Senin, 31 Oktober 2022

Pandangan Menuju Kekuatan Positif

Koneksi Antar Materi Modul 3.2 (Doc. Pribadi)

Pada modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak, telah dipelajari peran guru penggerak sebagai agen transformasi pendidikan, yaitu berpihak kepada murid, mandiri, inovatif, kolaboratif, dan reflektif. Dalam masa yang akan datang, peran-peran ini diharapkan tidak hanya dimiliki oleh guru penggerak saja, namun diharapkan dapat dimiliki oleh para guru hebat di Indonesia. Setiap guru adalah pemimpin pembelajaran di kelas, sehingga membawa guru untuk terus belajar sepanjang hayat untuk menuntun para murid sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya.

Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya merupakan peran guru sebagai pemimpin pembelajaran mengelola aset/kekuatan/potensi yang dimiliki oleh sekolah baik itu aset yang berhubungan dengan manusia, infrastruktur, alam, dan interaksinya.

Implementasi guru sebagai pemimpin pembelajaran di kelas dalam mengelola sumber daya dapat dimulai dari mengajak para murid membuat suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan seperti pada video praktik baik pada Demonstrasi Kontekstual sebelumnya. Guru memberi kesempatan kepada para murid untuk memimpikan kelas yang diinginkan sebagai penyemangat dalam belajar. Sebagai seorang pemimpin di kelas, guru mengupayakan bentuk keberpihakan kepada murid dengan memfokuskan pada kekuatan yang dimiliki. Kecerdasan, kreatifitas, imajinasi, keterampilan, dan kemampuan murid lainnya merupakan aset sumber daya utama dimiliki oleh setiap sekolah khususnya kelas. Aset ini dapat tumbuh dan berkembang sebagai kekuatan terbesar yang dipunya oleh kelas. Dari mimpi-mimpi murid akan muncul tindakan dalam mewujudkan mimpi itu berupa ide-ide kreatif dalam mendesain kelas impian sampai eksekusi kelas sehingga suasana lebih nyaman dan menyenangkan.

Guru sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah mengelola sumber daya dengan program-program berpihak kepada murid seperti mengadakan kegiatan ekstrakurikuler sebagai wadah mengembangkan keterampilan kolaborasi para murid. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler dapat mendekatkan dan menumbuhkan cinta para murid kepada lingkungan/alam. Sementara implementasi guru sebagai pemimpin pembelajaran yang berhubungan dengan masyarakat di sekitar sekolah, guru membangun komunikasi dan kolaborasi dengan berbagai pihak untuk menunjang pendidikan di sekolah. Contoh dengan melibatkan pihak puskesmas dalam memberikan edukasi pentingnya kesehatan gigi dan mulut atau berkolaborasi dengan tokoh agama sekitar untuk kegiatan keagamaan di sekolah.

Sumber daya yang dimiliki sekolah dapat berkembang secara maksimal jika sebagai pemimpin pembelajaran menerapkan pendekatan berbasis aset/kekuatan (asset-based approach). Pendekatan ini mengsugesti kita secara sadar untuk berpikir positif dalam kehidupan. Aset/kekuatan menjadi tumpuan berpikir dan mengajak kita memusatkan perhatian pada hal-hal yang berjalan dengan baik, sehingga itu menjadi sumber motivasi dan inspirasi kita serta lingkungan sekitar. Ketika sebagai pemimpin pembelajaran memahami dan memfokuskan pada aset/kekuatan yang dimiliki sekolah, maka dengan pengelolaan sumber daya yang tepat dapat membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas. Contohnya, guru sebagai pemimpin pembelajaran di kelas dapat melakukan pemetaan kebutuhan murid untuk mengetahui minat, bakat, serta kemampuan muridnya, sehingga guru dapat memfokuskan proses pembelajaran dengan apa yang dimiliki murid. Salah satu pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengakomodir keberagaman kebutuhan murid yaitu pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran ini mengembangkan aset sumber daya murid seperti keterampilan, kecerdasan, kreatifitas, serta dapat membentuk kolaborasi dengan aset-lainnya seperti alam/lingkungan, fisik, sosial, agama, dan budaya.

Sebelum mempelajari modul ini, pandangan saya dalam merencanakan program sekolah terletak pada kekuatan finansial dan infrastruktur sarana juga prasarana saja. Tanpa pembangunan yang maksimal, maka proses pembelajaran pun tidak akan berjalan maksimal. Alhasil saya hanya disibukkan menilai kelemahan/kekurangan yang dimiliki. Kini, semua pandangan itu sirna setelah mempelajari modul ini. Ternyata kekuatan sesungguhnya berawal dari cara kita berpikir positif dengan menilai dan mengoptimalkan potensi/kekuatan yang telah dimiliki. Pikiran positif mampu membawa kita untuk bergerak positif menuntun pada keberpihakkan kepada murid.

Mari..secara perlahan kita mengubah cara pandang untuk lebih berpikir positif dalam mengelola aset/kekuatan yang sudah dimiliki. Tidak harus perubahan besar, mulailah dari perubahan-perubahan kecil yang kita bisa.

Demikianlah artikel saya pada Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya. Semoga menginspirasi untuk para pembaca.

Semangat belajar untuk kita semua dan salam bahagia…

Sabtu, 29 Oktober 2022

Analisis Video Praktik Baik dari Prakarsa Perubahan BAGJA

 

Prakarsa Perubahan BAGJA pada Kelas Impian Modul 3.2 (Doc. Pribadi)

Tiba waktunya pada Demonstrasi Kontekstual Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya. Melewati modul per modul, semakin mengajarkan saya bahwa semua modul pada Pendidikan Guru Penggerak (PGP) memiliki keterkaitan yang erat termasuk dalam menyelesaikan tugas pada modul demonstrasi kontekstual ini. Hal ini mengisyaratkan bahwa kolaborasi menjadi bagian terpenting dan tidak terpisahkan dalam mewujudkan merdeka belajar.

Adapun tujuan dari pembelajaran pada demonstrasi kontekstual modul 3.2 ini agar para CGP dapat: menganalisis tentang visi dan prakarsa perubahan dari video praktik baik yang ada; mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masing-masing tahapan BAGJA dari video yang ada; mengidentifikasi peran pemimpin pembelajaran dari video yang ada; dan menganalisis modal utama apa saja yng dimanfaatkan dari video praktik baik yang ada.

Setelah melewati pembelajaran demi pembelajaran, bersama-sama berproses, berlatih melihat, dan mengidentifikasi aset serta kekuatan yang dimiliki daerah bersama rekan CGP lainnya pada Ruang Koloborasi sebelumnya, saatnya menganalisis dan mengidentifikasi video praktik baik yang menggambarkan pemanfaatan sumber daya sekolah untuk peningkatan kualitas pembelajaran murid. Video praktik baik tersebut tersedia pada channel youtube : https://www.youtube.com/watch?v=YMflitCt1yI (Sumber : Pendidikan Guru Penggerak).

Dalam menganalisis video ini, kami diminta untuk mengaitkan pengetahuan pada Modul 1.3 Visi Guru Penggerak, visi prakarsa perubahan BAGJA. Adapun hasil dari analisis video praktik baik ini saya beri judul “Prakarsa Perubahan BAGJA dalam Kelas Impian” dan tersedia di channel youtube:

Video Prakarsa Perubahan BAGJA pada Kelas Impian Modul 3.2 (Doc. Pribadi)

.
Dalam video ini saya menggambarkan visi dari sekolah tempat guru tersebut mengabdi, prakarsa perubahan yang akan dilakukan oleh guru, pertanyaan utama dari kegiatan yang dilakukan oleh guru, dan kegiatan/tindakan setiap tahapan BAGJA yang dilakukan oleh guru.

Berikut ini hasil analisis saya dari video yang ada mengenai peran pemimpin (guru) dalam melakukan prakarsa perubahan BAGJA : 

1. Guru melakukan perubahan yang akan dilakukan ini dari hasil diskusinya bersama rekan sejawat. Bahkan guru tersebut juga mengajak rekannya merumuskan pertanyaan utama dari prakarsa perubahan yang akan dilakukan. Ini merupakan bagian dari kolaborasi guru dengan rekan sejawat dalam setiap proses pembelajaran di sekolah. Segala bentuk perubahan yang akan dilakukan oleh guru di sekolah baik itu sebagai pemimpin pembelajaran di kelas memerlukan kolaborasi dari pihak dalam sekolah, salah satunya bersama rekan sejawat yang telah terlebih dahulu melakukan perubahan.

2. Guru menanyakan langsung kepada para murid mengenai kelas yang nyaman dan menyenangkan untuk belajar yang menjadi impian mereka selama ini. Bagian ini merupakan bentuk keberpihakkan kepada murid. Guru menyadari bahwa dengan memenuhi kebutuhan murid diharapkan dapat memberikan semangat kepada para murid untuk selalu bahagia menikmati proses belajar di sekolah terutama di kelas.

3. Guru memfokuskan perubahan yang akan dilakukan dengan mengoptimalkan aset/kekuatan yang sudah dimiliki di kelas dan sekitarnya.

4. Guru menjadi pemimpin pembelajaran di kelas dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk tumbuh dan berkembang dari proses belajar yang akan dilakukan untuk kelasnya. Mulai dari mengajak para murid menceritakan kelas impian mereka, artinya guru membangun dalam diri murid bahwa setiap manusia punya mimpi dan tidak perlu takut untuk bermimpi. Kemudian guru mengajak para murid melakukan langkah-langkah kecil untuk mewujudkan kelas impian itu. Para murid mungkin akan menilai bahwa mewujudkan ini perlu modal (finansial) yang besar dan akan sulit untuk terrealisasi. Namun, guru memberikan motivasi bahwa untuk mewujudkan kelas impian yang dibutuhkan adalah tekad kuat dan potensi yang telah dimiliki.

5. Guru memberikan apresiasi dari setiap pencapaian kecil yang dilakukan murid sebagai bentuk motivasi kepada mereka bahwa dari hal-hal kecil yang dilakukan ada hal besar yang sedang menanti. Dari ide-ide para murid, berdiskusi dan mendesain kelas yang diimpikan dalam kelompok, memetakan yang harus dilakukan untuk mewujudkan kelas impian, hingga berkontribusi dalam melakukan setiap langkah yang telah direncanakan. Hasilnya dapat terlihat dari betapa bahagianya wajah para murid setelah berhasil mengubah kelasnya sesuai dengan yang mereka mimpikan.

Modal utama yang dimanfaatkan oleh pemimpin pembelajaran dalam video yang ada adalah sumber daya. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam hal ini adalah para murid, menjadi invetaris besar dalam perubahan prakarsa BAGJA yang telah dilakukan. Perubahan yang telah dilakukan juga menjadi bentuk terwujudnya Profil Pelajar Pancasila. Elemen yang muncul adalah pelajar yang:

- Berakhlak mulia ditunjukkan dengan bersikap menghormati dan menghargai kepada sesama.

 Berkhebinekaan global dengan bersifat terbuka dengan pandangan orang lain.

- Bergotong-royong dengan bergerak bersama dalam melakukan perubahan untuk kelas impian.

- Mandiri dengan bertanggung jawab atas proses dan hasil yang telah dilakukan untuk perubahan kelas impian.

- Bernalar kritis dengan bersikap logis, relevan, dan respek terhadap hal yang ada dan sedang terjadi.

- Kreatif dengan mewujudkan kelas impian dengan mengembangkan ide-ide baru dan menemukan cara-cara baru untuk memandang masalah menjadi peluang.

Dari menganalisis video ini, mengajarkan hal penting kepada saya ternyata melakukan sebuah perubahan bisa dimulai dari hal sederhana dengan sesuatu yang sudah kita miliki dan mengoptimalkan semua aset yang sudah ada.

Ayo..kita lakukan sebuah perubahan dengan mengelola aset/kekuatan yang sudah kita miliki. Tidak harus perubahan besar, mulailah dari perubahan-perubahan kecil.

Demikianlah artikel saya pada Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber DayaSemoga menginpiraasi untuk para pembaca.

Semangat belajar untuk kita semua dan salam bahagia…

Jumat, 28 Oktober 2022

Identifikasi Aset/Modal di Kota Sungailiat untuk Sekolah

 

Ruang Kolaborasi Modul 3.2 (Doc. Pribadi)

Seseorang yang berada di dalam sebuah komunitas bukan lagi membawa atas dirinya sendiri (individu), namun telah menjadi bagian dari tumbuh dan berkembangnya komunitas. Pandangan, gagasan, dan ide yang muncul dari semua anggota diatas namakan untuk  komunitas. Sama halnya komunitas di sekolah, pemimpin di sekolah menentukan kebijakan berlandas kepentingan sekolah terutama keberpihakkan kepada murid.

Sekolah berada dalam suatu teritorial, baik itu tingkat kabupaten maupun provinsi. Setiap kabupaten/provinsi pastinya memiliki kekuatan (modal/aset/potensi) sendiri untuk menjalankan roda pemerintahannya. Kekuatan itu menjadikan suatu daerah dapat mengintegrasikan semua aspek pemerintahan demi tumbuhnya setiap sektor kehidupan di dalamnya. Salah satunya bagian dari pertumbuhan sektor di suatu daerah adalah bidang pendidikan khususnya sekolah.

Sekolah menjadi bagian dari kekuatan yang dimiliki oleh suatu daerah dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan tangguh sehingga dapat beradaptasi dengan baik di perubahan zaman dan alam. Sebelum saya mempelajari modul ini, saya berpikir suatu wilayah memiliki potensi SDM, finansial, dan alam saja, ternyata ada 7 (tujuh) aset yang dimiliki oleh suatu daerah.

Pada Ruang Kolaborasi Modul 3.2 ini, kelompok kami menganalisis aset/modal yang dimiliki Kota Sungailiat untuk sekolah. Namun, sebelumnya mari kita mengenal 7 aspek yang dimiliki daerah dalam upaya memajukan dan mengembangkan pendidikan di sekolah. Berikut ini 7 aset yang dimiliki Kota Sungailiat yang dapat diintegrasikan serta dikolaborasikan untuk sekolah :


1.     Aset Manusia

Sember daya yang berkualitas merupakan investasi penting, karena berkorelasi dengan sektor lainnya seperti kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan lainnya. Adapun aset/modal yang dimiliki setiap individu berupa pengetahuan, kecerdasan, kreatifitas, keterampilan, dan lainnya yang berhubungan dengan olah raga, olah rasa, olah jiwa menjadi modal dalam suatu komunitas. Selain itu, kecakapan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (kolaborasi) baik termasuk berkomunikasi menjadi aset penting bagi seorang pemimpin.

Sekolah dapat menjadikan aset manusia yang dimiliki daerah sebagai investasi SDM dalam memajukan dan menggembangkan pendidikan di berbagai hal termasuk pengembangan karakter individu.

 

2.     Aset Sosial

Bagian dari aset ini adalah norma/aturan yang mengikat warga di dalamnya dan bersifat mengatur dalam pola berperilaku, unsur kepercayaan (trust), jaringan (networking) bermasyarakat (komunitas). Investasi/aset yang saling berdampingan dalam hubungan di masyarakat seperti kepemimpinan, kerjasama, saling percaya, rasa memiliki, dan rasa peduli yang tumbuh demi tujuan yang sama.

Aset sosial dalam masyarakat yang dapat diintegrasikan oleh sekolah meliputi komunitas yang bersentuhan langsung ataupun berkorelasi dalam upaya memajukan pendidikan khsususnya di daerah.

 

3.     Aset Fisik

Aset/modal fisik terdiri dari infrastruktur atau sarana prasarana publik mulai dari bangunan, jalan raya, sistem pembuangan, sistem air, mesin, jalur komunikasi, alat transportasi, dan lainnya.

Sekolah dapat menggunakan berbagai aset fisik yang dimiliki daerah mulai dari sarana/prasarna publik yang dapat memberikan fasilitas berupa edukasi, seperti perpustakaan daerah, RRI, taman kota, hutan lindung, dan lainnya.

 

4.     Aset Lingkungan/Alam

Lingkungan/alam merupakan investasi alami langsung dari tempat tinggal manusia di bumi ini. Aset alam menjadi bagian yang tidak akan lepas dari aktivitas manusia dan  diperlukan tekad kuat dalam menjaga kelestariannya demi generasi berikutnya. Contoh aset alam seperti bumi yang mempunyai udara segar, laut, taman, hutan, pantai, tanah yang subur dan lainnya. Kepulauan Bangka Belitung banyak menyediakan pantai yang indah dan cantik dengan ciri khasnya pasir putih dan batu besar di sekitar bibir pantainya.

Potensi alami yang dimiliki daerah dapat mendidik para generasi muda tidak hanya memanfaatkannya dengan baik sebagai media pembelajaran, namun menjaga dan melestarikan itu adalah yang utama.

 

5.     Aset Finansial

Dukungan finansial (keuangan) yang dimiliki oleh suatu komunitas dapat digunakan untuk membiayai proses pembangunan dan kegiatan yang direncanakan oleh komunitas. Modal finansial meliputi tabungan, anggaran pendapatan daerah, pembayaran pajak, dan smber lainnya.

Pemerintah daerah pastinya menyiapkan anggaran untuk setiap sektor di dalam wilayahnya terutama dalam sektor pendidikan. Sekolah menerimanya dalam bentuk sumber APBD, isentif ASN/Non ASN, bantuan beasiswa, dan sebagainya.

 

6.     Aset Politik

Aset politik merupakan ukuran keterlibatan sosial atau kebijakan pemerintah daerah khsususnya dalam mengatur semua sektor dalam wilayahnya. Kebijakan sekolah dalam membuat suatu aturan pastinya akan berpegang pada kebijakan umum yang bersumber dari pemimpin di tingkat lebih atas, seperti pemimpin pemerintahan di kabupaten dan pemimpin di dinas pendidikan.

 

7.     Aset Agama dan Budaya

Empati, perhatian, kasih sayang, nilai religi, nilai sejarah, warisan budaya, dan nilai-nilai lainnya yang bersifat unsur-unsur dalam kegiatan pelayanan merupakan bagian dari aset agama dan budaya suatu daerah. Identifikasi dan pemetaan aset ini merupakan langkah penting untuk melihat keberadaan kegiatan dan ritual kebudayaan maupun keagamaan dalam suatu komunitas untuk menunjang pengembangan karakter individu serta perencanaan kegiatan bersama.

Ekosistem sekolah yang nyaman dan aman dapat terwujud melalui kolaborasi dari semua pihak yang terlibat terutama dengan pemangku kepentingan .Aset-aset yang dimiliki oleh daerah akan memberikan konstibusi sangat besar dalam upaya menumbuhkan dan mengembangkan pendidikan di sekolah. Sehingga sekolah berfokus pada kekuatan/aset yang dimiliki masyarakat sebagai basis utama dalam pengembangan program. Fokus pada kekuatan ini dinamakan Pendekatan Komunitas Berbasis Aset (Asset Based Community Development / ABCD). Pendekatan ini hadir untuk menumbuhkan mental positif serta memberikan semangat kepada setiap individu dalam suatu komunitas untuk terbiasa mengekplorasi potensi/kemampuan diri.

Pada Ruang Kolaborasi Modul 3.2 ini, saya bersama dua rekan CGP lainnya mengidentifikasi aset/modal yang dimiliki daerah (Kota Sungailiat) untuk pengembangan pendidikan khususnya di sekolah-sekolah. Kami melakukan diskusi di hari Rabu/ 26 Oktober 2022 dan mempresentasikan hasilnya di hari kedua Ruang Kolaborasi Kamis / 27 Oktober 2022. Adapun hasil diskusi kelompok kami tersedia di channel Youtube :

Video hasil Ruang Kolaborasi Modul 3.2 (Doc. Pribadi)

Hal menarik yang saya dapatkan dari Ruang Kolaborasi Modul 3.2 ini adalah saya belajar banyak tentang aset daerah yang digunakan sebagai kekuatan dalam upaya memanjukan dan mengembangkan sekolah. Kami juga mengidentifikasi setiap aspek dan komponen serta strategi pemanfaatannya dalam perencanaan program-program sekolah termasuk bentuk kegiatan keberpihakkan kepada murid. Sehingga ke depannya sekolah dapat melahirkan SDM yang berkualitas untuk agama, masyarakat, dan negara.

Demikianlah artikel saya tentang hasil diskusi dan presentasi dari kelompok kami di Ruang Kolaborasi Modul 3.2 ini. Mari terus belajar memfokuskan diri pada kekuatan yang kita miliki dalam upaya pengembangan kompetensi diri dan komunitas.

Semoga artikel ini menginspirasi untuk para pembaca.

Semangat belajar untuk kita semua dan salam bahagia…

Selasa, 25 Oktober 2022

33 MB Meriahkan Maulid Nabi dengan Lomba Mewarnai

 

Lomba Mewarnai dalam peringatan Maulid Nabi di 33 MB (Doc. Pribadi)

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tanggal 12 Rabiul Awal 1444 H tahun ini tepat jatuh pada hari Sabtu / 08 Oktober 2022 lalu. Walaupun 2 pekan telah berlalu, tidak menyurutkan semangat para murid 33 MB memeriahkan lomba mewarnai yang dilaksanakan di sekolah hari Jum’at / 21 Oktober 2022.

Para murid memaknai hari kelahiran Nabi Muhammad SAW setiap tahunnya dengan suasana yang penuh makna walaupun dalam keadaan yang sangat sederhana. Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Suraidah, S.Pd.I guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) selaku ketua pelaksana kegiatan ini menuturkan, “Kegiatan ini sederhana, namun sarat makna dan sekolah terus berupaya mengadakan kegiatan-kegiatan serupa yang berpihak kepada anak-anak.”

Kegiatan ini juga didukung oleh para orangtua dalam mengapresiasi program-program sekolah terutama pembelajaran berpusat kepada murid, salah satunya memfasilitasi anak-anaknya untuk mengikuti perlombaan ini dengan menyiapkan alat tulis dan pensil warna lengkap.

Selasa / 25 Oktober 2022, anak-anak sangat antusias menunggu pengumuman dari hasil lomba mewarnai Jum’at lalu. Pemenang dari lomba mewarnai terdiri dari 3 kategori, yaitu: juara 1, 2, dan 3 kategori kelas bawah mendapatkan piala dan piagam penghargaan; juara 1,2, dan 3 kategori kelas atas mendapatkan piala dan piagam penghargaan; dan juara favorit dari semua kelas didapat dari puluhan anak-anak hebat 33 MB. Pemberian piala dan piagam pun dilakukan langsung oleh Bapak Soleh, S.Pd.I selaku kepala sekolah, ketua pelaksana, dan guru-guru, serta pegawai 33 MB.

Semangat anak-anak dalam menjalani proses pembelajaran di sekolah, membawa sekolah berupaya memberi ruang dalam mengembangkan minat dan bakat anak-anak dengan mengadakan lomba mewarnai ini. Anak-anak dapat mengekspresikan diri salah satunya dengan menuangkan warna-warna indah dalam kertas gambar.

Demikianlah artikel saya kali ini, kepada semua pihak yang terlibat dalam perlombaan ini terima kasih atas dukungan dan kolaborasi yang solid. Terus bergerak 33 MB wujudkan merdeka belajar untuk anak-anak Indonesia, anak-anak hebat 33 MB.

Salam bahagia dan semangat belajar untuk kita semua…

Jumat, 21 Oktober 2022

Belajar Menjadi Pemimpin

 

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 (Doc. Pribadi)

Telah tiba di alur Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin. Sebuah kutipan dari Bob Talbert yang saya dapatkan dalam LMS pada modul ini : “Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”. Kutipan ini membuat saya semakin memaknai seni mengajar tidak semata-mata untuk hasil akhirnya, tetapi bagian yang berharga adalah proses dalam menjalaninya. Mengajarkan anak untuk bisa sesuatu itu penting, namun akan lebih bermakna jika proses yang mereka lalui melekat sebagai nilai / karakter pribadi mereka hingga dewasa nanti. Nilai apa yang diharapkan dan untuk apa nilai-nilai itu ? Nilai-nilai kebajikan untuk keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya, tidak hanya sebagai individu, namun sebagai makhluk sosial. Hal ini juga sejalan dengan konsep belajar dan tujuan pendidikan Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara.

Dalam dunia pendidikan, sering kita didengar semboyan Ki Hajar Dewantara, yaitu Ing Ngarso Sung Tolodo artinya di depan jadi teladan atau panutan, Ing Madya Mangun Karso yang artinya di tengah membangun semangat atau motivasi, dan Tut Wuri Handayani artinya di belakang memberi dorongan atau kekuatan. Apabila semboyan ini dilaksanakan oleh guru, maka akan memberikan pengaruh positif terhadap anak didiknya. Jika dikaitkan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin, maka pemimpin harus mampu memberikan contoh baik/teladan/panutan secara sikap, perilaku, kebijakan maupun pemikirannya. Ketika pemimpin berada ditengah-tengah anggotanya, pemimpin mampu memberikan semangat/motivasi kepada anggotanya untuk terus maju memperjuangkan tujuan bersama. Kemudian sebagai pemimpin juga harus memberi kewenangan dan kekuasaan kepada anggotanya. Hal tersebut untuk menciptakan kepemimpinan yang berkesinambungan guna mempersiapkan pemimpin dari generasi berikutnya.

Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri kita sebagai seorang pendidik bermula dari pribadi keseharian yang tumbuh dalam keluarga dan lingkungan kita, kemudian terintegrasi menjadi bentuk keberpihakkan kepada murid. Konsekuensi logis dari pilihan ini memacu untuk terus mandiri menggembangkan kompetensi dalam perubahan zaman, berinovatif dalam upaya menyajikan pembelajaran yang menarik, dan berkolaborasi dengan semua pihak yang terlibat dalam proses belajar murid, serta selalu merefleksi untuk mempersiapkan rencana baru yang lebih baik dari sebelumnya. Semua nilai ini pastinya memberi pengaruh besar kepada prinsip-prinsip seorang pemimpin agar semua keputusan yang diambil berlandaskan pertimbangan-pertimbangan yang matang sehingga menghasilkan keputusan yang bijak dan dapat dipertanggung jawabkan.

Pengambilan keputusan juga berkaitan dengan peran kita sebagai coach pada kegiatan coaching. Mengapa demikian ? Peran guru sebagai penuntun berhubungan erat dengan peran seorang pemimpin dalam memberikan kesempatan untuk anggotanya mengembangkan potensi yang dipunya. Jika dikaitkan dengan coaching, seorang coach juga menuntun dan berfokus pada coachee menemukan solusi dari permasalahannya serta membangun kepercayaan diri. Seberapa efektif keputusan yang telah diambil, tentu kita tidak akan pernah tahu selama kita belum pernah membuat keputusan. Keterampilan coaching akan bergerak seirama dengan keterampilan dalam pengambilan keputusan karena bersumber dari “menuntun” untuk membangun dan mengembangkan karakter / nilai dalam diri orang lain.

Kemampuan guru dalam mengelola aspek sosial dan emosional sangat berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya dilema etika. Penerapan 9 langkah dalam pengambilan keputusan membutuhkan suasana, kondisi, pikiran, dan hati yang tenang. Harapannya keputusan yang diambil menjadi keputusan yang bijak untuk masalah yang sedang dihadapi.

Studi kasus yang fokus pada masalah moral atau dilema etika selalu dikembalikan pada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik dalam kepemimpinannya. Bahkan dalam 9 langkah penerapan pengambilan keputusan yang telah saya pelajari di modul ini dimulai dengan melihat nilai-nilai kebajikan / universal yang saling bertentangan. Mengapa demikian ? Karena nilai kebajikan merupakan akar dari karakter baik yang berpotensi berkembang dalam suatu kasus yang sedang dihadapi. Sehingga untuk mewujudkan ini, seorang pemimpin bukan hanya dituntut untuk menyelesaikan masalah dengan pengambilan keputusan saja, namun berfokus pada pengembangan karakter semua pihak yang terlibat di dalamnya. 

Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Seorang pemimpin dalam mengambil suatu keputusan pastilah melalui proses analisis masalah yang panjang apalagi jika menerapkan 9 langkah dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil dengan penerapan 9 langkah ini mempertimbangkan segala aspek sehingga pada akhirnya didapatlah suatu keputusan bijak yang diharapkan membawa lingkungan lebih positif, aman, bahkan kondusif.

Tantangan-tantangan di lingkungan saya dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika berkaitan dengan paradigma di lingkungan apalagi itu telah berakar lama dan membudaya. Salah satu contohnya paradigma kebenaran lawan kesetiaan. Bagaimana sebagai seorang pemimpin harus menaati peraturan, namun tidak melukai perasaan rekannya? Apalagi jika telah membudaya selalu membuat pengecualian untuk menjaga perasaan orang lain. Dari modul ini saya belajar untuk mengajak rekan-rekan sejawat membangun ekosistem sekolah yang berpihak kepada murid sehingga dengan ini diharapkan muncul dan membudayanya kesepakatan sebagai nilai-nilai yang kita yakini bersama.

Pengambilan keputusan yang kita ambil, berpengaruh dengan pengajaran yang memerdekakan murid. Salah satu contohnya ketika kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid yang berbeda-beda melalui pembelajaran berdiferensiasi. Pada modul 2.1, kita telah mempelajari bagaimana pembelajaran berdiferensiasi dapat mengakomodir keberagaman kebutuhan belajar murid. Ketika kita memilih untuk berpihak kepada murid, pembelajaran berdiferensiasi menjadi konsekuaensi logis dari keberpihakkan itu.

Seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan masa depan murid-muridnya. Setiap keputusan yang kita ambil sebagai pemimpin pembelajaran khususnya di kelas dapat memberi pengaruh besar pada proses tumbuh dan berkembangnya karakter anak. Bahkan di banyak kejadian, terlalu besarnya pengaruh keputusan yang dibuat seorang guru dapat melekat di memori anak sehingga terbawa sampai dewasa. Contohnya ketika kita mengetahui ada murid yang butuh waktu lama untuk memahami suatu konsep / materi pembelajaran, namun dia memiliki semangat belajar yang sungguh luar biasa. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran di kelas, kita memutuskan berlaku adil kepadanya dengan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan sesuatu sesuai dengan standar penilaiannya. Lalu, dengan kesempatan yang kita berikan, membentuk kepribadian yang pantang menyerah dan bertanggung jawab dalam setiap hal yang dilakukannya. Jika hal ini terus terjadi dan membentuk kebiasaan dalam hidupnya, maka secara tidak langsung kita telah berperan andil dalam membangun pribadi pantang menyarah dan bertanggung jawab dalam diri anak ini.

Kesimpulan akhir yang dapat saya tarik dari pembelajaran modul materi ini adalah untuk menjadi pemimpin khsususnya pemimpin pembelajaran dibutuhkan ilmu, pikiran, dan hati yang saling berkolaborasi sehingga menghasilkan suatu keputusan yang bijak. Tidak akan berarti dan bermakna keputusan tanpa nilai-nilai kebajikan yang diyakini dalam ilmu (sistem / peraturan yang berlaku) serta pikiran juga hati yang tenang. Kaitannya dengan modul-modul sebelumnya adalah mempersiapkan diri saya untuk memahami lebih mendalam lagi tujuan dari Pendidikan Guru Penggerak ini. Pada modul 1, saya memahami bahwa guru harus berpihak kepada murid seperti pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa setiap anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya. Bentuk dari keberpihakkan itu direncanakan dan dilaksanakan dalam modul 2, yaitu pembelajaran berdiferensiasi yang mengakomodir keberagaman kebutuhan belajar murid serta terintegrasi dengan pembelajaran sosial dan emosional.

Pemahaman saya setelah mempelajari modul ini, seperti dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan menjadi awal untuk melatih keterampilan saya dalam mengambil suatu keputusan yang lebih bijak. Hal yang diluar dugaan saya setelah mempelajari modul ini terutama dari tugas Demonstrasi Kontekstual sebelumnya, setiap pemimpin punya gaya kepemimpinan yang berbeda dan secara umum telah menerapkan langkah pengambilan keputusan, hanya tidak implisit seperti yang dipelajari pada modul 3.1 ini.

Sebelum mempelajari modul ini, saya pernah menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema. Ada perbedaan pengambilan keputusan dengan yang dipelajari dalam modul ini, yaitu pada langkah-langkah tertata dalam sebuah kerangka sehingga mempermudah kita dalam proses pengambilan keputusan. Jika keterampilan pengambilan keputusan ini terus kita asah, maka kita akan lebih percaya diri dan berani dalam mengambil keputusan yang bijak dan bertanggung jawab.

Perubahan yang terjadi pada cara saya dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mempelajari modul ini adalah saya lebih siap dan berani karena terbantu dengan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Sebelum mempelajari modul ini, ketika saya menemui suatu masalah yang harus diselesaikan dengan pengambilan keputusan, saya bingung harus memulai dari mana untuk proses menemukan solusi apalagi sampai pengambilan keputusannya. Namun, setelah mempelajari modul ini, saya tidak perlu ragu lagi untuk memulai proses penyelesaian dan pengambilan keputusan karena 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sangat membantu secara teoritis. Selebihnya adalah memperbanyak praktik dalam pengambilan keputusan.

Modul ini sangat penting bagi saya sebagai individu dan seorang pemimpin karena saya sadar bahawa karakter / nilai kebajikan dalam diri kita dan diyakini bersama merupakan akar dalam proses penyelesaian suatu masalah hingga pengambilan keputusan bijak dan penuh tanggung jawab.

Demikianlah artikel saya mengenai proses belajar menjadi seorang pemimpin pada Koneksi Antar Materi Modul 3.1 ini. Semoga menginpiraasi untuk para pembaca khususnya untuk para guru hebat di tanah air dalam menyiapkan diri sebagai pemimpin masa depan.

Semangat belajar untuk kita semua dan salam bahagia…

Rabu, 19 Oktober 2022

Analisis dan Refleksi Praktik Pengambilan Keputusan

 

Analisis dan Refleksi Praktik Pengambilan Keputusan (Doc. Pribadi)

Tahapan Demonstrasi Kontekstual Modul 3.1 ini merupakan wadah bagi saya untuk mengetahui seberapa besar pemahaman mengenai keseluruhan materi pada modul ini. Terutama unsur-unsur yang dapat diterapkan dalam 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Kesempatan untuk mengetahui pemahaman materi yang telah dipelajari dilakukan dengan mengadakan wawancara pemimpin/kepala sekolah tentang praktik pengambilan keputusan selama ini di lingkungan sekolah.

Praktik berbagi pengambilan keputusan ini saya dapatkan dari dua orang kepala sekolah yaitu Bapak Soleh, S.Pd.I (Kepala UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat) dan Bapak H.Jamaludin, S.Pd.SD (Kepala UPTD SD Negeri 7 Mendo Barat). Adapun wawancara ini dilaksanakan Senin / 17 Oktober 2022 dan hari berikutnya Selasa / 18 Oktober 2022.

Hasil wawancara dianalisis berdasarkan konsep-konsep yang telah dipelajari pada modul ini. Kemudian dari hasil analisis dijadikan sebuah refleksi atas praktik pengambilan keputusan dilema etika yang telah dijalankan di lingkungan sekolah saya dan sekolah-sekolah lain di lingkungan saya.

Berikut ini analisis saya dari hasil wawancara yang telah dilakukan :

1.    Adanya hal-hal menarik dari wawancara dihubungkan dengan materi yang telah dipelajari.

Salah satunya adalah dapat berbagi praktik pengambilan keputusan oleh kepala sekolah di lingkungan sekolah.

2.    Adanya persamaan dan perbedaan hasil wawancara dari dua kepala sekolah dalam pengambilan keputusan. Persamaannya adalah langkah-langkah pengambilan keputusan yang mempertimbangkan banyak unsur sehingga keputusan yang diambil menjadi keputusan yang bijak terutama dengan melibatkan pihak-pihak terkait dalam proses pengambilan keputusan. Kemudian perbedaannya didasarkan karena faktor kultural sekolah sehingga setiap keputusan yang diambil telah mempertimbangkan unsur-unsur dalam sekolah terutama keberpihakkan kepada murid.

3.    Adanya rencana ke depan para kepala sekolah dalam menjalani pengambilan keputusan pada kasus dilema etika. Pesan moral yang saya rangkum dari hasil wawancara adalah setiap masalah pasti ada jalan keluar yang terbaik selama kita tetap tenang, komunikasi yang baik, mengambil keputusan dengan bijak, seberapa manfaat keputusan untuk banyak orang, dan keputusan yang diambil harus dipertanggung jawabkan.

Lalu, bagaimana saya menerapkan pengambilan keputusan dalam dilema etika di lingkungan sekolah kepada murid, rekan sejawat, dan lingkungan sekitarnya ? Pengambilan keputusan merupakan keterampilan yang harus diasah agar kita semakin bijak dalam menghadapi situasi permasalahan yang sedang dihadapi dan untuk terampil mengambil keputusan harus sering mengambil keputusan-keputusan.

Berikut ini hasil wawancara praktik pengambilan keputusan di lingkungan sekolah tersedia di channel Youtube : 

Analisis dan Refleksi Pengambilan Keputusan (Doc. Pribadi)

Demikianlah artikel saya pada Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin. Semoga menginpiraasi untuk para pembaca.

Semangat belajar untuk kita semua dan salam bahagia…

 

Sabtu, 15 Oktober 2022

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Ruang Kolaborasi Modul 3.1 (Doc. Pribadi)

“Guru penggerak menjadi agen transformasi di dunia pendidikan”. Makna dari kalimat ini semakin jelas saya temukan pada Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin. Ketika membaca materi pembuka pada alur Eksplorasi Konsep dan menyelesaikan beberapa kasus yang sering terjadi di lingkungan sekolah kita, saya temukan bagaimana sebagai seorang pemimpin harus bersikap bijak dalam pengambilan keputusan yang melibatkan banyak pihak. Adapun pengambilan keputusan akhir itu diputuskan oleh pemimpin tertinggi di sekolah yaitu kepala sekolah.

Ketika seorang pemimpin dihadapkan pada suatu kondisi yang mengharuskannya mengambil sebuah keputusan pastilah melibatkan banyak pihak dalam situasi (kasus) itu. Kasus yang dihadapi pun bisa saja berupa dilema etika atau bujukan  moral. Dilema etika adalah suatu kondisi dalam pengambilan keputusan yang terdapat dua pilihan benar secara moral namun, saling bertentangan. Sementara bujukan moral adalah suatu kondisi yang mengharuskan membuat keputusan antara benar dan salah. Kenyataannya, dilema etika paling banyak kita jumpai dalam lingkungan sekitar terutama di sekolah dan merupakan tantangan berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu.

Pada situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasar yang bertentangan seperti yang telah kita bahas pada Modul 1.4 Budaya Positif. Adapun nilai-nilai kebajikan universal yang akan selalu ikut serta dalam situasi dilema etika seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab, dan penghargaan akan hidup. 

Dalam pengambilan keputusan, seorang pemimpin di sekolah dapat menggunakan paradigma berpikir yang berbasis nilai-nilai kebajikan sehingga hasil dari keputusan itu dapat mengakomodir harapan dari semua pihak tanpa menyampingkan nilai-nilai kebajikan universal yang kita yakini bersama. Keterampilan pengambilan keputusan dapat mengacu pada 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Berikut ini bahasannya yang saya dapat dari berbagai sumber di LMS Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 5 :


ΓΌ Empat paradigma pengambilan keputusan

1.     Individu lawan kelompok (Individual vs community)

Paradigma ini terjadi karena ada pertentangan antara kepentingan individu lawan kepentingan orang lain, kepentingan individu lawan kelompok kecil/besar, atau kepentingan kelompok kecil lawan kelompok besar. Contoh dalam sebuah kelas ketika seorang guru dihadapkan dalam situasi ada kelompok murid yang mengerjakan sesuatu membutuhkan waktu lebih lama dan ada kelompok murid yang mengerjakan sesuatu dengan waktu lebih cepat sehingga mereka siap untuk melanjutkan ke pelajaran selanjutnya. Apakah keputusan yang diambil oleh guru ? Apakah harus melanjutkan pembelajaran selanjutnya, tetap menunggu semua murid memahami pelajaran ini, atau kah ada opsi lainnya? Dalam situasi ini, guru menghadapi dilema individu lawan kelompok.

2.     Rasa keadilan lawan rasa kasihan (Justice vs mercy)

Pada paradigma ini, pilihannya dihadapkan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Kita bisa memilih untuk berlaku adil dengan memperlakukan hal yang sama bagi semua orang atau membuat pengecualian dengan alasan kemurahan hati dan kasih sayang. Ada situasi mengharuskan kita berpegang teguh pada peraturan, tetapi terkadang membuat pengecualian juga tindakan yang benar. Contohnya ketika ada murid yang sering datang terlambat ke sekolah karena harus membantu orangtuanya berjualan di pagi hari sehingga jam 2 pagi dia sudah harus bangun tidur. Ketika dia terlambat berarti melanggar peraturan sekolah namun, di satu sisi sebagai guru kita pun kasihan dengan kondisi yang dialaminya. Bagaimana guru dapat bertindak dengan situasi dilema ini? Dalam situasi ini, guru menghadapi dilema rasa keadilan lawan rasa kasihan.

3.     Kebenaran lawan kesetiaan (Truth vs loyalty)

Ada situasi yang membuat kita kadang harus memilih antara jujur atau setia (tanggung jawab) kepada orang lain. Contohnya ketika kita dihadapkan pada situasi harus jujur dengan apa yang dilakukan salah seorang teman karena pelanggaran profesinya atau setia pada teman dengan tidak mengatakan yang sebenarnya. Dalam situasi ini, kita menghadapi dilema kebenaran lawan kesetiaan.

4.     Jangka pendek lawan jangka panjang (Short term vs long term)

Sering kali kita dihadapkan pada keputusan yang kelihatannya terbaik untuk saat ini atau yang terbaik untuk masa yang akan datang. Contohnya ketika seorang guru dihadapkan pada kondisi harus memberikan nilai akademik kepada murid yang kenyataannya nilai murid itu jauh dari standar yang telah ditentukan. Mungkin untuk saat ini memberikan  nilai baik akan membantunya dalam naik kelas / tingkat lebih tinggi namun, di satu sisi apakah nilai itu dapat dipertanggung jawabkan oleh murid dalam kualitas ilmu akademik yang didapatkannya ? Pada kondisi ini, guru dihadapkan pada dilema jangka pendek lawan jangka panjang.

 

ΓΌ Tiga prinsip pengambilan keputusan (prinsip resolusi)

1.     Berpikir berbasis hasil akhir (Ends-based thinking)

2.     Berpikir berbasis peraturan (Rule-based thinking)

3.     Berpikir berbasis rasa peduli (Care-based thinking)

 

ΓΌ Sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan

1.     Nilai-nilai yang saling bertentangan

Setiap situasi yang kita hadapi akan selalu ada nilai-nilai kebajikan universal di dalamnya. Menelaah nilai-nilai kebajikan yang kita yakini ini menjadi langkah awal dan penting menuju ke tahap pengambilan keputusan berikutnya.

2.     Siapa yang terlibat

Akan melibatkan banyak pihak dalam situasi yang kita hadapi. Walaupun setiap pihak membawa kepentingannya masing-masing, namun keterkaitan semuanya mengharuskan pemimpin mengambil keputusan terbaik untuk mengakomodir semua pihak.  

3.     Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan

Fakta (data) relevan dari situasi (kasus) yang terjadi dikumpulkan dari awal hingga akhir secara lengkap. Data-data ini penting karena dilema etika tidak bersifat teoritis, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang mempengaruhi situasi tersebut sehingga data yang detail akan menjelaskan seseorang melakukan sesuatu dan bisa juga mencerminkan kepribadian seseorang dalam situasi tersebut. Hal-hal yang berpotensi dapat muncul di waktu yang akan datang juga menjadi bagian dari analisis kita.

4.     Pengujian benar atau salah

Pengujian ini dapat dilakukan dengan :

-       Uji legal. Adakah aspek pelanggaran hukum di dalam situasi itu? Jika “ada” maka, ini merupakan bujukan moral (benar vs salah). Artinya keputusan yang diambil antara mematuhi hukum atau tidak, bukan berhubungan dengan moral.

-       Uji regulasi. Jika tidak ada pelanggaran hukum maka, adakah pelanggaran peraturan atau kode etik di dalam situasi itu?

-       Uji Intuisi. Pada langkah ini mengandalkan perasaan dan intuisi kita dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini? Apakah tindakan ini sejalan dengan nilai-nilai yang kita yakini?

-       Uji publikasi. Bagaimana jika situasi ini dipublikasikan di media? Sesuatu yang dianggap ranah pribadi (intern) menjadi konsumsi publik. Bila kita merasa tidak nyaman maka, kemungkinan besar kita sedang menghadapi situasi benar lawan salah (bujukan moral)

-       Uji panutan. Pada situasi ini, kita membayangkan seseorang yang menjadi panutan/idola yang menyayangi atau pelindung untuk kita.

5.     Pengujian paradigma benar lawan benar

Kita akan dihadapkan pada 4 paradigma pengambilan keputusan. Pentingnya mengidentifikasikan paradigma ini bukan hanya  mengelompokkan permasalahan namun, membawa situasi yang sedang dihadapi itu benar berhadapan pada dua nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.

6.     Melakukan prinsip resolusi

Langkah ini untuk mengecek prinsip penyelesaian dilema mana yang akan kita pakai dalam situasi yang sedang dihadapi.

7.     Investigasi opsi trilema (opsi ketiga)

Terkadang kita perlu mencari opsi lain dari dua pilihan yang sudah ada. Langkah ini sering memunculkan penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya.

8.     Buat keputusan

Ini adalah titik akhir dari pengambilan keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.

9.     Lihat lagi keputusan dan refleksikan

Ketika keputusan telah diambil, lihat kembali proses pengambilan keputusan ini dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.

Adapun 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan ini adalah panduan, bukan juga suatu metode yang bersifat kaku dalam penerapannya. Pengambilan keputusan merupakan keterampilan yang harus diasah agar semakin membaik. Hal terpenting dari pengambilan keputusan adalah sikap yang bertanggung jawab dan mendasar keputusan pada nilai-nilai kebajikan universal.

Pada Ruang Kolaborasi Modul 3.1 ini, saya bersama tiga rekan CGP lainnya membahas tentang studi kasus nyata dari salah satu rekan anggota kelompok kami. Kami melakukan diskusi di hari Jum’at / 14 Oktober 2022 dan mempresentasikan hasilnya di hari kedua Ruang Kolaborasi Sabtu / 15 Oktober 2022. Adapun hasil diskusi kelompok kami tersedia di channel Youtube :


Video Ruang Kolaborasi Modul 3.1 (Doc. Youtube Lisa Sya)

Hal menarik yang saya dapatkan dari Ruang Kolaborasi Modul 3.1 ini adalah saya belajar paradigma, prinsip, dan tahapan dalam pengambilan keputusan. Jika selama ini dalam pengambilan keputusan saya tidak bepikir panjang untuk beberapa point penting bahkan terkadang memihak kepada salah satu pihak karena terbawa oleh perasaan (kasihan) maka, setelah belajar modul ini terutama berdiskusi di ruang kolaborasi bersama rekan CGP dan fasilitator, saya memahami bahwa pengambilan keputusan dapat mengacu pada 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Seperti yang telah singgung sebelumnya, 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan bukanlah panduan, bukan juga suatu metode yang bersifat kaku dalam penerapannya. Akan tetapi, pengambilan keputusan merupakan keterampilan yang harus diasah agar kita semakin membaik dan bijak dalam menghadapi situasi permasalahan yang sedang dihadapi.

Demikianlah artikel saya tentang hasil diskusi dan presentasi dari kelompok kami di Ruang Kolaborasi Modul 3.1 ini. Semoga menginspirasi untuk para pembaca.

Semangat belajar untuk kita semua dan salam bahagia…

Observasi Kelas Penuh Cerita

  Observasi Kelas 1 33 MB, Rabu/06 Maret 2024 (Doc. Pribadi)           Dalam upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) di dunia pendidika...