerak. Sehingga memberi
pemahaman bahwa sejatinya selama menjadi guru maka kita harus menjadi
fasilitator terbaik untuk para murid kita.
Sebelum mempelajari modul ini, posisi kontrol yang sering
saya gunakan adalah Teman. Dari awal menjadi seorang guru, saya selalu
berprinsip bahwa anak-anak harus bahagia ketika bersama saya namun, itu saja
tidak cukup. Anak-anak juga harus belajar menyelesaikan masalah mereka sendiri
dengan cara terbaik yang mereka bisa. Selama ini saya terlalu mentoleransi
kesalahan anak tanpa berpikir apakah akan menjadi pengalaman belajar untuknya
dan mengubah karakternya menjadi lebih kuat. Restitusi mengubah pandangan saya
akan pentingnya memfokuskan anak dalam penyelesaian masalah dan penguatan
karakter baik dalam diri anak.
Sebelum mempelajari modul ini, saya sudah pernah menerapkan
restitusi namun, baru mencapai tahap 2 validasi tindakan yang salah. Tahap 3 tidak
pernah dilakukan karena belum pernah membuat kesepakatan kelas sehingga tidak
punya acuan dalam nilai-nilai yang diyakini bersama. Selain itu, saya juga
tidak pernah membiasakan para murid untuk menemukan solusi sendiri dari masalah
yang dihadapi sehingga tidak terjadi penanaman karakter positif yang kuat pada
diri murid.
Semua konsep budaya positif secara utuh dan terurut telah
dijelaskan dalam modul ini. Hal yang harus saya lakukan saat ini adalah meneruskan
perilaku-perilaku positif sehingga menjadi suatu kebiasaan yang tumbuh menjadi
budaya positif dimanapun saya berada, baik itu di rumah maupun sekolah. Selain
itu, berbagi praktik baik di lingkungan terdekat (sekolah) menjadi bagian terpenting
mengingat budaya positif di kelas akan lebih berimbas luas ketika ekosistem
sekolah juga mengupayakan budaya positif. Hal ini bisa dimulai dengan menjadi role
model. Bagian yang tidak mudah untuk saya dan mungkin untuk para CGP
lainnya. Namun, saya percaya dalam setiap niat tulus akan selalu ada jalan
terbaik untuk dilalui.
Mari…terus semangat dalam menanamkan budaya
positif di lingkungan kita untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tertuang dalam
visi sekolah impian. Mulai dari langkah kecil namun konsisten untuk
melakukannya.
Semangat belajar untuk kita semua dan
salam bahagia…
*Video "Membangun Budaya Positif di 33 MB" juga tersedia di channel Youtube :