Selasa, 06 Desember 2022

Kumpulan Aksi Nyata CGP Desa Air Buluh Kab. Bangka

 

Kumpulan Aksi Nyata CGP A.5 (Doc. Pribadi)

Desember pun tiba, tidak terasa telah memasuki bulan ke-8 dalam Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 5. Walaupun sempat terhenti sejenak karena peralihan kepemimpinan ke Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) dan Balai Guru Penggerak (BGP) provinsi, tidak menyurutkan semangat para Calon Guru Penggerak (CGP) dalam mengikuti pendidikan ini hingga selesai. Berakhirnya materi / modul yang tersedia di Learning Managmenet System (LMS) beriringan dengan munculnya tampilan dashboard para CGP yang menujukkan rata-rata di atas angka 95 %. Untuk menuju ke angka 100% masih tersisa Lokakarya 6 dan Lokakarya 7.

Materi Pendidikan Guru Penggerak disajikan dalam 10 modul dengan durasi waktu 6 bulan. Pembelajaran daring yang di desain dengan menggunakan alur belajar MERRDEKA sendiri terdiri dari : M (Mulai dari diri), E (Eksplorasi konsep), R (Ruang kolaborasi), R (Refleksi terbimbing), D (Demonstrasi kontekstual), E (Elaborasi pemahaman), K (Koneksi antar materi), dan A (Aksi nyata). Pada artikel sebelumnya, saya pernah menuliskan salah satu alur MERRDEKA yaitu, Ruang Kolaborasi (tersedia di sini). Artikel saya kali ini membahas mengenai tahapan terakhir pada alur MERRDEKA, yaitu Aksi Nyata.

Aksi nyata memberikan ruang pada CGP menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam satu rangkaian modul. Aksi nyata dimaksudkan sebagai proses pengembangan profesionalisme berkelanjutan karena dapat mengambarkan sebuah kesatuan antara proses pembelajaran dan implementasinya. Dalam harapannya, aksi nyata perlu dijalankan secara terus menerus bahkan hingga Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) telah diselesaikan.

Tidak mudah bagi saya menyelesaikan program PGP ini, bahkan saat pertama kali memulainya banyak muncul rasa khawatir yang tak terbendungkan. Salah satunya ketika pendidikan ini dimulai, saya dipindah tugas ke sekolah baru. Bukan hanya sekolah baru, namun lingkungan dan daerah pun baru. UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat (biasa kami sebut 33 MB) merupakan sekolah kecil yang terletak di Dusun Air Pelempang Desa Air Buluh Kecamatan Mendo Barat Kabupaten Bangka. Sebuah sekolah yang berbatasan langsung dengan Desa Simpang Katis, Kabupaten Bangka Tengah. Desa Air Buluh berjarak hampir 60 KM dari ibukota kabupaten, Kota Sungailiat tempat tinggal saya. Jika para pembaca mengikuti artikel yang sering saya tulis sebelumnya, perjalanan menuju sekolah ini harus saya tempuh dengan waktu 1,5 jam dengan kendaraan roda dua. Alhamdulillah akses jalan lumayan baik, sehingga saya pun dengan lancar melakukan perjalanan pergi dan pulang sekolah setiap harinya.

Bagi saya, aksi nyata yang telah dilakukan ini bukan hanya sekedar tagihan tugas semata. Namun, selalu menjadi bagian terpenting dalam evaluasi dan refleksi dari proses pembelajaran yang terus saya lakukan. Saya sadar betul bahwa semua yang telah dilakukan ini masih jauh dari kata sempurna, namun harapan untuk terus membenah diri menjadi lebih baik dari hari kemarin bagian dalam tujuan yang tidak akan pernah putus. Bersama orang-orang hebat yang setiap waktu memberikan dukungan, motivasi, dan menginspirasi saya, alhamdulillah saksi nyata semua modul di pendidikan ini telah selesai.

Berikut ini adalah kumpulan aksi nyata dari proses pembelajaran yang telah saya dapatkan pada PGP dan perlahan telah diimpelementasikan di 33 MB :

Aksi Nyata 1 (Modul 1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional – Ki Hajar Dewantara). Mendokumentasikan kontribusi nyata penerapan pemikiran Ki Hajar Dewantara di kelas dan sekolah sebagai pengembangan karakter. Hasil aksi nyata 1 tersedia di Aksi Nyata 1.1.

Aksi Nyata 2 (Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak). Melakukan proses pengembangan diri untuk menguatkan nilai-nilai dan peran sebagai Guru Penggerak. Hasil aksi nyata 2 tersedia dalam channel youtube : 

Video Aksi Nyata Modul 1.2 (Doc. Pribadi)

Aksi Nyata 3 (Modul 1.3 Visi Guru Penggerak). Menjalankan rencana manajemen prakarsa perubahan BAGJA yang telah dibuat. Hasil aksi nyata 3 tersedia di channel youtube : 

Video Aksi Nyata Modul 1.3 (Doc. Pribadi)

Aksi Nyata 4 (Modul 1.4 Budaya Positif). Menyampaikan pembelajaran dari penerapan dan pemahaman mengenai konsep-konsep inti dari modul budaya positif dengan membuat webinar kecil berbagi praktik baik budaya positif bersama rekan sejawat. Hasil aksi nyata 4 terdiri dari 2 bagian dan tersedia di channel youtube : 

Video Aksi Nyata Modul 1.4 Part 1 (Doc. Pribadi)

Video Aksi Nyata Modul 1.4 Part 2 (Doc. Pribadi)

Aksi Nyata 5 (Modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid melalui Pembelajaran Berdiferensiasi). Mendesain, mempraktikkan dan melakukan refleksi terhadap implementasi pembelajaran berdiferensiasi di kelas. Hasil aksi nyata 5 tersedia di Aksi Nyata 2.1.

Aksi Nyata 6 (Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional). Membagikan pemahaman tentang implementasi Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) dengan 4 indikator, yaitu pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktik mengajar guru dan kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan sekolah, dan penguatan Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) pendidikn dan tenaga kependidikan di sekolah serta merefleksikannya. Hasil aksi nyata tersedia di Aksi Nyata 2.2.

Aksi Nyata 7 (Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik). Mempraktikkan rangkaian supervisi akademik dalam pembelajaran dengan menggunakan paradigma berpikir coaching. Aksi nyata 7 tersedia  di channel youtube : 

Video Aksi Nyata Modul 2.3 (Doc. Pribadi)

Aksi Nyata 8 (Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin). Mempraktikkan proses pengambilan keputusan, paradigma, prinsip, dan pengujian keputusan di sekolah. Hasil aksi nyata 8 tersedia di channel youtube : 

Video Aksi Nyata Modul 3.1 (Doc. Pribadi)

Aksi Nyata 9 (Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya). Mengidentifikasi secara kolaboratif bersama warga sekolah lainnya tentang aset/kekuatan/sumber daya yang dimiliki sekolah. Hasil aksi nyata 9 tersedia di channel youtube : 

Video Aksi Nyata Modul 3.2 (Doc. Pribadi)

Aksi Nyata 10 (Modul 3.3 Pengelolaan Program yang Bedampak Positif pada Murid). Menjalankan tahapan B (Buat Pertanyaan) dan A (Ambil Pelajaran) berdasarkan model prakarsa perubahan B-A-G-J-A yang telah dibuat sebelumnya pada tahapan Demonstrasi Kontekstual. Adapun hasil aksi nyata 10 tersedia di channel youtube : 

Video Aksi Nyata Modul 3.3 (Doc. Pribadi)

Rasa khawatir di awal pendidikan kian sirna seiring berjalannya waktu. Hal ini tidak lepas dari dukungan semua pihak yang turut membantu proses perjuangan ini. Terima kasih saya haturkan untuk 33 MB (Bapak Soleh, S.Pd.I selaku kepala sekolah, rekan-rekan sejawat, pengawas sekolah, para murid hebat 33 MB, dan orangtua), KKG gugus IV Prasasti Kotakapur, komunitas praktisi lainnya di Mendo Barat dan Kabupaten Bangka, serta rekan-rekan seperjuangan di PGP Angkatan 5 Kabupaten Bangka. Pastinya juga untuk keluarga tercinta yang tak pernah henti mendukung tiap jengkal perjuangan ini.

Terima kasih juga untuk fasilitator, Bapak Muhari, S.Pd., M.Pd., dan pengajar praktik, Bapak Selamet Simbolon, S.Pd atas bimbingan dan dukungannya kepada saya selama Program Pendidikan Guru Penggerak ini. Terakhir..terima kasih saya ucapkan untuk seluruh pihak yang terlibat dalam rangkaian aksi nyata pada PGP yang telah terlaksana. Harapan terbesar saya semoga aksi nyata yang telah dilakukan dan berjalan tidak berhenti sampai disini saja, namun terus berproses setiap waktunya sebagai bagian dari transformasi pendidikan di daerah saya khususnya di lingkungan 33 MB.

Sekian dari saya. Semangat belajar untuk kita semua.

Salam dan bahagia..

*Artikel juga telah tayang di : https://www.kompasiana.com/lisasya/638ff8134addee5b547dc7e3/kumpulan-aksi-nyata-cgp-desa-air-buluh-kab-bangka 

Kumpulan Jurnal Refleksi CGP Desa Air Buluh Kab. Bangka

 

Kumpulan Jurnal Refleksi (Doc. Pribadi)

Bagian akhir dari semua modul pada Pendidikan Guru Penggerak (PGP) adalah menuliskan jurnal refleksi. Selama program PGP, Calon Guru Penggerak (CGP) mendapat kesempatan untuk menuliskan refleksi setiap dua minggu sekali (lebih dikenal jurnal refleksi dwi mingguan). Tidak hanya dalam Pendidikan Guru Penggerak, dalam pendidikan guru, jurnal refleksi dipandang sebagai salah satu elemen kunci pengembangan keprofesian karena dapat mendorong guru untuk mengaitkan teori dan praktik, serta menumbuhkan keterampilan dalam mengevaluasi sebuah topik secara kritis (Bain dkk, 1999). Menuliskan jurnal refleksi secara rutin akan memberikan ruang bagi seorang praktisi untuk mengambil jeda dan merenungi apakah praktik yang dijalankannya sudah sesuai, sehingga dapat memikirkan langkah berikutnya untuk meningkatkan praktik yang sudah berlangsung (Driscoll & Teh, 2001). Jurnal ini juga dapat menjadi sarana untuk menyadari emosi dan reaksi diri yang terjadi sepanjang pembelajaran (Denton, 2018), sehingga kita dapat semakin mengenali diri sendiri.

Menulis jurnal refleksi juga bagian dari keterampilan menulis kita sebagai seorang guru. Sehingga untuk mengasah keterampilan menulis jurnal refleksi pun perlu latihan dan pembiasaan agar nanti dapat dirasakan manfaatnya. Pada awalnya, mungkin tidak mudah untuk menuangkan gagasan reflektif ke dalam bentuk tulisan, namun kita dapat menggunakan beberapa model jurnal refleksi yang telah disediakan sebagai panduan dalam mencurahkan isi pikiran dan perasaan kita. Ada beberapa model jurnal refleksi yang dapat digunakan sebagai pilihan kita dalam memuliskan jurnal refleksi.

Sebagai penyempurna dari siklus pembelajaran MERRDEKA yang telah diselesaikan pada LMS (Learning Management System), bagian akhir selalu ditutup dengan sebuah jurnal refleksi. Memasuki bulan ke-8 pada PGP ini, saya telah menuliskan 10 jurnal refleksi sebagai akhir dari selesainya semua modul. Berikut ini jurnal refleksi saya selama mengikuti PGP dalam waktu hampir 8 bulan ini :

Jurnal Refleksi minggu ke-2 tersedia di Jurnal Refleksi Ke-1

Jurnal Refleksi minggu ke-4 tersedia di Jurnal Refleksi Ke-2

Jurnal Refleksi minggu ke-6 tersedia di  Jurnal Refleksi Ke-3  

Jurnal Refleksi minggu ke-8 tersedia di Jurnal Refleksi Ke-4

Jurnal Refleksi minggu ke-10 tersedia di Jurnal Refleksi Ke-5

Jurnal Refleksi minggu ke-12 tersedia di Jurnal Refleksi Ke-6

Jurnal Refleksi minggu ke-14 tersedia di Jurnal Refleksi Ke-7 

Jurnal Refleksi minggu ke-16 tersedia di Jurnal Refleksi Ke-8

Jurnal Refleksi minggu ke-18 tersedia di Jurnal Refleksi Ke-9 

Jurnal Refleksi minggu ke-20 tersedia di Jurnal Refleksi Ke-10

Hal yang baik yang saya dapatkan dari menulis jurnal refleksi adalah saya mulai terbiasa merefleksi dari rangkaian kegiatan yang telah saya lakukan dalam periode waktu tertentu. Saat menulis jurnal refleksi juga, terlihat pula bagian mana yang perlu perbaikan dan pengembangan lebih lanjut pada proses perencanaan di masa datang. Selain itu, praktik baik yang tumbuh akan terus dilanjutkan dengan harapan menjadi budaya positif dalam pribadi setiap subjek baik itu di dalam lingkungan sekolah maupun luar sekolah.

Semoga jurnal refleksi ini bermanfaat untuk para pembaca.

Semangat untuk terus belajar dan salam bahagia untuk kita semua..

-------------------------------------Bangka, 06 Desember 2022-----------------------------------

Penulis : Lisa, S.Pd., (Guru kelas di UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat / Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Bangka)

Sabtu, 03 Desember 2022

Jurnal Refleksi Ke-10

 

Jurnal Refleksi Ke-10 (Doc. Pribadi)

Jurnal Refleksi Ke-10 (Minggu ke-20) pada Pendidikan Guru Penggerak tentang Modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak Positif Kepada Murid.

Tiba akhirnya pada penghunjung jurnal refleksi di minggu ke-20 Pendidikan Guru Penggerak ini. Sedikit flashback, beberapa jurnal refleksi pada modul-modul terakhir melewati waktu yang ditentukan dalam jadwal LMS, namun ini tidak terlepas dari pertimbangan saya untuk menyelesaikan alur MERRDEKA sampai bagian Aksi nyata. Sehingga jurnal refleksi saya tulis ketika satu modul penuh telah diselesaikan agar semua yang dikerjakan dalam alur MERRDEKA dapat diceritakan dalam rangkaian yang utuh.

Tidak ada model khusus dalam jurnal refleksi pada modul terakhir ini karena saya ingin menceritakan secara menyeluruh bagaimana hingga akhirnya program Operasi Semut ini menjadi pilihan bersama dari warga sekolah.

Program operasi semut sebenarnya adalah program awal saya ketika pertama kali dipindah tugaskan di UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat bulan Mei 2022 lalu. Adapun kegiatan dalam operasi semut ini lebih berfokus kepada kebersihan lingkungan bersama para murid karena keprihatinan saya terhadap lingkungan sekolah yang setiap harinya penuh dengan sampah terutama sampah an-organik. Tidak tersedianya tempat sampah yang memadai dan TPS (Tempat Pembuangan Sampah) di sekolah menyebabkan sampah tidak punya tempat penampungan akhir, ditambah kebiasaan para murid setelah mengkonsumsi makanan dari kantin yang menghasilkan sampah plastik menyebabkan susahnya mengendalikan banyaknya sampah. Berangkat dari menjaga kebersihan sekolah dari sampah plastik inilah, asal mula operasi semut.

Setelah melalui proses observasi dan evaluasi selama satu bulan, awal semester ganjil di tahun pelajaran 2022/2023 saya mulai menerapkan cinta kebersihan dalam kelas yang saya ampuh, yaitu kelas 3. Kesepakatan kelas yang dibuat bersama anak-anak kelas 3 dengan dua poin yang mendukung sekolah ramah lingkungan, yaitu menjaga kebersihan dan bawa bekal dari rumah menjadi awal dari wujud nyata program sekolah yang ramah lingkungan. Setelah beberapa bulan terlaksana di kelas 3, akhir Oktober lalu mulailah Operasi Semut merambah ke lingkungan yang lebih luas dari kelas, yaitu sekolah.

Pertemuan bersama kepala sekolah dan rekan sejawat mendiskusikan aset/potensi sekolah menjadi awal saya dalam mengidentifikasi harapan dari rekan-rekan sejawat dalam kebersihan dengan meminimalisir sampah yang ada di sekolah. Kemudian berlanjut pada pertemuan bersama ketua dan pengurus Komite sekolah yang mewakili PULAS (Paguyuban Kelas) dalam rapat rutin setiap bulannya. Pertemuan di awal bulan November lalu, menjadi momen saya untuk menanyakan pendapat/pandangan orangtua tentang kondisi lingkungan sekolah yang lebih bersih dan membuat kegiatan-kegiatan sekolah yang ramah lingkungan. Dalam pertemuan ini, ketua dan pengurus Komite sekolah sepakat untuk membangun TPS (Tempat Pembuangan Sampah) di sekolah dengan uang yang terkumpul dari kegiatan Jum’at Amal. Mengingat jumlah uang yang terkumpul dalam kegiatan Jum’at Amal terbaras, mereka pun bersedia secara swadaya membangun TPS di sekolah untuk menekan penggunaan uang jika harus dikerjakan oleh tukang bangunan. Masyaallah

Dialog bersama murid menjadi bagian penting karena merekalah objek terpenting dari perencanaan dan pelaksanaan program sekolah. Saya melakukan tanya jawab baik secara individu atau kelompok kecil dengan murid kelas 1 sampai kelas 3 mengenai kegiatan mereka yang mempresentasikan sekolah ramah lingkungan. Saya juga melakukan dialog terbuka bersama perwakilan murid kelas 4 sampai kelas 5 dan diskusi bersama murid di kelas 5 juga bersama guru kelasnya membahas tentang sekolah yang ramah lingkungan.

Hal menarik yang saya dapatkan ketika dialog bersama murid bahwa selama ini kebersihan lingkungan yang mereka lakukan hanya berfokus pada membersihkan sampah di kelas dan lingkungan sekitarnya. Kegiatan yang bersifat meminimalisir jumlah sampah tidak pernah dilakukan oleh mereka. Bahkan beberapa murid berharap ada kegiatan sekolah yang mendukung agar berkurangnya sampah di sekolah. Aspek suara dan pilihan para murid ini melahirkan sebuah program sekolah yang berdampak positif kepada murid. Walaupun nama operasi semut sendiri bukanlah berasal dari mereka sendiri, namun inspirasi dari nama program ini kenyataannya terinpirasi dari kegiatan gotong royong yang sering mereka lakukan dalam membersihkan lingkungan sekolah.

Suara dan pilihan murid membawa saya bersama mereka mendesain kegiatan-kegiatan dalam program operasi semut, banyak diantaranya yang telah dilakukan di kelas 3. Mulai dari  membuat kesepakatan kelas yang salah satu poin mendukung kebersihan lingkungan sekolah, satu hari dalam seminggu bebas dari sampah plastik (Hari Bebas Plastik/HBS) dengan membawa bekal bersama (Rakel/Rabu nge-beKel), dan kegiatan lainnya yang menjadi ide/gagasan (suara) dari mereka.

Setelah program ini di desain bersama warga sekolah khususnya para murid, bagian selanjutnya adalah mulai menerapkan di lingkungan sekolah. Ada beberapa kegiatan yang telah dimulai dan ada beberapa juga yang akan dimulai pada awal semester genap Januari 2023 nanti.

Semoga dengan adanya program ini dapat mewujudkan sekolah yang ramah lingkungan dan menjadi bagian dari kepemimpinan murid sebagai bentuk nyata program positif yang berdampak bagi mereka.

Mari semua warga 33 MB..lanjutkan Program Operasi Semut yang telah didesain bersama para anak-anak hebat 33 MB. Maknai proses ini sebagai bagian dari sejarah pada zaman kalian nantinya. Semangat….

Semoga jurnal refleksi ini bermanfaat untuk para pembaca.

Semangat untuk terus belajar dan salam bahagia untuk kita semua..

-------------------------------------Bangka, 03 Desember 2022-----------------------------------

Penulis : Lisa, S.Pd., (Guru kelas di UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat / Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Bangka)

Kamis, 01 Desember 2022

Jurnal Refleksi Ke-9

 

Jurnal Refleksi Ke-9 (Doc. Pribadi)

Jurnal Refleksi Ke-9 (Minggu ke-18) pada Pendidikan Guru Penggerak tentang Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya.

Mendekati akhir dari modul dalam Pendidikan Guru Penggerak ini, jurnal refleksi semakin mendalam menelaah semua materi maupun aspek yang telah di ditemui. Mulai dari alur MERRDEKA yang rutin di akses oleh para CGP, adapun salah satu alurnya yaitu Ruang Kolaborasi membangun kerjasama dengan para CGP lainnya dalam bimbingan fasilitator. Selain itu, pendampingan individu bersama pengajar praktik membuat para CGP mendapatkan bimbingan yang terarah dalam membangun dan mengembangkan potensi maupun kemampuan diri untuk lebih siap mengaplikasikan praktik-praktik baik di lingkungan sekolah dan komunitas praktisi lainnya. Terakhir pada lokakarya bersama para pengajar praktik dan CGP lainnya membangun kolaborasi lebih luas dan saling berbagi praktik baik/ide baru untuk program yang berkelanjutan.

Sama hal dengan jurnal refleksi pada modul sebelumnya, jurnal refleksi kali ini menjadi bagian penting dalam pengembangan keprofesian karena dapat mendorong guru untuk mengaitkan teori dan praktik, serta menumbuhkan keterampilan dalam mengevaluasi sebuah topik secara kritis (Bain dkk, 1999). Menuliskan jurnal refleksi secara rutin akan memberikan ruang bagi seorang praktisi untuk mengambil jeda dan merenungi apakah praktik yang dijalankannya sudah sesuai, sehingga ia dapat memikirkan langkah berikutnya untuk meningkatkan praktik yang sudah berlangsung (Driscoll & Teh, 2001). Jurnal ini juga dapat menjadi sarana untuk menyadari emosi dan reaksi diri yang terjadi sepanjang pembelajaran (Denton, 2018), sehingga kita dapat semakin mengenali diri sendiri.

Pada refleksi minggu ke-18 (jurnal refleksi ke-9), saya menggunakan model 5R (Reporting, Responding, Relating, Reasoning, Reconstructing). Menurut Bain, dkk : 2022 (dalam Ryan & Ryan : 2013), adapun 5R terdiri dari langkah-langkah :

1.   Reporting (mendeskripsikan). Menceritakan ulang peristiwa yang terjadi.

2.   Responding (Merespon). Menjabarkan tanggapan yang diberikan dalam menghadapi peristiwa yang diceritakan, misalnya melalui pemberian opini, pertanyaan, atau tindakan yang diambil saat peristiwa berlangsung.

3.   Relating (Mengaitkan). Menghubungkan kaitan antara peristiwa dengan pengetahuan, keterampilan, keyakinan, atau informasi lain yang dimiliki.

4.   Reasoning (Menganalisis). Menganalisis dengan detail mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi, lalu  mengambil beberapa perspektif lain, misalnya dari teori atau kejadian lain yang serupa untuk mendukung analisis tersebut.

5.   Reconstructing (Merancang ulang). Menuliskan rencana alternatif jika menghadapi kejadian serupa di masa mendatang.

 

Adapun hasil refleksi saya setelah mempelajari Modul 3.2 adalah :

Reporting. Melalui penerapan pendekatan berbasis aset/kekuatan (asset-based approach), seorang pemimpin di sekolah dapat mengajak warga sekolah memetakan aset/potensi yang dimiliki sekolah dalam mewujudkan ekosistem sekolah yang berpusat kepada kebutuhan murid. Proses identifikasi dan pemetaan potensi sekolah diharapkan dapat menjadi sumber kekuatan sekolah dalam mewadahi semua semangat, dukungan, dan apresiasi yang bersumber dari warga sekolah.

Responding. Sebagai pemimpin di sekolah, dalam pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah dapat dilakukan komunikasi dengan para warga sekolah. Komunikasi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Jika dilakukan secara langsung ,maka akan ada pertemuan tatap muka dan dialog terbuka dengan warga sekolah. Jika dilakukan secara tidak langsung, maka akan menggunakan media lain yang bersifat offline. Dapat dengan menggunakan angket atau pengisian google form. Proses pemetaan aset/potensi 33 MB dilakukan secara langsung (pertemuan dan dialog) dengan warga sekolah. Pertemuan pertama bersama kepala sekolah dan rekan sejawat di sekolah, pertemuan kedua bersama perwakilan PULAS/Paguyuban Kelas yang diwakili oleh KOMITE sekolah, dan pertemuan ketiga bersama perwakilan murid kelas 4, 5, dan 6. Pertemuan antara rekan sejawat, orangtua, dan para murid dilakukan terpisah untuk memberikan keluasan dan keterbukaan semua pihak dalam mengungkapkan ide/gagasannya tanpa ada yang mendominasi. Adapun harapan dari pertemuan dan dialog ini, sekolah dapat mengetahui dengan pasti apa yang diharapkan semua pihak di sekolah (terutama murid) dalam proses pembelajaran di sekolah.

 

Relating. Pendekatan berbasis aset/kekuatan (asset-based approach) mampu mengsugesti kita secara sadar untuk berpikir positif dalam kehidupan karena kita diajak menjadi lebih fokus pada hal-hal yang telah ada dan sedang berjalan dengan baik di lingkungan, sehingga itu menjadi sumber motivasi juga inspirasi kita serta lingkungan sekitar untuk terus menata kehidupan yang lebih baik demi anak-anak hebat bangsa di 33 MB.

 

Reasoning. Identifikasi dan pemetaan aset/potensi sekolah membawa kita pada tujuan penting pada program sekolah yang berpusat kepada murid. Sehingga peran pemimpin dalam mengajak warga sekolah memetakan aset/potensi harus menjadi agenda wajib yang tak bisa terlewatkan.

 

Reconstructing. Terus berfokus pada aset/potensi yang dimiliki sekolah dalam membangun ekosistem seolah yang berpihak kepada murid dengan mengajak warga sekolah memetakan aset/potensi sekolah secara bersama-sama sebagai sumber kekuatan yang berkelanjutan.

 

Bukan hal yang mudah untuk duduk bersama, berdiskusi bersama, dan berbicara dari hati ke hati di tengah banyaknya perbedaan pandangan, pendapat, dan ide. Namun, tidak ada yang tidak mungkin selama kita terus mencoba hal-hal terbaik yang dapat dilakukan demi anak-anak bangsa. Sekolah kecil yang terletak di ujung Kabupaten Bangka ini, UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat telah membuktikan itu. Kami duduk bersama, berpikir terbuka, dan menyatukan pandangan dalam memetakan aset sekolah demi merencanakan program-program sekolah yang berpihak kepada murid.

Mari..terus jaga dan kembangkan potensi/aset yang dimiliki sekolah dengan kolaborasi bersama untuk mewujudkan Merdeka Belajari di 33 MB.

Desain Jurnal Refleksi Ke-9 tersedia di : https://drive.google.com/file/d/1eOu--Qf83rh6HsdjzFRVstT5BF7zw7I1/view?usp=share_link

Semoga jurnal refleksi ini bermanfaat untuk para pembaca.

Semangat untuk terus belajar dan salam bahagia untuk kita semua..

-------------------------------------Bangka, 02 Desember 2022-----------------------------------

Penulis : Lisa, S.Pd., (Guru kelas di UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat / Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Bangka)

Observasi Kelas Penuh Cerita

  Observasi Kelas 1 33 MB, Rabu/06 Maret 2024 (Doc. Pribadi)           Dalam upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) di dunia pendidika...