Tiba saatnya membuat jurnal refleksi untuk minggu ke-8 (jurnal refleksi ke-4) Modul 1.4 “Budaya Positif”.
Dalam pendidikan guru, jurnal refleksi dipandang
sebagai salah satu elemen kunci pengembangan keprofesian karena dapat mendorong
guru untuk mengaitkan teori dan praktik, serta menumbuhkan keterampilan dalam
mengevaluasi sebuah topik secara kritis (Bain dkk, 1999). Menuliskan jurnal
refleksi secara rutin akan memberikan ruang bagi seorang praktisi untuk
mengambil jeda dan merenungi apakah praktik yang dijalankannya sudah sesuai,
sehingga ia dapat memikirkan langkah berikutnya untuk meningkatkan praktik yang
sudah berlangsung (Driscoll & Teh, 2001). Jurnal ini juga dapat menjadi
sarana untuk menyadari emosi dan reaksi diri yang terjadi sepanjang
pembelajaran (Denton, 2018), sehingga kita dapat semakin mengenali diri
sendiri.
Pada refleksi minggu ke-8
(jurnal refleksi ke-4) ini, saya menggunakan Segitiga Refleksi. Dalam
sebuah segitiga besar terbagi menjadi 4 segitiga kecil. Adapun penjabaran
segitiga-segitiga kecil itu :
Segitiga kecil pertama. Setelah mempelajari
Modul 1.4 Budaya Positif, akhirnya saya mampu sedikit demi sedikit menerapkan
budaya positif di kelas dan lingkungan sekolah. Hal ini terwujud dari
kegiatan/program yang sudah digerakkan di kelas 3 (kelas yang saya ampuh di tahun
pelajaran 2022/2023). Saya memulai semester ini dengan membuat kesepakatan
kelas bersama anak-anak hebat. Saya juga menyiapkan asesmen diagnosis non
kognitif untuk memetakan kebutuhan dasar murid yang diisi oleh orang tua bersama
anaknya. Saya juga membuat program CUAN (Curhat Anak) untuk menerapkan
restitusi dalam setiap permasalahan yang terjadi. Melaksanakan kegiatan operasi
semut yang rutin dilaksanakan, memulai pembelajaran dengan ice breaking,
memberi 1 hari dalam seminggu untuk anak menonton bersama juga mengembangkan
bakatnya. Menyediakan dinding literasi kelas yang berisi pengetahuan umum, foto
kegiatan anak, dan memajang hasil karya terbaik mereka. Banyak lagi kegiatan
yang telah saya lakukan bersama anak-anak hebat kelas 3 33 MB ini. Dalam
lingkungan sekolah, telah dilaksanakannya program PULAS (Paguyuban Kelas),
SEMATA (Senyum Manis Kita), NADI (Nabung Sejak Dini), dan D-Ka (Dari Kita Untuk
Kita). Semua program ini terus berlangsung dan tidak hanya melibatkan pihak
dalam sekolah namun, juga berkolaborasi dengan pihak luar sekolah termasuk
orangtua, Bank Sumsel, Puskesmas Penagan, Yudistira, dan lainnya.
Segitiga kecil ke-dua. Setelah
pembelajaran pada Modul 1.4 Budaya Positif, saya akhirnya memahami bahwa setiap
tindakan murid pastilah untuk tujuan tertentu (memenuhi kebutuhan dasar).
Setiap manusia yang tumbuh dan berkembang akan melakukan suatu tindakan tertentu
untuk memenuhi kebutuhan dasar akan kekuasaan, kesenangan, bertahan hidup,
perhatian, ataupun kebebasan. Tidak semua tindakan yang dilakukan anak yang dapat
diterima lingkungannya, terkadang berdampak negatif untuk orang sekitarnya. Jika
sudah seperti ini guru sebisa mungkin berada pada posisi kontrol manager untuk
mengembalikan anak pada nilai yang diyakini bersama. Tahap restitusi dapat
membantu guru dalam menjalankan posisi kontol manager tersebut. Fokus pada
penyelesaian masalah anak dan bukan pada kesalahan yang dilakukannya. Sehingga
tujuan akhirnya adalah terbentuk karakter/nilai positif yang kuat dalam diri
anak.
Segitiga kecil ke-tiga. Perasaan saya setelah melakukan
pembelajaran pada Modul 1.4 adalah bahagia karena mulai perlahan memahami kebutuhan
dasar murid. Sebisa mungkin menjalankan posisi kontrol manajer dalam menyikapi
setiap permasalahan anak yang terjadi.
Segitiga kecil ke-empat. Setelah melakukan
pembelajaran pada Modul 1.4 ini, target saya berikutnya adalah akan terus
menanamkan budaya positif di lingkungan sekolah. Mulai dengan membiasakan
perilaku-perilaku positif yang sederhana seperti menjaga lingkungan dengan terbiasa
membuang sampah pada tempat sampah, menjaga kebersihan kelas, membawa bekal
untuk mengurangi sampah plastik, dan sebagainya.
Pengalaman luar biasa juga saya
rasakan setelah mempelajari Modul 1.4 Budaya Positif ini adalah melakukan aksi
nyata berbagi praktik baik budaya positif bersama rekan sejawat di sekolah. Bukan hanya rekan sejawat di 33 MB namun,
rekan sejawat di dua sekolah terdekat yaitu UPTD SD Negeri 24 dan 25 Mendo
Barat.
Saat pertama bergabung di 33 MB bulan Mei lalu, ada
kekhwatiran dalam diri hingga pertanyaan ini muncul di benak : “Apakah saya bisa
menjadi bagian dari keluarga baru (sekolah) yang berbatasan langsung dengan
Kabupaten Bangka Tengah ini ?” Mengingat di saat bersamaan saya juga mulai
menjalani Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 5 Kabupaten Bangka. Tidak
mudah untuk saya memulai semua ini karena saya harus melawan rasa khawatir
dalam diri ini. Bagaikan menemukan Oase di padang pasir, keluarga baru 33 MB begitu
hangat menyambut kedatangan saya dan perlahan demi perlahan meluluhkan rasa
khawatir itu.
Bulan pertama di sekolah sebisa mungkin saya harus cepat beradaptasi
sambil membaca situasi sekolah dan merancang kegiatan/hal positif yang dapat
dilakukan bersama di sekolah dengan melibatkan anak-anak, rekan sejawat, orang
tua dan pihak luar sekolah. Hingga di awal tahun ajaran baru ini mulai
terlaksananya satu per satu 4 Program Unggulan 33 MB. Sungguh semangat
anak-anak hebat dan dukungan para orangtua sangat luar biasa. Ini membuktikan
bahwa para orangtua mendukung semua kegiatan sekolah yang berpihak pada anak-anaknya.
Mari…terus semangat dalam menanamkan budaya
positif di lingkungan kita untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tertuang dalam
visi sekolah impian. Mulai dari langkah kecil namun konsisten untuk
melakukannya.
Sekian jurnal refleksi ini
saya buat dan semoga bermanfaat untuk para pembaca.
Semangat
untuk terus belajar dan salam bahagia untuk kita semua..
-------------------------------------Bangka,
12 September 2022-----------------------------------
Penulis
: Lisa, S.Pd., (Guru kelas di UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat /
Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Bangka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar