Senin, 28 November 2022

MB bawa pulang 7 trofi di peringatan HGN Tk. Kabupaten

Peringatan HGN Tahun 2022 di Kabupaten Bangka (Doc. Pribadi)


Satu hari sebelum puncak peringatan Hari Guru Nasional, saya mendapatkan surat undangan untuk mengikuti upacara HUT PGRI dan KORPRI di Kabupaten Bangka. Surat undangan ini saya terima dari salah seorang guru di Kecamatan Mendo Barat yang sedari awal banyak membantu saya memberikan informasi dalam lomba penulisan artikel baik di tingkat kecamatan dan kabupaten.

Tepat di peringatan Hari Guru Nasional Jum’at / 25 November 2022 lalu, saya mengikuti upacara bendera di SMA Negeri 1 Mendo Barat dengan jarak kurang lebih 36 KM, hari ini upacara bendera di halaman kantor bupati Bangka hanya saya tempuh kurang lebih 2 KM saja.  Sungguh..sensasi upacara yang berbeda, namun penuh dengan cerita.

Bertindak sebagai pembina upacara Bupati Bangka, Bapak Mulkan, S.H., M.H. Pada amanat upacara bendera peringatan HUT ke-77 PGRI dan ke-51 KORPRI, bapak bupati membacakan dua naskah pidato. Naskah pidato pertama dari Menteri Kemdikbudristek, Bapak Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A sebagai peringatan HUT ke-77 PGRI dan Hari Guru Nasional. Naskah pidato kedua dari Ketua Umum Pengurus KORPRI Nasional, Bapak Prof. Dr. Zudan Arid Fakrullah, S.H., M.H sebagai peringatan HUT ke-51 KORPRI .

Hadir sebagai peserta upacara adalah seluruh guru, pemimpin, dan praktisi pendidikan, serta para pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bangka. Walaupun matahari pagi ini terasa sedikit menyengat, namun tidak mengurangi rasa bahagia bisa hadir dalam acara peringatan HUT PGRI dan KORPRI tahun 2022. Setelah upacara bendera, pemotongan tumpeng yang bertema HUT ke-77 PGRI oleh bapak bupati kemudian diberikan kepada perwakilan guru yang memasuki purnabakti. Acara selanjutnya adalah pemberian tali kasih kepada perwakilan anggota KORPRI di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bangka yang memasuki purnabakti pada tahun 2022. Dari informasi yang saya terima, pada tahun 2022 ini ada 166 orang PNS di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bangka yang memasuki purnabakti, 113 orang diantaranya merupakan PNS guru dan pengawas.

Hadir juga diantaranya Bapak Teguh Supriadi, S.Pd, Bapak Tri Gunawan, S.Pd, dan Bapak Gandung Suwardi, A.Md yang bulan Oktober lalu di Gugus IV Prasasti Kotakapur telah memasuki masa purnabakti (link artikel tersedia di: https://www.kompasiana.com/lisasya/6339c7fd5cc80449520cacf2/purnabakti-di-gugus-iv-mb dan Jum’at lalu juga mengikuti upacara bendera dalam peringatan Hari Guru Nasional di Kecamatan Mendo Barat (link artikel tersedia di: https://www.kompasiana.com/lisasya/63822cb34addee342d7e9603/kue-hgn-paling-berharga ).

Artikel dengan judul yang sama ketika mengikuti lomba menulis artikel non penelitian di tingkat Kecamatan Mendo Barat, membawa saya menjadi Juara 2 di tingkat Kabupaten Bangka. Artikel ini terinspirasi dari pembelajaran berdiferensiasi yang perlahan mulai saya lakukan pada kelas 3 di 33 MB. Walaupun dalam proses yang dilakukan masih banyak kekurangan, namun mencoba memulai perubahan dalam proses pembelajaran menjadi tanggung jawab kita bersama dalam menuntun para murid kita untuk tumbuh dan berkembang di zamannya dengan potensi/kekuatan yang dimiliki. Seperti potongan kalimat mas menteri dalam naskah pidato yang dibacakan oleh semua pembina upacara pada peringatan Hari Guru Nasional tahun 2022, “Memang, pada dasarnya tidak ada perubahan yang membuat kita nyaman. Jika masih nyaman, itu artinya kita tidak berubah.”

Peringatan HUT ke-77 PGRI dan HGN tahun 2022 ini juga terasa spesial karena PGRI cabang Kecamatan Mendo Barat membawa pulang 7 trofi dari berbagai lomba HUT PGRI yang diselenggarkan pada tingkat kabupaten. Juara 2 SKJ PGRI, juara 2 Volly Putra, juara 3 Paduan Suara, dan juara 3 masak lempah kuning (makanan khas Bangka). Selain itu, 3 trofi lainnya dari lomba menulis artikel non penelitian, juara 2 tingkat SD, juara 1 tingkat SMP dan SMA.

Terima kasih untuk seluruh pihak yang terus menginspirasi saya dalam menulis. Terkhusus 33 MB mulai dari kepala sekolah, rekan-rekan sejawat, dan para murid hebatnya. Terima kasih juga untuk rekan-rekan seperjuangan di Kecamatan Mendo Barat dan Kabupaten Bangka.

Selamat Hari Guru Nasional untuk seluruh pejuang pendidikan. Secanggih apapun dunia…peran GURU tak akan pernah tergantikan. Mari..tinggalkan kisah perjuangan kita dalam sebuah tulisan.

Semangat belajar untuk kita semua dan salam bahagia…

 

*Artikel ini telah tayang di : https://www.kompasiana.com/lisasya/6384707f08a8b5686b0416a4/mb-bawa-pulang-7-trofi-di-peringatan-hgn-tk-kabupaten

 


Sabtu, 26 November 2022

Kue HGN paling Berharga

 

Peringati HGN bersama PULAS-3 (Doc. Pribadi)

Satu hari berlalu dari peringatan Hari Guru Nasional tahun ini. Namun, aura kasih sayang dari momen untuk para guru ini masih terasa pekat hingga ke 33 MB.

Pagi ini menjadi agenda pertemuan rutin saya bersama para orangtua kelas 3 yang tergabung dalam PULAS-3 (Paguyuban Kelas 3). Alhamdulillah..banyak orangtua yang hadir, hanya beberapa saja berhalangan hadir karena ada hal penting yang tidak bisa ditinggalkan. Namun, semangat untuk berkumpul dan berdiskusi demi anak-anak sepantasnya di apresiasi apalagi di tengah kesibukan mereka yang harus meninggalkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Saat tiba di kelas, saya melihat ada beberapa anak yang wajahnya cemberut. Ketika saya tanyakan, anak-anak hanya jawab: “dak ape la” (tidak apa-apa). Bahkan ada anak saat saya tanyakan, langsung menangis. Akhirnya..saya putuskan menayangkan beberapa video untuk anak-anak sembari menunggu kedatangan para orangtua mereka. Walaupun dengan menonton video, belum membuat wajah mereka sepenuhnya bahagia, namun setidaknya ini lebih baik daripada sebelumnya.

Pertemuan bersama orangtua dimulai pukul 09.00 WIB dengan agenda menceritakan hasil pembelajaran anak dalam kurun beberapa bulan terakhir, termasuk perkembangan anak dalam hal perubahan yang dirasakan oleh orangtua. Selain menayangkan beberap video dan menampilkan foto-foto proses belajar anak-anak di sekolah, pertemuan hari ini saya fokuskan juga dengan mendengarkan cerita orangtua tentang perubahan yang terjadi pada anak-anaknya selama kurang lebih 5 bulan terkahir ini. Alhamdulillah..semua orangtua menceritakan ada perubahan positif pada anak-anaknya terutama dalam tingkah laku dan mulai tumbuhnya karakter lebih baik. Mendengar para orangtua mengatakan demikian, tidak ada hal lain yang dapat saya ungkapkan selain Alhamdulillah dan menjadikan ini sebagai bahan evaluasi juga refleksi untuk proses pembelajaran berikutnya.

Dua jam berlalu, tiba pukul 11.00, salah satu orang tua masuk ke kelas sambil membawa kue dalam sebuah plastik merah. Saya pun kaget ketika ibu tersebut menceritakan kisah dibalik kue ini. Sungguh..membuat saya terharu dan seketika saya tidak dapat berkata-kata selain “terima kasih”.

Saat saya tiba di rumah, saya baru membaca pesan WA dari salah satu orangtua. Pesan itu dikirim pukul 08.51 WIB. Artinya pesan itu seharusnya saya terima pagi tadi, namun karena di 33 MB terkendala akses internet, maka pesan baru saya baca setibanya di rumah. Dalam pesan itu, ada sebuah foto beberapa uang receh pecahan Rp. 1.000, 00 dan Rp. 2.000, 00. Selain itu juga dikatakan bahwa pagi ini anak-anak berinisiatif menyisihkan uang jajan untuk membelikan kue untuk saya dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional yang jatuh tanggal 25 November kemarin. Namun, karena ini mendadak, mereka tidak dapat menemukan kue yang dapat di berikan kepada saya di pagi ini. Sontak saya teringat wajah-wajah cemberut mereka tadi saat di sekolah.

Jika 33 MB berada di Kota Sungailiat, mungkin dalam waktu 10-15 menit anak-anak sudah dapat mencarikan kue karena ada beberapa toko kue tersedia di Sungailiat. Namun, kondisi ini berbeda untuk 33 MB. Sebuah sekolah kecil yang terletak di dusun kecil dan jauh dari kota. Alhasil..salah satu orangtua berinisiatif pergi ke arah Kota Pangalpinang (ibukota provinsi) untuk membelikan kue ini. Puluhan kilometer harus ditempuh demi membahagiakan anak-anak untuk memberikan kejutan kepada gurunya. Sungguh..hal ini sangat mengharukan dan luar biasa untuk saya.

Saya paham betul uang Rp. 1.000, 00 sangat berarti untuk anak-anak, sementara mereka menyisihkan uang jajan itu untuk membelikan kue untuk saya. Bahkan untuk makan kue ini saja saya berpikir ribuan kali karena mengingat pengorbanan dan perjuangan untuk mendapatkannya. Terbayang bagaimana mereka sampai berinisiatif melakukan ini untuk saya.

Bagi saya..kue ini bukan hanya hadiah yang diberikan dalam momen Hari Guru saja, namun sarat akan kenangan yang berharga. Terima kasih untuk anak-anak hebat kelas 3 yang telah mengizinkan ibu menjadi bagian dari sejarah di zaman kalian nantinya. Terima kasih juga untuk para orang tua atas dukungan dan semangat yang luar biasa dalam membangun kolaborasi positif bersama sekolah dalam menyukseskan pembelajaran bermakna bagi anak-anak.

Sekali lagi…Selamat Hari Guru Nasional untuk seluruh pejuang pendidikan. Secanggih apapun dunia…peran GURU tak akan pernah tergantikan.

Semangat belajar untuk kita semua dan salam bahagia…

 

*Artikel ini telah tayang di : https://www.kompasiana.com/lisasya/63822cb34addee342d7e9603/kue-hgn-paling-berharga 

 

Jumat, 25 November 2022

Perdana, Peringati HGN di MB

 

Momen perdana saya peringati HGN di MB (Doc. Pribadi)

Jum’at pagi, 25 November 2022 disambut dengan gerimis di Kecamatan Mendo Barat. Tepatnya di SMA Negeri 1 Mendo Barat yang berada di “jantung” kecamatan, Desa Petaling. Hari ini semua guru dan pemangku pendidikan se-Kecamatan Mendo Barat mengadakan upacara bendera dalam rangka peringatan Hari Guru Nasional yang jatuh setiap tanggal 25 November setiap tahunnya. Hadir juga tokoh masyarakat, tokoh agama, dan aparat pemerintah di lingkungan Kecamatan Mendo Barat. Perasaan haru menyelimuti hati mengingat ini adalah momen pertama mengikuti upacara bendera pada perayaan Hari Guru Nasional di Kecamatan Mendo Barat.

Bertindak sebagai pembina upacara Bapak Hadi Sukamta, S.Pd. Beliau adalah pengawas Korcam dan juga pengawas sekolah di satuan pendidikan tempat saya mengabdikan diri di Dusun Air Pelempang Desa Air Buluh, UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat (biasa kami sebut 33 MB). Selaku pembina upacara bendera hari ini, Bapak Hadi Sukamta, S.Pd membacakan naskah pidato Menteri Kemdikbudristek, Bapak Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A.

Acara lainnya pada puncak peringatan Hari Guru Nasional adalah pemberian cenderamata kepada guru-guru yang telah memasuki purnabakti. Hadir juga diantaranya Bapak Teguh Supriadi, S.Pd, Bapak Tri Gunawan, S.Pd, dan Bapak Gandung Suwardi, A.Md yang bulan Oktober lalu di Gugus IV Prasasti Kotakapur telah memasuki masa purnabakti. (link artikel tersedia di: https://www.kompasiana.com/lisasya/6339c7fd5cc80449520cacf2/purnabakti-di-gugus-iv-mb)

Penampilan murid-murid dari seni tari SMA Negeri 1 Mendo Barat membuat suasana menjadi lebih hangat. Puluhan murid menari tarian daerah termasuk tarian dari Bangka Belitung. Saya pun terkesima ketika melihat para murid menari di lapangan upacara. Selang tarian para murid, dilakukan pemberian trofi berupa piala kepada pemenang lomba peringatan HUT Ke-77 PGRI dan HGN tahun 2022. Adapun rangkaian perlombaan telah dilaksanakan mulai bulan Oktober lalu, yaitu volly putra/putri, futsal, paduan suara (padus), SKJ, masak masakan khas Bangka (lempah kuning), dan menulis artikel. Saya pun dipercaya oleh Gugus IV Prasasti Kotakapur menjadi bagian dari perlombaan ini, yaitu menulis artikel non penelitian.

Tim Gugus IV Prasasti Kotakapur (Doc. Pribadi)


Artikel dengan judul “Esensi Asesmen Diagnostik dalam Pembelajaran Berdiferensiasi” membawa Gugus IV Prasasti Kotakapur menjadi Juara 1 dalam lomba menulis artikel non penelitian HUT Ke-77 PGRI Kecamatan Mendo Barat. Artikel yang konten (materi) terinspirasi ketika saya mengajar anak-anak hebat 33 MB khususnya Kelas III. Gugus IV Prasasti Kotakapur juga membawa 3 trofi lainnya dari juara 1 lomba futsal, juara 2 volly putra, dan juara 2 paduan suara.

Satu hal yang saya dapatkan dan menginspirasi dalam peringatan Hari Guru Nasional tahun 2022 ini adalah kekompakkan setiap gugus dalam perlombaan yang diadakan. Para guru berkolaborasi dalam tim dan mengusung semangat sportifitas dalam setiap perlombaan yang diadakan. Saya percaya, nilai ini tidaklah instan, namun telah menjadi bagian dari budaya positif yang kental di Kecamatan Mendo Barat. Saya pun merasa senang menjadi bagian dari keluarga baru di Kecamatan Mendo Barat terutama pada Gugus IV Prasasti Kotakapur.

Terima kasih untuk bapak kepala 33 MB, Bapak Soleh, S.Pd.I, rekan-rekan 33 MB, rekan-rekan Gugus IV Prasasti Kotakapur, rekan-rekan Kecamatan Mendo Barat, rekan-rekan Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 5 di Kecamatan Mendo Barat, dan pastinya anak-anak hebat 33 MB. Terima kasih Mendo Barat..Bahagia menjadi bagian dari Mendo Barat.

HGN 33 MB (Doc. Pribadi)

Selamat Hari Guru Nasional untuk seluruh pejuang pendidikan. Secanggih apapun dunia…peran GURU tak akan pernah tergantikan.

Semangat belajar untuk kita semua dan salam bahagia…

Twibbon HGN Tahun 2022 (Doc. Pribadi)

*Link Twibbon Hari Guru Nasional (Doc. Pribadi): http://twb.nz/hgnwujudkanmerdekabelajar

Video Tiktok Twibbon Hari Guru Nasional: https://vt.tiktok.com/ZS81upMQN/


*Artikel ini telah tayang di: 

https://www.kompasiana.com/lisasya/6380d2dfff9c8a65cb282ea2/perdana-hgn-di-mb

Kamis, 17 November 2022

Jurnal Refleksi Ke-8

 

Jurnal Refleksi Ke-8 (Doc. Pribadi)

Jurnal Refleksi Ke-8 (Minggu ke-16) pada Pendidikan Guru Penggerak tentang Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin.

Sama hal dengan jurnal refleksi pada modul sebelumnya, jurnal refleksi kali ini menjadi bagian penting dalam pengembangan keprofesian karena dapat mendorong guru untuk mengaitkan teori dan praktik, serta menumbuhkan keterampilan dalam mengevaluasi sebuah topik secara kritis (Bain dkk, 1999). Menuliskan jurnal refleksi secara rutin akan memberikan ruang bagi seorang praktisi untuk mengambil jeda dan merenungi apakah praktik yang dijalankannya sudah sesuai, sehingga ia dapat memikirkan langkah berikutnya untuk meningkatkan praktik yang sudah berlangsung (Driscoll & Teh, 2001). Jurnal ini juga dapat menjadi sarana untuk menyadari emosi dan reaksi diri yang terjadi sepanjang pembelajaran (Denton, 2018), sehingga kita dapat semakin mengenali diri sendiri.

Pada refleksi minggu ke-16 (jurnal refleksi ke-8), saya menggunakan model 4C (Connection, Challenge, Concept, Change). Model ini dikembangkan pertama kali oleh Ritchhart dan cocok digunakan dalam merefleksikan materi pembelajaran yang telah didapat. Adapun beberapa pertanyaan kunci yang menjadi panduan dalam membuat refleksi model 4C, yaitu:

1.   Connection. Apa keterkaitan materi yang didapat dengan peran saya sebagai Calon Guru Penggerak?

2.   Challenge. Adakah ide, materi, atau pendapat dari narasumber yang berbeda dari praktik yang saya jalani selama ini?

3.   Concept. Ceritakan konsep-konsep utama yang saya pelajari dan menurut saya penting untuk terus dibawa selama menjadi Calon Guru Penggerak atau bahkan setelah menjadi Guru Penggerak?

4.   Change. Apa perubahan dalam diri saya yang ingin saya lakukan setelah mendapatkan materi sampai akhir pembelajaran?

Adapun hasil refleksi saya setelah mempelajari Modul 3.1 ini :

Connection. Keterkaitan materi yang didapat dengan peran saya sebagai Calon Guru Penggerak sangat berkorelasi mengingat Pendidikan Guru Penggerak ini di desain untuk mempersiapkan agen transformasi pendidikan. Menurut saya, modul ini menjadi modal seorang pemimpin dalam mengambil keputusan yang bijak berdasar dari nilai-nilai kebajikan yang diyakini bersama.

Challenge. Ada ide, materi, atau pendapat dari narasumber yang berbeda dari praktik yang saya jalankan selama ini, saya temukan itu pada ruang kolaborasi bersama fasilitator dan ruang elaborasi pemahaman bersama instruktur. Pada ruang kolaborasi, fasilitator mengatakan bahwa alur TIRTA bukanlah satu-satunya desain yang digunakan dalam mengambil sebuah keputusan, namun dapat menjadi solusi terbaik seorang pemimpin dalam pengambilan keputusan yang bijak. Pada ruang elaborasi, instruktur mengatakan teruslah mengambil keputusan-keputusan sehingga dari setiap keputusan yang kita ambil akan mengasah keterampilan kita dalam mengambil sebuah keputusan dari suatu masalah.

 

Concept. Konsep utama yang saya pelajari dan akan terus saya bawa selama menjadi Calon Guru Penggerak bahkan setelah menjadi Guru Penggerak adalah saya akan terus belajar mengambil keputusan-keputusan dengan menggunakan alur TIRTA sehingga keterampilan pengambilan keputusan terasah dengan baik.

 

Change. Perubahan dalam diri saya yang ingin saya lakukan adalah memulai pengambilan keputusan bersumber dari nilai-nilai yang diyakini bersama agar hasil keputusan dapat diterima banyak pihak dan tidak ada yang dirugikan.

 

Semakin banyak kita mengambil keputusan, semakin terasah pula keterampilan kita dalam pengambilan keputusan dan hasil keputusan pun akan maksimal serta semakin bijak.

Mari..terus mengambil keputusan-keputusan agar kita semakin terampil dalam mengambil sebuah keputusan.

Semoga jurnal refleksi ini bermanfaat untuk para pembaca.

Semangat untuk terus belajar dan salam bahagia untuk kita semua..

-------------------------------------Bangka, 18 November 2022-----------------------------------

Penulis : Lisa, S.Pd., (Guru kelas di UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat / Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Bangka)

Jurnal Refleksi Ke-7

 

Jurnal Refleksi Ke-7 (Doc. Pribadi)

Jurnal Refleksi Ke-7 (Minggu ke-14) pada Pendidikan Guru Penggerak tentang Modul 2.3 Coaching dalam Supervisi Akademik.

Sama hal dengan jurnal refleksi sebelumnya, jurnal refleksi kali ini menjadi bagian penting dalam pengembangan keprofesian karena dapat mendorong guru untuk mengaitkan teori dan praktik, serta menumbuhkan keterampilan dalam mengevaluasi sebuah topik secara kritis (Bain dkk, 1999). Menuliskan jurnal refleksi secara rutin akan memberikan ruang bagi seorang praktisi untuk mengambil jeda dan merenungi apakah praktik yang dijalankannya sudah sesuai, sehingga ia dapat memikirkan langkah berikutnya untuk meningkatkan praktik yang sudah berlangsung (Driscoll & Teh, 2001). Jurnal ini juga dapat menjadi sarana untuk menyadari emosi dan reaksi diri yang terjadi sepanjang pembelajaran (Denton, 2018), sehingga kita dapat semakin mengenali diri sendiri.

Pada refleksi minggu ke-14 (jurnal refleksi ke-7) ini, saya menggunakan model Papan Cerita Reflektif (Reflective Storyboard). Model ini terdiri dari beberapa gambar bersambung yang mengilustrasikan refleksi yang dialami. Kemudian setiap gambar juga disertai penjelasan singkat.

Adapun hasil refleksi saya setelah mempelajari Modul 2.3 ini :

Gambar 1. Momen awal yang penting pada modul 2.3 ini adalah pada saat Ruang Kolaborasi bersama rekan-rekan CGP lainnya dan juga fasilitator. Setelah mempelajari materi penerapan coaching dalam konteks pendidikan, paradigma berpikir dan prinsip coaching, kompetensi inti coaching dan TIRTA sebagai alur percakapan coaching, supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching di Forum Diskusi, tiba saatnya untuk pertama kali mempraktikkan coaching dalam percakapan bersama rekan CGP di ruang virtual. Saya bersama salah seorang rekan CGP mempraktikkan coaching pada hari pertama ruang kolaborasi selama 30 menit secara bergantian sebagai coach dan coachee. Setelah itu di hari berikutnya kami mempraktikkan kembali percakapan coaching di ruang virtual untuk direkam sebagai tagihan tugas Ruang Kolaborasi Modul 2.3. Perasaan saya campur aduk ketika pertama kali melakukan praktik coaching, apalagi ini dilakukan secara daring (ruang virtual). Tidak banyak yang kami berdua persiapkan selain materi pembahasan yang dibahas pada percakapan coaching. Selebihnya mengalir begitu saja termasuk secara spontan memberikan pertayaan-pertanyaan terbuka yang berbobot untuk memancing coachee menemukan sendiri jawaban dari masalah yang dihadapinya.

Gambar 2. Momen berikutnya ketika melakukan percakapan coaching bersama kelompok (2 teman CGP lainnya) dalam Demonstrasi Kontekstual. Setelah mendapatkan pengalaman coaching di Ruang Kolaborasi, selanjutnya saya bersama 2 CGP lainnya mempraktikkan kembali percakapan coaching tetapi secara langsung (tatap muka). Adapun kami bertiga berperan sebagai coach, coachee, dan pengamat secara bergantian. Belokasi di salah satu sekolah SMP negeri di Kota Sungailiat. Perasaan saya sangat bahagia karena semakin mengasah keterampilan coaching apalagi sekarang dilakukan langsung bertatap muka dengan rekan sejawat. Saya dapat langsung merasakan suasana dan perasaan coachee ketika saya berpesan sebagai coach serta mengamati secara langsung proses percakapan yang dilakukan kedua teman CGP.

 

Gambar 3. Momen akhir adalah mempraktikkan rangkaian supervisi klinis dan percakapan dengan paradigma berpikir coaching secara langsung dengan rekan sejawat. Rangkaian supervisi klinis ini terdiri dari kegiatan perencanaan sebelum oservasi (pra-observasi), observasi, dan pasca observasi. Bagi saya, rangkaian supervisi ini bukan hanya sebagai tuntutan tugas Aksi Nyata Modul 2.3 saja, namun menjadi kesempatan saya memperkenalkan konsep supervisi akademik yang telah saya pelajari di Pendidikan Guru Penggerak ini. Supervisi akademik sejatinya menjadi proses pengembangan guru dalam mempersiapkan pembelajaran selanjutnya. Supervisi akademik dipersiapkan oleh supervisor dalam hal ini kepala sekolah dimulai dengan melalukan pra-observasi, menanyakan kepada guru aspek yang akan dikembangkan dan strategi pengembangannya. Hal inilah yang akan menjadi fokus pengamatan supervisor ketika melakukan supervisi akademik. Setelah proses pembelajaran dilaksanakan guru dan diamati (observasi) oleh supervisor, langkah berikutnya adalah pasca observasi. Tahap ini dilakukan percakapan dengan paradigma coaching antara supervisor (coach) dan guru (coachee). Dalam aksi nyata yang telah saya lakukan, saya berkesempatan melakukan rangkaian supervisi akademik dimulai dengan melakukan percakapan dengan guru mengenai aspek yang akan menjadi fokus untuk dikembangkan, kemudian mengamati proses pembelajaran guru di kelas, dan terakhir mempraktikkan percakapan coaching yang dihadiri oleh Pengajar Praktik. Perasaan saya sungguh sangat bahagia apalagi saat saya melihat rekan sejawat tidak hanya membantu saya dalam menyelesaikan tugas ini, namun benar-benar melakukan dengan penuh keseriusan sampai tahap akhir.

 

Saya sadar, setiap kita mulai melakukan hal baru akan terjadi banyak kekurangan. Namun, jika percakapan coaching terus dilakukan, maka keterampilan coaching akan terasah dengan baik. Apalagi coaching tidak sebatas diterapkan dalam supervisi akademik saja, bisa diterapkan dalam kondisi lain selama bertujuan untuk menggali kemampuan/potensi coachee serta membangun kepercayaan diri coachee untuk mengembangkan ide/gagasannya.

Mari..mulai menerapkan coaching dalam proses pengembangan kemampuan/potensi tersembunyi dari rekan sejawat/teman di lingkungan pendidikan dan sekitarnya.

Semoga jurnal refleksi ini bermanfaat untuk para pembaca.

Semangat untuk terus belajar dan salam bahagia untuk kita semua..

-------------------------------------Bangka, 17 November 2022-----------------------------------

Penulis : Lisa, S.Pd., (Guru kelas di UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat / Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Bangka)

Rabu, 16 November 2022

Koneksi Menuju Akhir Pendidikan

 

Koneksi Antar Materi Modul 3.3 (Doc. Pribadi)

Perasaan yang sulit di ungkapkan untuk memulai tulisan ini. Mengapa tidak? Karena ini Koneksi Antar Materi terakhir pada Pendidikan Guru Penggerak yang sedang saya jalani. Selain itu, koneksi antar materi pada modul 3.3 juga menjadi menarik dan menantang karena kami diminta untuk melakukan kilas balik dan review kembali modul-modul sebelumnya yang telah dipelajari hampir 6 bulan ini.

Setelah mempelajari Modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid, saya perlahan mulai memahami bahwa sejatinya keberpihakkan kepada murid terletak pada pembelajaran bermakna yang telah dilewati murid. Memberi kesempatan kepada murid  dalam merencanakan, menjalani prosesnya, dan mengevaluasi setiap pembelajaran menjadi paket utuh pembelajaran yang bermakna. Tidak mudah merealisasikan mimpi menjadi realita, namun saya percaya bahwa mimpi adalah awal dari tindakan-tindakan kecil menuju sebuah realita. Tanpa mimpi tidak akan ada gerakkan. Tanpa gerakkan tidak akan ada perubahan. Tanpa perubahan tidak ada budaya. Tanpa budaya tidak ada sejarah. Karena sejarah adalah identitas zaman yang hidup saat itu.

Banyak hal yang saya temui ketika mempelajari modul ini, salah satunya membangun dan mengembangkan keterampilan berkomunikasi dengan banyak orang. Mulai dari murid, kepala sekolah, rekan sejawat, orang tua, rekan komunitas di luar sekolah, masyarakat sekitar, dan pihak lainnya. Semua unsur ini terlibat dalam membentuk ekosistem sekolah yang nyaman dan menyenangkan sesuai dengan visi sekolah impian yang pernah saya utarakan pada Modul 1.3 Visi Guru Penggerak sebelumnya. Saya sadar betul perlu keluasan hati untuk mengenal dan memahami semua unsur agar dapat bersama bersinergi mewujudkan tujuan pendidikan yang diamatkan Undang-Undang. Sebagai seorang guru juga manusia yang memiliki pribadi/karakter yang jauh dari kesempurnaan, pendidikan guru penggerak mengasah keterampilan saya dalam berkomunikasi dengan banyak unsur di dunia pendidikan. Hingga pada akhirnya, komunikasi menjadi misi penting dalam menghubungkan saya dengan banyak pihak yang bersentuhan langsung dengan pendidikan anak-anak bangsa.

Setiap proses belajar pastilah tidak mudah bahkan terkadang belum mencapai target yang kita harapkan. Namun, evalusi dan terus merefleksi menjadi kunci dalam perbaikan dalam proses belajar selanjutnya. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, memastikan bahwa setiap unsur juga mengalami proses kebermaknaan atas proses yang telah berlangsung. Bukan hanya berfokus pada pribadi murid, namun lingkungan/ekosistem juga menjadi target pengembangan pendidikan dalam proses belajar murid.

Setiap zaman akan meninggalkan budaya baru untuk sejarah. Hal ini sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara, pendidikan dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak dapat terpisahkan. Pendidikan yang kita rencanakan dan bangun sekarang akan menjadi kebudayaan untuk zaman ini nantinya. Sehingga untuk melukiskan kebudayaan yang memiliki nilai sejarah tinggi, pendidikan menjadi pondasinya. Budaya lalu akan tetap hidup di zamannya, begitupun budaya sekarang akan tetap hidup untuk zaman sekarang. Manusia terus tumbuh dan berkembang menuju perubahan yang tidak dapat terelakkan. Perubahan menjadi kebutuhan untuk kebudayaan yang akan menjadi sejarah di zamannya. Memaknai dari perubahan yang terjadi tidaklah mudah karena kita belum menyadari seutuhnya tentang sejarah dari zaman yang sedang kita lewati. Inilah tantangan para agen transformasi pendidikan untuk mengkomunikasikan kepada semua pihak bahwa setiap individu punya andil menjadi bagian dari lukisan budaya di zamannya.

Pengelolaan program yang berdampak positif pada murid dapat dimulai dari lingkungan terkecil, yaitu kelas. Guru sebagai pemimpin pembelajaran memberi ruang kepada murid untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang mereka impikan. Para murid pasti akan menemui kesulitan, kegagalan, bahkan terluka dalam prosesnya. Sebagai guru (orangtua) pastinya kita akan luluh melihat mereka melewati proses ini. Hingga perlahan jurus-jurus kasihan mulai bermunculan untuk menyelesaikan sampai habis permasalahan yang dihadapi mereka. Namun, pernahkah kita menyadari bahwa tidak akan menjadi pribadi yang tangguh tanpa ada duka? Duka ini dimaknai sebagai proses belajar murid menuju suka (kebahagiaan). Kebahagiaan akan membawa mereka pada keselamatan dalam hidupnya. 

Program yang telah saya rencanakan pada Demonstrasi Kontekstual sebelumnya menjadi bagian dari proses belajar saya sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Saya belajar banyak hal ketika mengawali program itu. Mulai ide yang muncul dari murid sendiri hingga eksekusi yang dilakukan oleh mereka sendiri. Walaupun pada kenyataannya belum terlihat keberhasilannya, namun setidaknya anak-anak hebat 33 MB telah memulai membangun budaya untuk zamannya.

Hal baru lain yang saya dapat bukan hanya dari modul ini, namun secara keseluruhan dari pendidikan yang telah saya lewati hampir 6 bulan ini ketika saya semakin memahami sejatinya kita bukan hanya hidup untuk belajar sendiri, namun kita akan membangun generasi baru yang lebih tangguh untuk dapat hidup di zamannya nanti. Impian ini tidak dapat diwujudkan oleh saya sendiri, tetapi seluruh pihak/unsur adalah bagian dari keberpihakkan kepada murid menuju kebahagiaan yang dicita-citakan.

Akhir dari setiap artikel yang saya tulis, selalu ada kata ajakan (mari/ayo). Karena sekali lagi saya katakan: “Saya tidak bisa sendiri, bersama kita bergerak dan menggerakkan perubahan menuju kebahagiaan para murid kita.”

Demikianlah artikel saya pada Modul 3.2 Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid. Semoga menginpiraasi untuk para pembaca.

 

Semangat belajar untuk kita semua dan salam bahagia…

Sabtu, 12 November 2022

Prakarsa Perubahan BAGJA dalam Program Operasi Semut di 33 MB

 

Prakarsa Perubahan Bagja dalam Program Operasi Semut Modul 3.3 (Doc. Pribadi)

Demonstrasi Kontekstual Modul 3.3 ini masih mengadopsi prakarsa perubahan BAGJA seperti yang telah dipelajari di modul sebelumnya. Bedanya, pada perubahan BAGJA yang saya susun pada modul sebelumnya tidak sepenuhnya membangun kepemimpinan kepada murid. Dalam tahapan ini, saya mencoba membuat perubahan terkait program/kegiatan yang akan diterapkan di satuan pendidikan, UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat (biasa kami sebut 33 MB) dengan menggunakan kerangka manajemen BAGJA. Kemudian menyusun pertanyaan dan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam setiap tahapan BAGJA tersebut bersumber dari kepemimpinan kepada murid.

Program/kegiatan yang saya desain ini sebenarnya telah dilaksanakan pada bulan kedua sejak saya pindah tugas di 33 MB, Juni 2022 lalu. Namun, terus mengalami perkembangan seiring evaluasi yang sering dilakukan. Program perubahan sekolah yang saya rencanakan, saya didiskusikan bersama kepala sekolah dan rekan sejawat sekolah. Setelah itu setiap guru kelas mengidentifikasikan kegiatan yang diinginkan dan dibutuhkan para murid (keberpihakkan kepada murid). Kemudian pihak sekolah mengundang orangtua sebagai bentuk kolaborasi dan dukungan dalam proses pembelajaran anak-anak di sekolah.

Semenjak pertemuan pertama bersama orangtua, 4 (empat) Program Unggulan 33 MB: PULAS (Paguyuban Kelas), SEMATA (Senyum Manis Kita), NADI (Nabung Sejak Dini), dan D-Ka (Dari Kita Untuk Kita) terlaksana dengan baik. Hal itu dibuktikan dengan besarnya animo dari murid dan para orangtua setiap kegiatan ini dilaksanakan. Bahkan sampai saat ini 4 program unggulan itu masih berjalan dengan baik dan secara rutin dilakukan evaluasi bersama. Evaluasi dilaksanakan satu bulan sekali pada rapat KOMITE PULAS di sekolah bersama ketua komite dan pengurusnya serta pihak sekolah yang biasanya diwakili oleh saya sendiri. Kemudian hasil pertemuan ini saya sampaikan pada rapat bersama kepala sekolah dan rekan sejawat. 

Pertemuan PULAS (Paguyuban Kelas) yang rutin dilaksanakan satu bulan sekali, rapat rutin bersama kepala sekolah juga rekan sejawat, serta dialog terbuka yang sering dilakukan bersama para murid 33 MB, membawa gagasan/ide baru dalam usaha membangun sekolah yang ramah lingkungan. Hal sederhana yang saat itu terpikirkan oleh saya adalah bagaimana membangun kepedulian dan budaya kebersihan di lingkungan kelas dan sekolah. Sementara aset terbesar yang dimiliki 33 MB yaitu semangat para murid dalam gotong royong cukup berkembang baik di sekolah.

Nama Operasi Semut sendiri terinspirasi dari hewan semut. Walaupun bertubuh kecil, tetapi kental akan karakter saling bantu-membantu dalam komunitasnya. Sehingga program operasi semut diharapkan tidak hanya membangun budaya cinta lingkungan, tetapi dapat membentuk karakteristik lingkungan yang mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid. Lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positi, arif, dan bijaksana, serta lingkungan yang menempatkan murid sedemikian rupa sehingga terlibat aktif dalam proses belajarnya sendiri (belajar bermakna).

Adapun nilai Profil Pelajar Pancasila dalam operasi semut adalah membangun kolaborasi (elemen: gotong royong) warga sekolah dalam menjaga lingkungan sekolah sebagai bentuk kepedulian manusia terhadap alam (elemen: akhlak kepada alam) dengan menghasilkan ide/gagasan/karya baru (elemen: kreatif).

Prakarsa perubahan BAGJA dalam Program Operasi Semut ini, yaitu mewujudkan sekolah yang ramah lingkungan melalui operasi semut. Saya mencoba menyusun tahapan BAGJA secara urut dan terperinci mulai dari membuat pertanyaan utama, tindakan yang diperlukan untuk mendapatkan jawaban, rencana untuk melibatkan suara/pilihan/kepemilikkan murid, aset/kekuatan/sumberdaya yang dapat memberdayakan, waktu yang diperlukan, dan penanggung jawab. Hasil tahapan prakarsa perubahan BAGJA tersedia pada channel youtube : 

Video Prakarsa Perubahan BAGJA dalam Operasi Semut di 33 MB (Doc. Pribadi)

Melalui Demonstrasi Kontekstual kali ini, kembali mengajarkan hal baru kepada saya bahwa prakarsa perubahan BAGJA dapat membantu kita menyusun dengan urut dan rinci tahapan dari kegiatan/program yang akan dikerjakan. Pada awal penggunaanya sedikit membingungkan, namun pepatah lama mengatakan: “ala bisa karena biasa.” Ketika prakarsa perubahan BAGJA sering digunakan, maka akan sangat terasa efisien waktu dan tenaga kita menyusun sebuah perencanaan suatu kegiatan/program perubahan. Selain itu, pada prakarsa perubahan BAGJA demonstrasi kontekstual ini ditambahkan point rencana untuk melibatkan kepemimpinan murid baik dari segi aspek suara, pilihan, atau pun kepemilikkan. Hal ini membuat desain BAGJA semakin kompleks, bukan hanya menyediakan program yang berpihak kepada murid, namun membangun kepemimpinan mereka atas semua yang dikerjakan sehingga tercermin karakter Profil Pelajar Pancasila.

Mari..kita desain sebuah program/kegiatan perubahan di sekolah dengan mengedepankan kepemimpinan kepada murid karena sejatinya proses belajar adalah milik mereka sendiri.

Demikianlah artikel saya pada Modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid. Semoga menginpiraasi untuk para pembaca.

Semangat belajar untuk kita semua dan salam bahagia…

Jumat, 11 November 2022

Makna "R" dalam MERRDEKA

 

Ruang Kolaborasi PGP A.5 Kelas 37B (Doc. Pribadi)

Pendidikan Guru Penggerak angkatan 5 secara resmi dibuka Mei 2022 lalu oleh Kemendikbudristek. Walaupun sempat terhenti sejenak karena peralihan kepemimpinan ke Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) dan Balai Guru Penggerak (BGP) provinsi, tidak menyurutkan semangat para Calon Guru Penggerak (CGP) dalam mengikuti pendidikan ini. Kini..materi / modul pada Learning Managmenet System (LMS) yang diakses para CGP hampir setiap harinya, pertengahan November ini memasuki fase akhir.

Materi Pendidikan Guru Penggerak disajikan dalam 10 modul dengan durasi waktu 6 bulan. Pembelajaran daring yang di desain dengan menggunakan alur belajar MERRDEKA sendiri terdiri dari : M (Mulai dari diri), E (Eksplorasi konsep), R (Ruang kolaborasi), R (Refleksi terbimbing), D (Demonstrasi kontekstual), E (Elaborasi pemahaman), K (Koneksi antar materi), dan A (Aksi nyata). Salah satu alur yang dibahas pada artikel saya kali ini adalah R (Ruang kolaborasi).

Ruang kolaborasi merupakan ruang yang disediakan untuk para CGP mempelajari secara mendalam materi/modul tertentu dan menyelesaikan tugas yang tersedia dengan cara berkelompok. Ruang ini dilaksanakan secara virtual (tatap maya) dengan aplikasi gmeet. Adapun link gmeet tersedia 2 -3 hari menjelang ruang kolaborasi dilaksanakan.

Pada ruang kolaborasi, saya berada dalam suatu kelompok bersama 9 (Sembilan) orang CGP lainnya dan seorang fasilitator. Fasilitator kelompok saya (kelas 37B) berasal dari luar daerah yaitu Jawa Tengah. Tidak terbayang rasanya jika beliau harus berada di Pulau Bangka selama 6 bulan dengan meninggalkan instansi dan keluarganya. Namun, dengan pertemuan dunia maya mampu mempertemukan kami para CGP dengan seorang fasilitator yang dikenal dengan murah senyum ini.

Fasilitator CGP kelas 37B bernama Bapak Muhari, S.Pd., M.Pd (biasa kami panggil Pak Muhari). Bagi kami, Pak Muhari bukan hanya seorang fasilitator, namun menjadi bapak untuk para CGP binaannya karena selalu memberi semangat dan motivasi kepada kami untuk terus belajar sepanjang hayat seperti pemikiran Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara. Pak Muhari membuktikan itu, di usia yang hampir memasuki purnabakti, Pak Muhari masih terus semangat dan menebarkan inspirasi untuk para guru dengan menjadi fasilitator di PGP angkatan 1 dan 5. Bahkan beliau juga menjadi instruktur di PGP angkatan selanjutnya. Sungguh..luar biasa…

Saat sela menyelesaikan tugas-tugas, saya biasa bercerita banyak hal kepada beliau melalui Whatsapp. Masih jelas diingatan ketika pertama kali saya menyampaikan rasa gundah dan bimbang yang saya rasakan saat memulai Pendidikan Guru Penggerak ini. Saya dipindah tugaskan ke sekolah dengan jarak tampuh puluhan bahkan sampai ratusan kilometer setiap harinya dan akses internet yang tidak tersedia dengan baik di sana. Timbul kekhawatiran dalam diri saya, apakah bisa menyelesaikan pendidikan ini dengan maksimal. Namun, Pak Muhari dengan penuh semangat mengatakan bahwa saya harus bersyukur diberi kesempatan besar untuk mendapatkan pengalaman baru di lingkungan yang berbeda dari sebelumnya. Pak Muhari juga mengatakan teruslah maju dan jangan pernah menyerah karena jalan yang sedang saya dilalui ini sungguh mulia. Kemudian beliau juga membagikan pengalaman / praktik baik yang menjadi motivasi dan inspirasi bagi saya, tidak hanya untuk pendidikan ini, namun menjalani profesi mulia sebagai seorang guru.

Kebersamaan kami para CGP di kelas 37B yang terus belajar untuk mengembangkan kemampuan diri dalam pendidikan ini, membawa saya pada pengalaman berharga yang sepanjang hidup tidak akan pernah terlupa. Termasuk momen yang hampir setiap ruang kolaborasi terjadi, saat membahas pengetahuan baru selalu berakhir dengan banyaknya pertanyaan dari para CGP. Namun sekali lagi dengan senyum khasnya Pak Muhari menjawab satu per satu pertanyaan dari kami di ruang kolaborasi.

Banyak juga momen selama ruang kolaborasi terekam melalui screenshoot yang tersimpan di laptop kami. Mulai dari salah seorang CGP (Ibu Ani) sakit sehingga membuat Ibu Ani tidak dapat hadir sepenuhnya pada sesi presentasi kala itu. Pak Muhari mengajak kami dan memimpin do’a untuk kesembuhan Ibu Ani. Momen lain yang direkam adalah ketika pertemuan maya sedang berlangsung dan salah seorang CGP (Ibu Yeni) izin ke toilet dan menyampaikan melalui chat di gmeet. Bapak Muhari membalas dengan pesan : “Ya jangan sampai terpeleset.” Selain itu, tawa selalu mewarnai pertemuan virtual kami termasuk ketika Pak Muhari menceritakan perasaannya dalam menilai tugas yang kami kumpulkan di LMS. Pak Muhari membaca tulisan yang begitu panjang dalam artikel dan harus bekerja keras juga membalas komentar para CGP. Mendengar Pak Muhari mengatakan seperti ini, sontak suara tawa langsung terdengar di ruang virtual.

Momen tak telupa kelas 37B di ruang kolaborasi pada PGP A.5 Kab. Bangka (Doc. Pribadi)

Rabu / 09 November 2022 menjadi pertemuan terakhir di ruang kolaborasi. Hari itu ice breaking dipersiapkan dengan memberikan kejutan kepada salah seorang CGP (kami biasa memanggilnya “Yuk Yeni.”) pada hari ulang tahunnya. Kami pun menyanyikan lagu ulang tahun bersama dan kejutan diakhiri dengan do’a yang dipimpin oleh Pak Muhari. Sedikit bercerita tentang Yuk Yeni. Sosoknya menjadi kakak untuk CGP lainnya dalam kelas 37B karena Yuk Yeni selalu memberikan semangat untuk adik-adik adopsinya (begitulah ayuk memanggil kami). Bagi kami, Yuk Yeni adalah “emaknya dari solusi.” Masalah / kendala apapun yang saya dan teman-teman temui ketika pendidikan ini, Yuk Yeni selalu berusaha membantu kami menemukan solusi dan memotivasi untuk terus maju. Bagi saya pribadi, sosok Yuk Yeni menjadi inspirasi untuk terus semangat menulis. Walaupun Yuk Yeni menulis fiksi (novel) dan jalan tulisan kami berbeda, namun jika mendengar cerita betapa bahagia Yuk Yeni saat menulis novelnya, membuat saya semakin memahami bahwa bahagia menulis itu sederhana, tulis saja apa yang kita sukai dan pahami aturan-aturan yang ada agar tulisan kita terus berkembang.

Setelah kami melakukan presentasi kelompok, tiba akhirnya di sesi perpisahan bersama Pak Muhari. Kami menyiapkan sebuah video berisi momen ruang kolaborasi selama 6 bulan ini. 

                       Video persembahan Kelas 37B untuk Pak Muhari (Doc. Youtube Lisa Sya)

Air mata pun tak terbendung di kala video diputar oleh salah satu CGP (Ibu Reni). Bahkan Bu Winni merekam momen ini yang membuat kami terharu ketika menontonnya kembali. Terlihat jelas semua CGP kelas 37B tak mampu membendung air mata perpisahan di ruang kolaborasi sore itu. 

Video rekaman ruang kolaborasi terakhir pada PGP A.5 Kab.Bangka (Doc. Youtube Lisa Sya)

Akhir dari pertemuan ruang kolaborasi, Pak Muhari berpesan: “Dimana ada pertemuan, pasti ada perpisahan dan kita tidak berpisah selama-lamanya. Kita masih bisa komunikasi melalui Whatsapp Grup.”

Perpisahan pasti menyedihkan di kala banyak cerita indah terukir selama pertemuan. Namun, secara mendalam akan selalu memberi banyak kenangan dan pengalaman dalam hidup jika kita memaknai perpisahan ini sebagai anugerah.

Terima kasih sekali lagi untuk fasilitator terbaik kami di Pendidikan Guru Penggerak ini, Bapak Muhari, S.Pd., M.Pd. Semoga bapak selalu sehat, bahagia, dan terus menginspirasi banyak orang terutama guru-guru di Indonesia. Teiring do’a dan salam untuk Bapak dan keluarga di Surakarta. Semoga suatu saat nanti kita dapat bertemu langsung. AAMIIN.

Terima kasih juga untuk para teman-teman seperjuangan khususnya di kelas 37B. Kebersamaan ini membuat kita saling memahami, menyayangi, dan menguatkan satu sama lain. Tenang…pertemuan kita belum berakhir karena masih menyisakan 2 kali Pendampingan Individu, 3 kali Lokakarya, dan tugas-tugas di LMS. Semangat..Semangat..Semangat belajar sepanjang hayat.

Salam dan Bahagia..

*Artikel ini juga telah tayang di :  https://www.kompasiana.com/lisasya/636e73ab4addee614c726782/makna-r-dalam-merrdeka?page=2&page_images=1


Rabu, 09 November 2022

BU LISA (Budaya Literasi Sekolah)

Ruang Kolaborasi Modul 3.3 (Doc. Pribadi)

Tiba waktunya di sesi akhir diskusi dan presentasi Ruang Kolaborasi pada Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 5. Modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid menjadi bagian akhir dari materi yang dipelajari. Pada modul ini mengintegrasikan juga modul yang telah dipelajari sebelumnya (Modul 1 dan 2).

Keberpihakkan kepada murid merupakan buah pemikiran Ki Hajar Dewantara menjadi dasar guru dalam pengambilan keputusan baik sebagai pemimpin pembelajaran di kelas maupun di sekolah. Ekosistem sekolah yang nyaman dan bahagia dapat terwujud dengan memekarkan pembelajaran murid sesuai dengan kodrat alam dan zamannya.

Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid tidak hanya sebatas murid melaksanakan program/kegiatan yang telah direncanakan sekolah, namun murid terlibat langsung dalam perencanaan, proses pelaksanaan, dan evalusinya. Guru membangun kemitraan bersama murid dengan mendampingi prosesnya hingga perlahan mengurangi kontrol dalam pengambilan keputusan. Guru juga memberikan kesempatan kepada murid untuk memaknai setiap hal yang dilakukan dan diputuskan oleh mereka, baik dari segi aspek suara, pilihan, dan kepemilikan.

Murid pada akhirnya adalah calon pemimpin masa depan, minimal mereka menjadi pemimpin untuk pilihan dari setiap keputusan dalam hidupnya. Dalam proses pembelajaran murid menjadi pemimpin (agency), sebenarnya murid memiliki peran dalam suara, pilihan, dan kepemilikan. Adapun penjelasannya :

 

1.     Suara (Voice)

Murid bukan hanya diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan ide dan pendapat, namun, makna lebih dalamnya adalah bagaimana murid berpandangan, memberi perhatian, dan memiliki gagasan yang diekspresikan melalui partisipasi aktif di kelas, sekolah, komunitas, dan lingkungan sekitarnya. Keputusan yang mempertimbangkan suara murid adalah dengan memberdayakan murid agar memiliki kekuatan untuk mempengaruhi perubahan, berkolaborasi dengan banyak pihak, dan belajar dari proses maupun mengevaluasi dari proses pembelajaran yang telah dilalui. Suara murid akan tumbuh dan berkembang melalui diskusi, membuka ruang ekspresi kreatif, memberi pendapat, merelevasikan pembelajaran secara pribadi, dan lainnya.

 

2.     Pilihan (Choice)

Pilihan dalam hal ini adalah dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk menentukan pilihan dalam menyikapi peluang-peluang yang ada. Murid dapat menentukan kelompoknya sesuai dengan tujuan/minatnya, mengatur tempat belajar yang sesuai dengan gaya belajarnya, atau memilih sendiri lingkungan belajar yang paling mendukung mereka untuk dapat belajar dengan maksimal. Selain itu, murid juga diberi pilihan untuk mengakses, berlatih, atau membuktikan penguasaan pengetahuan maupun keterampilan yang ditargetkannya.

 

3.     Kepemilikkan (Ownership)

Ketika murid diberi kesempatan untuk menjadi pemimpin, secara beriringan murid juga akan lebih bertanggung jawab dan menunjukkan keterlibatan lebih tinggi dalam proses belajarnya. Terciptanya kondisi, struktur, dan proses pembelajaran yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid mampu menciptakan proses pembelajaran yang mendorong murid memiliki rasa kepemilikkan.  

Pada Ruang Kolaborasi akhir ini, saya bersama empat rekan CGP lainnya mendesain sebuah program/kegiatan yang kami harapkan dapat menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. Kami melakukan diskusi di hari Selasa/ 08 November 2022 dan mempresentasikan hasilnya di hari kedua Ruang Kolaborasi Rabu / 09 November 2022. Adapun hasil diskusi kelompok kami tersedia di channel Youtube : 

Video Ruang Kolaborasi Modul 3.3 (Doc. Pribadi)

Selama ini, guru menyusun suatu program/kegiatan hanya melibatkan murid dalam proses pelaksanaan saja. Hal menarik yang saya dapatkan dari Ruang Kolaborasi Modul 3.3 ini adalah saya belajar banyak bagaimana menumbuhkembangkan kepemimpinan murid dengan memberikan mereka kesempatan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program/kegiatan yang dipilihnya. Perlahan guru melepaskan kontrol dalam pengambilan keputusan sehingga terbangun rasa percaya diri dan tanggung jawab dengan proses belajar yang dilewati murid.

Demikianlah artikel saya tentang hasil diskusi dan presentasi dari kelompok kami di Ruang Kolaborasi Modul 3.3. Tibalah di pengujung Ruang Koloborasi pada Pendidikan Guru Penggerak ini. Alur ini mengajarkan saya untuk belajar lebih menghargai dan menghormati perbedaan serta saling menguatkan juga memotivasi untuk terus bergerak maju menuju merdeka belajar dan merdeka belajar yang diimpikan semua komponen pendidikan.

Mari terus belajar memperkaya diri dengan belajar sepanjang hayat dan membangun komunikasi juga kolaborasi dengan banyak pihak.  

Semoga artikel ini menginspirasi untuk para pembaca.

Semangat belajar untuk kita semua dan salam bahagia…

Observasi Kelas Penuh Cerita

  Observasi Kelas 1 33 MB, Rabu/06 Maret 2024 (Doc. Pribadi)           Dalam upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) di dunia pendidika...