Sabtu, 25 Juni 2022

Jurnal Refleksi ke-2

 

Jurnal Refleksi Ke-2 (Doc. Pribadi)

Perjalanan minggu ke-4 telah dilalui. Tiba saatnya mengakhiri Modul 1.2 “Nilai dan Peran Guru Penggerak” dengan menulis jurnal refleksi dwi mingguan. Sama seperti jurnal refleksi sebelumnya, jurnal refleksi merupakan bagian akhir dari setiap modul yang telah dilalui.

Dalam pendidikan guru, jurnal refleksi dipandang sebagai salah satu elemen kunci pengembangan keprofesian karena dapat mendorong guru untuk mengaitkan teori dan praktik, serta menumbuhkan keterampilan dalam mengevaluasi sebuah topik secara kritis (Bain dkk, 1999). Menuliskan jurnal refleksi secara rutin akan memberikan ruang bagi seorang praktisi untuk mengambil jeda dan merenungi apakah praktik yang dijalankannya sudah sesuai, sehingga ia dapat memikirkan langkah berikutnya untuk meningkatkan praktik yang sudah berlangsung (Driscoll & Teh, 2001). Jurnal ini juga dapat menjadi sarana untuk menyadari emosi dan reaksi diri yang terjadi sepanjang pembelajaran (Denton, 2018), sehingga kita dapat semakin mengenali diri sendiri.

Pada refleksi minggu ke-2, saya menggunakan Model 4F merupakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P, dengan pertanyaan sebagai berikut (disesuaikan dengan yang sedang terjadi pada saat penulisan jurnal). Berikut ini penjelasan Model 4F / Model 4P :

1. Facts (Peristiwa). Menceritakan pengalaman saya mengikuti pembelajaran pada minggu ini atau pada saat menerapkan aksi nyata ke dalam kelas ? Apa hal baik yang saya alami dalam proses tersebut ? Menceritakan juga hambatan atau kesulitan saya selama proses pembelajaran pada minggu ini ? Apa yang saya lakukan dalam mengatasi kendala tersebut ?

2. Feelings (Perasaan). Bagaimana perasaan saya selama pembelajaran berlangsung ? Apa yang saya rasakan ketika menerapkan aksi nyata ke dalam kelas ? Menceritakan hal yang membuat saya memiliki perasaan tersebut.

3. Findings (Pembelajaran). Pelajaran apa yang saya dapatkan dari proses ini? Apa hal baru yang saya ketahui mengenai diri saya setelah proses ini ?

4. Future (Penerapan). Apa yang bisa saya lakukan dengan lebih baik jika saya melakukan hal serupa di masa depan ? Apa aksi/tindakan yang akan saya lakukan setelah belajar dari peristiwa ini ?

Mari…mulai merefleksikan Modul 1.2 dengan Model Refleksi 4P (Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran, dan Penerapan). Berikut ini refleksi saya :

PERISTIWA (FACTS). Moment yang paling penting bagi saya setelah mempelajari Modul Modul 1.2 ini adalah moment dimana setelah Pendampingan Individu pertama besama Pengajar Praktik. Saya mendapatkan lebih banyak lagi motivasi dan inspirasi sehingga saya mulai menata mimpi-mimpi yang akan saya wujudkan di perjalanan saya selanjutnya.

Ketika Pendidikan Guru Penggerak (PGP) dimulai, di waktu bersamaan saya lulus PPPK dan ditempatkan di sekolah baru. Bukan hanya sekolah baru namun, lingkungan baru, jenjang sekolah yang baru, dan suasana baru. Saya harus memulai adaptasi dari awal sementara pendidikan guru penggerak ini dimulai dari merefleksi semua peristiwa/kegiatan selama kita menjadi guru, berkolaborasi dengan teman sejawat, melakukan pembelajaran berpusat kepada murid, dan semua kegiatan itu diharapkan mencerminkan sekolah tempat kita mengajar. Tidak mudah untuk saya dengan cepat beradaptasi bahkan dari awal saya harus melawan kekhawatiran dalam diri saya sendiri namun, motivasi dari orang-orang yang selalu bersama saya pada PGP ini membawa saya pada rancangan mimpi-mimpi baru saya di sekolah baru ini.

Kaitan modul 1.1 dan 1.2 yang saya pelajari membuat saya berpikir bahwa dimanapun seorang guru berada, guru harus mampu menjalankan nilai dan peran sebagai guru penggerak. Modul 1.1 mengubah pola pikir saya bahwa aktor utama adalah murid. Semua yang dilakukan oleh seorang guru haruslah berlandaskan pemikiran untuk kebahagiaan murid. Sehingga pada Modul 1.2 berkolerasi dengan Modul 1.1 yaitu seorang guru penggerak haruslah memiliki nilai keberpihakkan pada murid, mandiri, reflektif, kolaborasi, dan inovatif agar tujuan dari pendidikan yang diamanatkan Undang-Undang dapat tercapai.

PERASAAN (FEELINGS). Saat moment ini terjadi saya merasa semakin semangat mewujudkan mimpi-mimpi saya demi masa depan murid saya di sekolah. Dukungan dari rekan sejawat baik itu kepala sekolah dan rekan guru membuat saya percaya bahwa kami bisa berkolaborasi demi mewujudkan ekosistem sekolah yang menyenangkan.

PEMBELAJARAN (FINDINGS). Sebelum moment tersebut terjadi saya berpikir banyak kekhawatiran dalam diri termasuk apakah saya bisa menjalankan peran sebagai seorang penggerak sesuai dengan yang diharapkan. Namun, saya percaya ketika kita menjalankan sesuatu dengan tulus selalu ada jalan untuk terus bergerak melakukan perubahan positif dimanapun kita  berada khususnya di sekolah. 

PENERAPAN (FUTURE). Rencana saya ke depan untuk menguatkan nilai dan peran sebagai seorang guru penggerak adalah mulai perlahan mewujudkan mimpi-mimpi saya seperti yang telah saya tuangkan dalam Modul 1.2 Demonstrasi Kontekstual yang berjudul “Mimpi Tahun 2025.” (link : https://mathsyagilsa.blogspot.com/2022/06/mimpi-tahun-2025.html )

Menanamkan dan menguatkan karakter murid dengan peduli diri sendiri dimulai dari menjaga kebersihan diri melalui program SEMATA, peduli alam dan lingkungan sekitar dengan menjaga kebersihannya, peduli orang sekitar melalui program sosial D-KA, belajar hidup hemat dengan menabung melalui program NADI. Semua ini diharapakan akan melahirkan duta sehat, duta lingkungan, duta menabung, duta sosial, dan duta-duta lainnya.

Penanaman karakter menjadi hal pertama yang saya rencanakan karena usia anak tingkat SD haruslah dimulai dari pembentukan dan penguatan karakter dirinya. Ketika anak-anak sudah memiliki karakter peduli, disiplin, cakap, dan kreatif maka bekal ini dapat membantu mereka memasuki jenjang berikutnya.

Demikian refleksi yang saya dapat dari pembelajaran di Modul 1.2 ini. Semoga semangat ini terus membawa saya pada tujuan akhir dari Pendidikan Guru Penggerak yaitu sebagai agen transfromasi pendidikan.

Sekian jurnal refleksi ini saya buat dan semoga bermanfaat untuk para pembaca.

Semangat untuk terus belajar dan salam bahagia untuk kita semua..

*Penulis : Lisa, S.Pd., (Guru kelas di UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat / Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Bangka)

Kamis, 16 Juni 2022

Refleksi 4P

Modul 1.2 hampir dipenghujung jalan, kini saatnya masuk Koneksi Antar Materi pada alur merdeka belajar. Hal-hal yang menjadi pembelajaran bagi saya setelah mempelajari modul 1.1 hingga akhir modul 1.2 ini akan dituangkan dalam model refleksi 4P (Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran, dan Penerapan). Berikut ini refleksi saya :

Refleksi 4P Modul 1.2 Koneksi Antar Materi (Doc. Pribadi)

PERISTIWA. Moment yang paling penting bagi saya setelah mempelajari Modul 1.1 hingga Modul 1.2 ini adalah moment dimana setelah Pendampingan Individu pertama bersama Pendamping Praktik saya. Saya mendapatkan lebih banyak lagi motivasi sehingga saya mulai menata mimpi-mimpi yang akan saya wujudkan di perjalanan saya selanjutnya.

Ketika Pendidikan Guru Penggerak (PGP) dimulai, di waktu bersamaan saya lulus PPPK dan ditempatkan di sekolah baru. Bukan hanya sekolah baru namun, lingkungan baru, jenjang sekolah yang baru, dan suasana baru. Saya harus memulai adaptasi dari awal sementara pendidikan guru penggerak ini dimulai dari merefleksi semua peristiwa/kegiatan selama kita menjadi guru, berkolaborasi dengan teman sejawat, melakukan pembelajaran berpusat kepada murid, dan semua kegiatan itu diharapkan mencerminkan sekolah tempat kita mengajar. Tidak mudah untuk saya dengan cepat beradaptasi bahkan dari awal saya harus melawan kekhawatiran dalam diri saya sendiri namun, motivasi dari orang-orang yang selalu bersama saya pada PGP ini membawa saya pada rancangan mimpi-mimpi baru saya di sekolah baru ini.

Kaitan modul 1.1 dan 1.2 yang saya pelajari membuat saya berpikir bahwa dimanapun seorang guru berada, guru harus mampu menjalankan nilai dan peran sebagai guru penggerak. Modul 1.1 mengubah pola pikir saya bahwa aktor utama adalah murid. Semua yang dilakukan oleh seorang guru haruslah berlandaskan pemikiran untuk kebahagiaan murid. Sehingga pada Modul 1.2 berkolerasi dengan Modul 1.1 yaitu seorang guru penggerak haruslah memiliki nilai keberpihakkan pada murid, mandiri, reflektif, kolaborasi, dan inovatif agar tujuan dari pendidikan yang diamanatkan Undang-Undang dapat tercapai.

PERASAAN. Saat moment ini terjadi saya merasa semakin semangat mewujudkan mimpi-mimpi saya demi masa depan murid saya di sekolah. Dukungan dari rekan sejawat baik itu kepala sekolah dan rekan guru membuat saya percaya bahwa kami bisa berkolaborasi demi mewujudkan ekosistem sekolah yang menyenangkan.  

PEMBELAJARAN. Sebelum moment tersebut terjadi saya berpikir banyak kekhawatiran dalam diri termasuk apakah saya bisa menjalankan peran sebagai seorang penggerak sesuai dengan yang diharapkan. Namun, saya percaya ketika kita menjalankan sesuatu dengan tulus selalu ada jalan untuk terus bergerak melakukan perubahan positif dimanapun kita  berada khususnya di sekolah. 

PENERAPAN. Rencana saya ke depan untuk menguatkan nilai dan peran sebagai seorang guru penggerak adalah mulai perlahan mewujudkan mimpi-mimpi saya seperti yang telah saya tuangkan dalam Modul 1.2 Demonstrasi Kontekstual.

Menanamkan dan menguatkan karakter murid dengan peduli diri sendiri dimulai dari menjaga kebersihan diri melalui program SEMATA, peduli alam dan lingkungan sekitar dengan menjaga kebersihannya, peduli orang sekitar melalui program sosial D-KA, belajar hidup hemat dengan menabung melalui program NADI. Semua ini diharapakan akan melahirkan duta sehat, duta lingkungan, duta menabung, duta sosial, dan duta-duta lainnya.

Penanaman karakter menjadi hal pertama yang saya rencanakan karena usia anak tingkat SD haruslah dimulai dari pembentukan dan penguatan karakter dirinya. Ketika anak-anak sudah memiliki karakter peduli, disiplin, cakap, dan kreatif maka bekal ini dapat membantu mereka memasuki jenjang berikutnya.

Demikian refleksi yang saya dapat dari pembelajaran di Modul 1.1 hingga Modul 1.2 ini. Semoga semangat ini terus membawa saya pada tujuan akhir dari Pendidikan Guru Penggerak yaitu sebagai agen transfromasi pendidikan.

Salam bahagia dan semangat belajar untuk kita semua…


Rabu, 15 Juni 2022

33 MB Luluskan 18 Murid Saja ??

Hari pengumuman kelulusan adalah hari yang paling ditunggu oleh seluruh murid yang duduk di tingkat akhir. Bukan hanya murid, semua guru dan para orangtua juga antusias menyambut hari kelulusan ini. Hal sama juga dirasakan oleh seluruh murid, guru, dan orangtua di UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat (biasa kami sebut “33 MB”) Rabu 15 Juni 2022.

Foto bersama murid, guru, dan orangtua di Kelulusan Murid 33 MB (Doc. Pribadi)

Sekolah kecil yang terletak di Desa Air Buluh Dusun Air Pelempang Kecamatan Mendo Barat, sekolah yang berbatasan langsung dengan Desa Simpang Katis Bangka Tengah, dan sekolah yang jaraknya 60 Km dari Kota Sungailiat ini setiap tahunnya meluluskan murid berjumlah tak kurang dari 20an murid. Kenapa begitu ???

Jika kebanyakan sekolah meluluskan puluhan bahkan ratusan murid, lain halnya dengan 33 MB. Jumlah murid yang setiap tahun ajaran baru kurang dari kuota penerimaan murid berkolerasi dengan jumlah murid yang lulus. Tapi semangat menyambut kelulusan itu tak menyurutkan murid, guru, dan orangtua berbagi moment kebahagiaan ini.

Hikmat dari acara inti pagi ini sungguh sangat menyentuh saya, mengingat ini kali pertama saya hadir di 33 MB dalam acara kelulusan murid Kelas VI. Orangtua memberikan peran terbesar dalam pendidikan anak-anaknya dengan turut hadir di setiap kegiatan anak di sekolah apalagi ini menjadi moment akhir di SD.  

Acara dibuka oleh Ibu Deviyana, S.Pd selalu guru kelas VI dan dilanjutkan sambutan dari Kepala Sekolah, Bapak Soleh, S.Pd.I. Setelah itu pengumuman juara kelas dan pembagian hadiah dari sekolah untuk para juara. Penyerahan kenang-kenangan dari murid kepada sekolah diwakilkan salah satu orangtua dan diberikan langsung kepada bapak kepala sekolah.

Kebersamaan kami di Kelulusan Kelas VI 33 MB (Doc. Pribadi)

Sebelum acara inti pembagian kelulusan, saya menampilkan hasil twibbone anak-anak kelas VI sambil membacakan nilai positif dari setiap anak. Pemutaran video menjadi hal berbeda di pengumuman kelulusan tahun ini. Manusia terlahir dengan satu paket kelebihan juga kekurangannya begitu halnya anak-anak ini. Jika fokus kita hanya dengan kekurangan maka, kelebihan itu tak akan menjadi bintang untuk hidup mereka. Menunjukkan nilai positif yang dimiliki sang anak adalah bentuk apresiasi kita sebagai orang dewasa kepada mereka para penerus bangsa ini. Berikut video hasil twibbone anak-anak Kelas VI 33 MB : 

Video hasil twibbone anak-anak Kelas VI 33 MB (Doc. Pribadi)

Bagian akhir kami menutupnya dengan sesi foto bersama sebagai kenangan yang tidak akan terlupakan.

Selamat atas kelulusan kalian para anak-anak hebat. Teruslah bermimpi. Teruslah pula bergerak untuk wujudkan mimpi-mimpimu. Temukan keajaiban dari gerakmu itu.

Salam bahagia dan semangat belajar untuk kita semua…

*Artikel ini juga telah tayang di : https://www.kompasiana.com/lisasya/62a9d6febb448641a55328b3/33-mb-luluskan-18-murid-saja 

 

Selasa, 14 Juni 2022

MIMPI Tahun 2025

Nilai & Peran Guru Penggerak (Doc. Pribadi)

Sungguh..sesuatu yang saya sukai, “bermimpi”.

Demonstrasi Kontekstual pada modul 1.2 kali ini benar-benar berbeda. Kami (peserta CGP) dengan penuh percaya diri membayangkan kegiatan-kegiatan yang mewujudkan nilai dan peran sebagai Guru Penggerak selama 3 tahun ke depan. Artinya kami diminta untuk megekspresikan kegiatan rutin yang dikerjakan tahun 2025.

Mendikbudristek, Bapak Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A., pada perayaan Hari Pendidikan Nasional 2022 lalu dalam suatu pertemuannya bersama murid-murid di salah satu sekolah mengatakan, “Jangan pernah berhenti bermimpi. Tapi juga jangan pernah berhenti mengambil tindakan nyata terhadap mimpi itu. Mimpi tanpa ada langkah ke depan, tanpa mengambil tindakan yang nyata, itu akan jadi mimpi saja seumur hidup. Jadi, jangan pernah lupakan mimpi itu. Tapi, juga jangan pernah tidak mengambil tindakan untuk mencapai mimpi itu dan langkah-langkah itu tidak perlu langkah-langkah besar. Langkah-langkah kecil lama-lama itu akan menjadi suatu capaian besar. Tidak ada sesuatu yang datang langsung, semua itu membutuhkan waktu.” Kalimat-kalimat penuh makna ini menjadi semangat saya merajut mimpi-mimpi di UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat.

Mimpi Tahun 2025 (Doc. Pribadi)

Nilai guru penggerak yang utama adalah Berpihak Kepada Murid. Berangkat dari nilai ini maka, semua hal yang kita lakukan pastilah melibatkan pemikiran bahwa “Bagaimana murid bahagia ketika berada di sekolah?” Muncullah nilai guru penggerak Mandiri untuk menggembangkan kompetensi agar terus meng-upgrade wawasan yang kekinian. Setelah ilmu segar kita dapat maka, akan muncul Inovatif dalam upaya menyajikan pembelajaran agar lebih menarik. Terkadang sumber dari inovasi itu dari hal kecil atau mungkin bagi kebanyakkan orang itu hal biasa namun, jika dikemas dengan cara yang berbeda akan menjadi hal baru untuk murid. Pastinya setelah cara sudah kita pikirkan, perlu adanya Kolaborasi dari semua pihak yang telibat didalamnya. Baik itu dari lingkungan sekolah maupun keluarga yang menjadi faktor pendukung utama untuk anak. Terakhir..ketika semua yang direncakan telah dilaksanakan, tiba saatnya Reflektif. Merefleksi pengalaman yang sudah dilalui, menganalisis masalah yang ditemui dan menyusun strategi baru tepat guna agar masalah serupa tidak terulang kembali.

Sekarang…mimpi tahun 2025 perlahan sedang ditata. Sekali lagi, mungkin hal-hal yang dilakukan ini adalah hal biasa menurut kebanyakan orang namun, tidak untuk kami di UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat. Berikut ini mimpi-mimpi saya di tahun 2025 :

Sebelum pergi ke sekolah, seperti biasanya mempersiapkan diri untuk perjalanan 54 km di hari besok. Bukan hanya menyiapakan fisik namun juga persiapan “alat tempur” bersama murid melawan “penjajah kemalasan.” Persiapan ini juga dilakukan oleh murid bersama orangtuanya di rumah. Setiap malam saya menyampaikan pesan untuk selalu semangat menyambut hari esok melalui Whatasapp Grup (WAG) ke PULAS.

"Mimpi" Berpihak Kepada Murid (Doc. Pribadi)

Berpihak kepada Murid. Datang ke sekolah disambut penuh senyum oleh murid sambil memanggil nama saya. Bahkan membayangkan mereka memanggil nama saja sudah membuat saya tersenyum. Kemudian ketika masuk kelas, disambut dengan sambutan anak-anak yang bahagia sambil berkata, “Ibu..coba lihat kelas kita sudah rapi dan bersih”. Walaupun pada kenyataan versi rapi mereka tidak sesempurna rapinya orang dewasa namun, apresiasi selalu kita berikan untuk mereka. “Waaah…luar biasa hari ini, ibu jadi tidak sabar mau ikut gabung dengan anak-anak hebat ini”. Kelas yang ditata sesuai dengan selera murid dan dibantu oleh orangtua dalam PULAS.

"Mimpi" Kolaboratif, Mandiri, Reflektif (Doc. Pribadi)

Setiap pagi, anak-anak rutin sikat gigi di depan kelasnya. Senyum akan lebih indah jika anak-anak juga mengerti akan pentingnya kebersihan gigi dan mulut. Melalui SEMATA, akan selalu ada senyum manis kita sebelum memulai BIJAR. Mengajak anak bermain sambil belajar dengan lebih memaksimalkan alam yang telah dianugerahkan Allah SWT. Mengajak anak menjadi science detective dari materi yang akan dipelajari hari ini dengan menggunakan pembelajaran Inquiry dan Discovery. Duduk di bawah pohon kecil sambil mendengar cerita tentang hal yang mereka sukai dan hal yang tidak mereka sukai dari pembelajaran yang telah dilakukan sebagai reflektif hari ini.

Pekan ini adalah pengumpulan sembako dari murid-murid yang kemudian semua sembako diberikan kembali kepada murid-murid yang membutuhkan sebagai bentuk D-KA. Terkadang jika sembako berlebih, diberikan langsung oleh murid ke warga sekitar sekolah yang membutuhkan. Selanjutnya ada NADI yang menjadi bagian dari belajar anak untuk hidup sederhana dan disiplin. Anak menabung di bank melalui pegawai bank yang setiap satu minggu sekali  berkunjung ke sekolah.

Beberapa periode tertentu, saya memberi kesempatan kepada murid-murid untuk menceritakan pengalaman bermain-belajar di sekolah dalam berbagai ekspresi. Boleh dalam bentuk tulisan, gambar, puisi, dan aktivitas lain yang menyenangkan untuk dilakukan namun, tidak menghilangkan esensi dari belajar untuk murid dan esensi dari refleksi untuk saya sebagai guru.

Kolaborasi bersama rekan sejawat dan pihak sekolah dalam upaya pembentukkan karakter anak di tingkat SD sangatlah penting. Kita jangan hanya melihat dari sudut pandang “hal kecil” atau “sederhana” tapi, dari hal kecil dan sederhana inilah diharapkan akan terbentuk berbagai karakter dalam diri anak termasuk mandiri, cakap, peduli, dan kreatif. Berbagi dan belajar juga saya dapatkan dari komunitas praktisi mulai dari dalam sekolah dan luar sekolah (KKG, PGRI, GP, dan lainnya).

Mandiri dengan terus belajar untuk mengembangkan kemampuan dengan ikut berbagai pelatihan/seminar dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, komunitas belajar (KKG, PGRI, GP atau komunitas lainnya), belajar dan berbagi di Platform Medeka Mengajar, menjadi narasumber dari komunitas praktisi yang mulai terbentuk, menulis artikel di berbagai blog nasional / blog pribadi, membuat buku, modul, dan mengikuti lomba menulis karya ilmiah.

"Mimpi" Inovatif (Doc. Pribadi)

Inovatif akan selalu berjalan beriringan dari berbagai rencana baru untuk diwujudkan. Mulai dari peluncuran beberapa program yang dalam tahun ini akan mulai dirintis, diharapkan tahun 2025 akan melahirkan anak Duta Menabung (program NADI), Duta Sosial (program D-KA), Duta Sehat (program SEMATA), dan duta-duta lainnya.

Hal terakhir yang tidak boleh dilupakan adalah melibatkan orang tua pada PAKAR yang diadakan minimal 1 kali dalam semester. Keterlibatan orangtua dalam kegiatan anak juga menjadi bagian dari apresiasi kita terhadap keberhasilan dari proses pendidikan anak. Selain itu, publikasi melalu media sosial menjadi bagian dari berbagi praktek baik kepada pihak lain untuk mensukseskan Merdeka Belajar.

Mari..semangat wujudkan mimpi-mimpi ini. Salam bahagia untuk kita semua…

 

"Teruslah bermimpi. Teruslah pula bergerak untuk wujudkan mimpi-mimpimu. Temukan keajaiban dari gerakmu itu" (Lisa)

 

 

Jumat, 10 Juni 2022

Nilai dan Peran Guru Penggerak

            

Ruang Kolaborasi Modul 1.2 PGP A.5 (Doc. Pribadi)

            Menjalankan peran sebagai guru penggerak dengan memahami dan menjiwai nilai-nilai guru penggerak haruslah tertanam dari tingkah laku sehari-hari. Hal ini juga sangat penting ketika kita menjalankan profesi mulia (guru) ini. Guru penggerak juga diharapkan mampu memimpin dan mengelola perubahan. Sebelum memimpin perubahan, guru penggerak diharapkan terlebih dahulu memfokuskan diri dengan berlatih dan mengadopsi kebiasaan “berpikir sistem” sebagai pendekatan holistik yang menjadi bagian-bagian dari sebuah ekosistem pendidikan. Perubahan itu diharapkan bukan hanya sekedar dibentuk satu kali saja namun, secara nyata dan kontinyu terus tumbuh dan berkembang membentuk mentalitas dalam diri juga sekitar.

Nilai-nilai yang diharapkan tumbuh dan berkembang dalam seorang guru penggerak haruslah didasar pada :

1.      Berpihak pada Murid

Berdasarkan referensi filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara yang telah dibahas pada modul (juga artikel) sebelumnya, berpihak pada murid bisa dimaknai “berhamba pada anak” artinya mengutamakan kepentingan murid. Tujuan Pendidikan anak secara universal yang tertulis dalam pasal 29 ayat 1 UN CRC (United Nations Convention on the Rights of the Child) melingkupi 4 point utama, yakni perkembangan diri sendiri, penguatan identitas yang melingkupi anak, penghormatan HAM, dan penghormatan atas lingkungan.

Jelas sekali bahwa segala keputusan seorang guru tidak lagi untuk kepentingan dirinya namun, harus bergeser kearah pemenuhan kebutuhan murid.

2.      Mandiri

Nilai ini selaras dengan slogan “belajar sepanjang hayat”. Menjadi seorang guru dengan menempuh pendidikan untuk mencapai kompetensi profesional tak lantas membuat kita berhenti belajar namun, justru sebaliknya harus terus meng-upgrade diri atas perubahan kodrat alam dan kodrat zaman yang setiap waktu berubah dan berkembang.

Dalam konteks sebagai guru penggerak, pribadi guru ini harus secara sengaja merencanakan dan melakukan perbaikan diri sehingga makin ahli juga terus terpacu dalam hal keberpihakkan terhadap murid.

3.      Reflektif

Guru penggerak senantiasa memaknai pengalaman yang terjadi di sekelilingnya baik itu pengalaman baik maupun sebaliknya. Pemanfaatan pengalaman ini diharapkan dapat menuntun dirinya, murid, dan sesama menuju tujuan yang dicita-citakan. Terpenting juga adalah memiliki semangat untuk selalu memperbaiki kualitas dan hasil kerja tanpa didasar “paksaan” tertentu, artinya atas inisiatif diri sendiri.

4.      Kolaboratif

Dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, seorang guru penggerak diharapkan mampu mengkomunikasikan kepada semua pihak mengenai pentingnya keberpihakkan kepada murid. Sehingga terbangunlah hubungan saling ketergantungan yang positif terhadap seluruh pihak pemangku kepentingan, baik itu yang berada di dalam dan luar lingkungan sekolah.

5.      Inovatif

Seorang guru penggerak senantiasa memunculkan gagasan segar dan tepat guna. Perlu juga penguatan semangat gotong royong dan pemberdayaan kekuatan/aset yang ada di sekolah sehingga berkolerasi mewujudkan visi bersama. Inovatif juga bisa diartikan memodifikasi sesuatu sesuai kebutuhan zaman dan jeli melihat peluang yang ada untuk meningkatkan kualitas pembelajaran murid.

 

Nilai-nilai yang telah dan sedang tumbuh dalam diri guru penggerak diharapkan dapat mendorong dan memimpin perubahan pada ekosistem pendidikannya masing-masing. Adapun empat peran guru penggerak :

1.      Menjadi Pemimpin Pembelajaran

Tiga gagasan sistem pendidikan referensi Ki Hajar Dewantara yang telah dipelajari pada modul (juga artikel) sebelumnya adalah dasar dalam proses perubahan yang dilakukan. Guru penggerak meletakkan perhatian penuh secara sengaja pada setiap komponen yang berpihak kepada murid. Sehingga diharapkan mampu berperan sebagai pemimpin yang berorientasi sebesar-besarnya pada kepentingan tumbuh, kembang, dan mekarnya murid.

2.      Menjadi Coach bagi Guru Lain

Guru penggerak dituntut bergerak lincah merefleksi dan mengakses keterampilan dirinya sendiri sehingga berdaya dalam menemani dan menuntun rekan sejawatnya.

3.      Mendorong Kolaborasi

Semua pihak yang terlibat memiliki kekuatan sehingga ketika disatukan menjadi saling melengkapi dan produktif. Untuk itu setiap pihak yang terlibat di dalamnya membawa “sesuatu” yang berkontribusi pada proses dan hasilnya nanti. Guru penggerak haruslah mempunyai pandangan apresiatif sehingga potensi positif yang dimiliki rekan dapat terungkap/tereksplor.

4.      Mewujudkan Kepemimpinan Murid (Student Adency)

Murid adalah wajah masa depan Indonesia di masa nanti. Berangkat dari inilah, guru penggerak harus turut aktif berkontribusi untuk menguatkan karakter murid agar murid selalu bahagia mengukir wajah masa depannya yang dimulai dari sekarang. Peran ini  juga menghantarkan guru penggerak pada esensi dari merdeka belajar untuk anak.

5.      Menggerakkan Komunitas Praktisi

Guru penggerak diharapakan mengambil peran untuk menggerakkan komunitas praktisi baik itu di dalam dan luar lingkungan sekolah. Menumbuhkan budaya belajar saling kolaboratif sehingga terjadi dialog akademik, diskusi teknis hingga perencanaan inovasi segar yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas pembelajaran.

 

Nilai dan peran guru penggerak pada kegiatan kolaborasi yang pernah dilaksanakan adalah pada Lomba Ekspresi Matematika. Lomba ini diadakan oleh UPTD SMP Negeri 3 Sungailiat dalam memperingati Hari Matematika dan Hari Phi Sedunia yang jatuh pada bulan Maret lalu. Adapun untuk informasi lomba bisa dilihat pada link ( https://www.kompasiana.com/lisasya/627d15b618ffee1c70385da2/perdana-semarak-lomba-ekspresi-matematika-di-spen-ga )

Nilai guru penggerak yang dominan muncul pada kegiatan itu adalah berpihak kepada murid. Atas dasar inilah murid mengekpresikan matematika sesuai dengan gaya, minat dan bakat mereka. Tanpa ada batasan untuk mengeksplor dirinya. Kemudian nilai inovatif juga berperan dalam kegiatan, terlihat dari peran aplikasi dan media sosial mulai dari perencanaan, proses hingga hasil. Paling penting dari semua hal yang telah dilaksankan adalah bentuk apresiasi yang diberikan kepada murid, berupa hadiah dan sertifikat juga pengakuan dalam bentuk visual di media sosial online (artikel di blog).

Atas pemikiran ini maka, peran guru penggerak yang tergambar dari lomba ini adalah guru penggerak menjadi pemimpin pembelajaran. Ketika semua hal yang kita lakukan berdasar pada berkepihakkan pada murid maka, nilai dan peran lainnya akan terkolerasi.

Semangat belajar untuk kita semua dan salam bahagia.. 

Ruang Kolaborasi Modul 1.2 (Doc. Pribadi)

*Judul yang sama juga menjadi hasil diskusi pada ruang kolaborasi dari kelompok kami dalam Program Pendidikan Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Bangka.


Selasa, 07 Juni 2022

Resmi menjadi "Alumni"

 

Terima kasih Spen-Ga (Doc. Pribadi & Spen-Ga)

Akhirnya..hari ini pun tiba. Perjalanan menjadi guru di Spen-Ga berakhir di tahun ke-12. Narasi untuk mengungkapkan betapa banyaknya cerita selama bergabung di Spen-Ga takkan pernah ada ujungnya. Berat pasti ada karena ini kali pertama pindah tugas dalam waktu 12 tahun ditambah Spen-Ga adalah sekolah pertama mengabdikan diri menjadi “petani” bagi tunas-tunas bangsa.

Kamis pagi, 02 Juni 2022 saya datang kembali ke Spen-Ga dengan hati yang lebih lega. Proses panjang menata perasaan telah dilewati beberapa bulan untuk mempersiapkan hari perpisahan ini. Ibu Andriana Marsianti, S.Pd selaku kepala UPTD SMP Negeri 3 Sungailiat dalam sambutannya, “Mutasi atau pindah tugas untuk ASN itu sudah biasa, dimanapun kita ditugaskan jadilah abdi negara yang menjalankan tugas dengan sebaik mungkin”. Walaupun kalimat ini bukan kali pertama saya dengar dari Ibu Andriana namun, akan selalu saya ingat sebagai motivasi diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik dimanapun nanti berada.

Bunda tercinta, Ibu Rosida Manurung, S.Pd mewakili rekan-rekan di sekolah juga memberikan sambutan dan mengatakan hal yang membuat saya menetaskan airmata, “Sebagai seorang ibu, berat rasanya melepas anak setiap hari menempuh jarak puluhan kilo untuk menjalankan tugasnya sebagai seorang guru. Pesan ibu hanya satu, semoga kamu selalu sehat”. Hmm…kata-katamu, sungguh selalu menyejukkan hati ini.

Melalui tulisan di artikel ini, saya ucapakan dengan setulus hati dari hati yang terdalam, TERIMA KASIH.  Terima kasih kepada rekan-rekan guru yang selalu memotivasi saya dalam menjalani profesi mulia ini, terkhusus untuk tetangga terdekat saya yang tidak pernah membiarkan perut ini kosong, hehee... Terima kasih untuk rekan-rekan tim mapel matematika atas kerjasama dalam proses belajar diri ini. Terima kasih untuk rekan-rekan pegawai Staf TU dan pegawai sekolah lainnya yang selalu membantu dalam hal apapun, bahkan dalam kondisi terdesak sekalipun selalu bersedia dan sigap membantu. Terima kasih juga untuk para orangtua/wali murid dan untuk semua pihak yang tidak dapat ditulis satu per satu.

Terima kasih dengan penuh cinta untuk anak-anak hebat Spen-Ga. Kalian adalah alasan ibu untuk terus semangat belajar mengembangkan kompetensi diri sebagai seorang pendidik. Tanpa kalian tidak ada refleksi diri menjadi pribadi lebih baik. Pesan ibu untuk kalian, “Bermimpilah dan terus bergerak mewujudkan mimpi-mimpimu , tanpa bergerak mimpi itu akan tetap menjadi mimpi sepanjang hidupmu. Temukan banyak keajaiban di setiap gerakmu”. Ibu tunggu sukses kalian di hari nanti.

Terakhir..Maafkanlah diri ini yang belum bisa memberikan yang terbaik untuk Spen-Ga. Saya hanyalah manusia biasa yang sangat jauh dari sempurna, hanya  mampu menggerakkan dengan kedua tangan dan kaki ini. Namun, do’a akan selalu ada agar Spen-Ga menjadi sekolah yang membahagiakan untuk anak-anak bangsa yang nantinya akan menjadi generasi penerus Bangsa Indonesia.

Terima kasih atas kebahagiaan yang dibagi selama 12 tahun di Spen-Ga.

Sampai bertemu di lain waktu dan sukses selalu untuk SPEN-GA..


*Artikel ini juga telah tayang di : 

https://www.kompasiana.com/lisasya/629efdeabc816747d0330233/resmi-menjadi-alumni 

 

Kamis, 02 Juni 2022

Jurnal Refleksi Ke-1

Jurnal Refleksi Ke-1 (Doc. Pribadi)

Fase pertama (Modul 1.1 “Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional – KHD”) telah selesai. Jurnal refleksi adalah bagian akhir dari setiap modul yang telah dilalui.

Dalam pendidikan guru, jurnal refleksi dipandang sebagai salah satu elemen kunci pengembangan keprofesian karena dapat mendorong guru untuk mengaitkan teori dan praktik, serta menumbuhkan keterampilan dalam mengevaluasi sebuah topik secara kritis (Bain dkk, 1999). Menuliskan jurnal refleksi secara rutin akan memberikan ruang bagi seorang praktisi untuk mengambil jeda dan merenungi apakah praktik yang dijalankannya sudah sesuai, sehingga ia dapat memikirkan langkah berikutnya untuk meningkatkan praktik yang sudah berlangsung (Driscoll & Teh, 2001). Jurnal ini juga dapat menjadi sarana untuk menyadari emosi dan reaksi diri yang terjadi sepanjang pembelajaran (Denton, 2018), sehingga kita dapat semakin mengenali diri sendiri.

Saya menggunakan Model Six Thinking Hats untuk menceritakan jurnal refleksi.  Model Six Thinking Hats diperkenalkan oleh Edward de Bono pada tahun 1985. Model ini melatih kita melihat satu topik dari berbagai sudut pandang, yang disimbolkan dengan enam warna topi. Setiap topi mewakili cara berpikir yang berbeda; beberapa di antaranya terkadang mendominasi cara kita berpikir. Karena itu, dengan semakin sering melatih keenam “topi”, kita akan dapat mengambil refleksi yang lebih mendalam. Keenam topi tersebut berikut penggunaannya dalam jurnal refleksi adalah:

1)      Topi putih menuliskan informasi sebanyak-banyaknya terkait pengalaman yang terjadi. Informasi ini harus berupa fakta; bukan opini.

2)      Topi merah menggambarkan perasaan kita terkait dengan topik yang sedang dibahas, misalnya perasaan saat mempelajari materi baru atau saat menjalankan diskusi kelompok.

3)      Topi kuning menuliskan hal-hal positif yang terkait dengan topik tersebut.

4)      Topi hitam menuliskan kendala, hambatan, atau risiko dari tindakan/peristiwa yang sedang dibahas.

5)      Topi hijau menjabarkan ide-ide yang muncul setelah mengalami peristiwa tersebut.

6)      Topi biru menarik kesimpulan dari peristiwa yang terjadi, atau ambil keputusan setelah mempertimbangkan kelima sudut pandang lainnya. Bandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Mari…mulai merefleksikan kembali langkah pertama hingga berdiri di hari ini.

Topi PUTIH (Fakta). Pembukaan Program Pendidikan Guru Angkatan 5 yang berlangsung secara virtual tanggal 18 Mei 2022 dan Lokakarya Orentasi di Hotel Fox Harris Pangkalpinang tanggal 21-22 Mei 2022 membawa semangat baru untuk memulai proses panjang pendidikan CGP ini. Mulai dari Diri, saya menceritakan impian-impian baru yang akan diwujudkan. Dilanjutkan dengan Eksplorasi Konsep yang disampaikan oleh fasilitator kemudian berdiskusi dalam kelompok dan saling bertukar pikiran/pandangan sesama Calon Guru Penggerak lainnya. Ruang Kolaborasi ini menambah pengetahuan baru tentang nilai-nilai dari pemikiran KHD yang ternyata melekat kuat di budaya daerah / sekolah. Memulai langkah kecil mewujudkan impian yang saya tuangkan dalam Demonstrasi Kontekstual. Modul ini diperkuat pada Elaborasi Konsep bersama narasumber/instruktur. Hingga hari ini walau masih hal kecil, terlihat Koneksi Antar Materi dengan wujud Aksi Nyata sederhana yang saya impikan itu.

Topi KUNING (Hal Positif). Hal positif yang saya dapat selama menyelesaikan modul ini adalah sangat bersyukur menjadi bagian dari Pendidikan Guru Penggerak ini. Banyak hal yang saya mimpikan selama ini, disini..walau samar perlahan mulai terwujud. Hal positif lainnya adalah memperluas ilmu untuk menjadi guru yang bisa membahagiakan referensi KHD, berada di komunitas yang saling mendukung dan berbagi. Pastinya dukungan terbesar didapatkan dari keluarga baru yang sekarang akan menjadi tempat saya mengabdikan diri, UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat.

Topi MERAH (Perasaan). Subhanallah..perasaan bahagia selalu dirasakan setiap langkah dalam pendidikan ini. Perasaan ini hadir ketika banyak orang yang mendukung mewujudkan impian-impian saya. Apalagi jika perlahan hal kecil yang diimpikan mulai terwujud di sekolah. Dukungan terbesar juga selalu hadir dari para narasumber, Fasil, PP, rekan CGP , rekan kerja, dan keluarga.

Topi HIJAU (Ide). Banyak ide yang mulai muncul ketika pengetahuan baru didapatkan. Ide untuk menciptakan ekosistem sekolah yang nyaman referensi KHD dan menceritakan praktek baik dengan berbagai media baru.

Topi HITAM (Kendala). Kendala paling besar yang dirasakan adalah melawan rasa khawatir dalam diri sendiri. Saat pendidikan ini dimulai, saya baru bertugas di sekolah baru dengan lingkungan yang juga baru. Banyak hal yang harus dipelajari termasuk beradaptasi. Selalu timbul pertanyaan dalam hati ini : "Bisakah saya menjadi guru yang membahagiakan anak-anak sesuai dengan referensi KHD dan bisakah menjadi bagian dari keluarga baru ini ?"

Topi BIRU (Proses). Ala bisa karena biasa. Untuk membiasakan sesuatu pastilah butuh proses dan waktu. UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat adalah rumah baru namun, saya percaya jika memulai sesuatu dengan niat baik, mulai dari hal kecil paling sederhana, dan terus semangat belajar maka, perlahan impian-impian yang dicita-citakan akan merintis menjadi nyata.

Demikian jurnal refleksi ini saya buat dan semoga bermanfaat untuk para pembaca.

Semangat untuk terus belajar dan salam bahagia untuk kita semua..

*Penulis : Lisa, S.Pd., (Guru kelas di UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat / Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Bangka)

 

 

Rabu, 01 Juni 2022

Referensi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Infografis Referensi Pemikiran KHD (Doc. Pribadi)

Menteri pertama Republik Indonesia sekaligus tokoh pendidikan Indonesia bernama Raden Mas Suwardi Suryaningrat atau yang lebih kita kenal Ki Hajar Dewantara. Pendidikan yang dikenalkan dan dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara saat masa penjajahan masih relevan dan menjadi landasan praktik pendidikan hingga saat ini.

Pendidikan dan Kebudayaan adalah satu kesatu yang utuh dan tidak terpisahkan. Menurut Ki Hajar Dewantara, pengajaran merupakan bagian dari pendidikan dan awal dari terbentuknya kebudayaan. Pendidikan merupakan proses dari mencari ilmu untuk kecakapan hidup secara lahir maupun batik baik sebagai individu maupun makhluk sosial yang hidup di tengah masyarakat. Pendidikan juga memberi tuntunan terhadap segala kodrat yang dimiliki agar mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sehingga pendidikan menjadi fondasi atau landasan pembentukan peradaban bangsa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang kita siapkan saat ini adalah untuk menjemput kebudayaan yang kita cita-citakan untuk membentuk peradaban bangsa.

Adapun 3 gagasan utama sistem persekolahan yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara, yang juga menjadi hal yang saya pelajari pada modul ini adalah :

1. Taman siswa. Taman siswa adalah sistem persekolahan yang menjadi tempat bermain untuk anak, dimana anak diberikan kemerdekaan untuk tumbuh dan berkembang, belajar sesuai keinginan dan kemampuan mereka yang dilengkapi dengan dukungan dalam proses belajar anak oleh pengajar sesuai kebutuhan diri anak.

Azaz taman siswa : bebas dari segala ikatan, dengan kesungguhan hati mendekati sang anak, tidak meminta suatu hak, dan berhamba pada sang anak atau ber-orien-tasi pada anak.

 2. Among. Sistem ini menitik-beratkan anak sebagai prioritas pertama yang harus dilayani dan pelaku utama dalam proses pendidikan dan pengajaran. Sementara pengajar dalam hal ini adalah guru bertindak sebagai fasilitator.

Pada sistem among ini juga dikenal dengan 3 slogan Ki Hajar Dewantara yang menjadi esensi dari merdeka belajar. Yaitu Ing Ngarso Sung Tolodo artinya di depan jadi contoh atau panutan, Ing Madya Mangun Karso yang artinya di tengah membangun semangat, dan Tut Wuri Handayani artinya di belakang memberi semangat atau dorongan. 

3. Pamong. Guru dianalogikan sebagai seorang petani yang menanam benih-benih padi, yang mana benih-benih padi itu adalah murid. Jika benih ditanam di tempat yang subur, diberi pupuk dengan teratur, pengairan yang baik, dan sinar matahari yang cukup, serta dirawat dengan baik, maka padi yang subur akan menghasilkan beras dengan kualitas baik. Jadi tumbuh kembang murid sangat ditentukan sekali oleh peran guru dalam menuntun pendidikan anak tanpa mengubah kodrat yang telah dimiliki sang anak.

Setelah mempelajari modul ini, pemikiran saya pun berubah, bahwa tugas pengajar baik sebagai Among dan Pamong lebih untuk memperhatikan minat, bakat, dan kemampuan murid, serta memberikan dukungan yang diperlukan terhadap perkembangan murid tanpa mengurangi keinginan murid dalam tumbuh dan berkembang.

Adapun refleksi dan perubahan yang akan saya lakukan dalam mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah :

1. Menjadi guru yang selalu dirindukan. Kehadiran guru sebagai penuntun, pelindung, dan pemotivasi terbesar bagi anak di sekolah. Saya akan terus belajar menjadi guru yang menyenangkan dan penuh kasih juga sayang agar anak-anak selalu merindukan kehadiran gurunya. Saya akan mulai me-refleksi diri sendiri dan mengembangkan kompetensi diri untuk meningkatkan kemampuan sebagai seorang guru masa kini.

2. Memvariasikan pembelajaran yang lebih menyenangkan. Kodrat anak adalah bermain apalagi anak-anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar atau SD. Saya akan terus belajar dalam mengembangkan model pembelajaran yang berbasis permainan atau kegiatan-kegiatan yang disukai anak dalam menyajikan materi. Tujuannya agar anak didik tidak kehilangan  masa bermainnya namun juga tidak menghilangkan esensi dari proses belajarnya.

3. Memaksimalkan alam sekitar. Minimnya sarana dan prasarana bukan lagi menjadi alasan mutlak tidak terlaksananya pembelajaran yang baik untuk murid di sekolah. Alam yang disajikan Tuhan untuk UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat dapat dijadikan tempat untuk para murid belajar. Bahkan dengan menjadikan alam sebagai tempat belajar dapat menumbuh kembangkan sikap bersyukur akan nikmat Tuhan YME dan sikap mencintai alam sekitar.

4. Gotong-royong atau kerja sama antara guru, orangtua dan lingkungan dalam proses pendidikan dan pengajaran anak. Dukungan orang-orang yang berada di sekitar anak sangatlah penting dalam tumbuh dan kembang anak. Sosialisasi program sekolah terutama dalam hal pe-rencana-an dan pelaksanaan proses belajar sampai pada hasil belajar seharusnya menjadi bagian yang harus diketahui orang sekitar terutama orangtua. Karena sejatinya anak nanti akan tumbuh menjadi individu yang akan terjun ke dalam lingkungan yang lebih luas yaitu ber-masyarakat.

Pembelajaran berpusat pada murid referensi pemikiran KHD yang akan saya terapkan di UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat adalah dengan menciptakan ekosistem sekolah yang nyaman untuk murid. Ekosistem sekolah itu antara lain :

Pertama untuk penanaman karakter murid. Pembentukan karakter anak yg dimulai dengan mencintai dirinya sendiri, contohnya selalu berdoa sebelum dan sesudah beraktivitas, lebih memperhatikan kebersihan diri dengan cuci tangan yang benar dan menjaga kebersihan tubuh, kelas, serta lingkungan sekitar.

Kedua, guru  menciptakan lingkungan yang mengundang murid untuk belajar. Menjadi guru yang menyenangkan dan menciptakan lingkungan kelas yang nyaman membuat murid akan selalu rindu untuk belajar di sekolah.

Ketiga, guru yang selalu mendukung setiap proses belajar murid. Sebagai seorang manusia terkadang kita lupa akan esensi profesi mulia ini, kita masih menggunakan standar kita dalam proses belajra anak padhal setiap anak punya kodrat yang berbeda.  Jadi dukungan, kesabaran, dan komintmen agar anak selalu bersemangat dlm beljar sangat penting sehingga minat dan bakat anak terasah dengan masksimal.

Demikian referensi saya dalam Modul 1.8 Koneksi Antar Materi yang berjudul “Referensi Pemikiran Ki Hajar Dewantara”. Untuk selanjutnya, saya juga menyajikannya dalam bentuk infografis dan video di channel Youtube berikut :

Referensi KHD (Doc. Pribadi)

*Penulis : Lisa, S.Pd., (Guru kelas di UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat / Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Bangka)

Semangat belajar dan salam bahagia untuk kita semua.



 

Observasi Kelas Penuh Cerita

  Observasi Kelas 1 33 MB, Rabu/06 Maret 2024 (Doc. Pribadi)           Dalam upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) di dunia pendidika...