Kamis, 01 September 2022

Refleksi Diri di 33 MB

 

Anak-anak Hebat Kelas 3 (Doc. Pribadi)

Tahun pelajaran 2022/2023 ini menjadi sejarah baru dalam perjalanan saya menjadi seorang guru. Mengapa demikian ? Karena pertama kali saya mengajar pada jenjang sekolah yang berbeda dan saya dipindah tugaskan di lingkungan yang baru saya kenal. Saya mendapatkan amanah untuk mengajar Kelas 3 di UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat. Anak-anak hebat yang sungguh setiap hari menginspirasi dan memotivasi saya untuk datang ke sekolah walau jarak yang saya tempuh setiap harinya 54 KM untuk dapat menuju ke sekolah yang terletak di perbatasan antara Bangka Induk dan Bangka Tengah ini.

Mempelajari Modul 1 membawa saya pada salah satu harapan dan keinginan untuk mengubah cara mengajar saya di kelas. Saya bertekad untuk mengawali langkah ini dengan mengenal siapa murid yang saya ajar ? Apa yang mereka sukai ? Apa yang mereka butuhkan ? Apa yang mereka harapkan dari saya sebagai gurunya ? Semua pertanyaan itu saya tuangkan dalam sebuah Asesment Diagnostik Non Formatif yang selama 1 minggu saya rancang sendiri. Mengapa Asesment Diagnostik Non Formatif menjadi pilihan saya ? Karena berdasarkan pelatihan mandiri yang saya ikuti dan mempelajari Modul 1 di PGP ini, mengetahui kebutuhan murid itu yang utama. Ketika kita mengetahui apa yang mereka butuhkan maka, sebagai guru akan lebih mudah dan terarah dalam merancang pembelajaran selanjutnya. Asesmen ini saya buat sesuai dengan kebutuhan para murid kelas saya dan diisi oleh murid juga orangtuanya di rumah. Bahkan saya mengundang para orangtua ke kelas 3 untuk menjelaskan tujuan, manfaat, dan cara pengisian asesemen ini.

Hasil Asesment Diagnostik Non Formatif ini menjadi acuan untuk mempermudah saya dalam melayani para murid yang memiliki keberagaman berbeda-beda. Setelah Asesment Diagnostik Non Formatif dikembalikan lagi kepada saya dan dianalisis, gambaran secara umum dari para murid dan orangtua adalah melihat anak-anaknya bahagia. Sederhana namun, penuh makna. Asesmen ini juga menjadi acuan untuk saya dalam membuat beberapa kegiatan kelas 3. Mulai dari Kesepakatan Kelas, Operasi Semut, Pemilihan Ketua Kelas secara berkala, Program CUAN (Curhat Anak), menambahkan minat dan bakat juga menonton bersama pada jadwal pelajaran, belajar di alam terbuka, dan lainnya. Saya juga membuat Dinding Literasi yang ditempel semua karya anak, tulisan motivasi, ilmu tentang alam dan sosial, dan sebagainya.

Saya memfokuskan kegiatan yang dilakukan berdasarkan aset terbesar yang dimiliki kelas yaitu anak-anak hebat ini. Bangunan kelas yang belum maksimal dan sarana prasarana sekolah belum memadai bukan menjadi penting ketika semangat belajar ini tumbuh bersama senyum anak-anak dan dukungan para orangtuanya.

Ketika mengetahui bagaimana murid saya, ada beberapa tindakan saya yang pastinya berbeda kepada mereka. Hal ini bukan karena perlakuan tidak adil namun, dilakukan semata-mata karena ada beberapa murid yang butuh perhatian khusus untuk lebih mengenalnya. Termasuk murid yang tidak naik kelas, murid yang kategori ABK, dan murid yang mendapat kekerasan di rumahnya.

Awal saya masuk ke kelas, saya melihat murid-murid terbiasa untuk menuduh temannya melakukan sesuatu yang sebenarnya bukan dilakukan oleh temannya. Contohnya saat ditemukan sapu patah, saya bertanya : “Siapa yang melakukannya?” Beberapa murid menunjuk pada 1 temannya yang tinggal kelas itu, sehingga saat saya menyelesaikan masalah ini saya dapati bukan murid itu yang melakukannya. Hal ini terus terjadi dengan beberapa masalah yang berbeda, seolah murid itu menjadi pelaku utamanya. Akhirnya..perlakuan murid-murid mulai berubah ketika ada satu kejadian yang membuat mereka kagum. Hari itu kelas kami bocor karena hujan dan menyebabkan lantai tergenang air sehingga, kami pindah ke ruang kelas di sebelah. Kami pun gotong royong membersihkan kelas baru termasuk area plafon yang sulit digapai murid-murid. Saya naik meja dan memegang sebuah sapu untuk membersihkannya. Tiba-tiba dari arah samping kanan saya, seorang murid berkata : “Sini bu..saya aja yang melakukannya.” Sungguh hal yang sangat luar biasa dan hari itu saya bersama semua temannya melihat begitu gagahnya dia membersihkan kelas, mendorong papan pembatas kelas, dan pekerjaan yang membutuhkan tenaga yang besar.

Tantangan terbesar saya adalah membiasakan para murid melakukan tindakan positif yang muara akhirnya budaya positif. Mereka terbiasa dengan gaya lama ditambah dengan perbedaaan lingkungan sekolah dan rumah sehingga mereka kesulitan untuk konsisten melakukan sesuatu. Contohnya anak yang selalu mendapat Juara 1 di kelas bertanya mengapa saya jarang memberikan PR untuk dikerjakan di rumah. Saya pun bertanya balik mengapa harus ada PR ? Dia berkata bahwa dia suka dengan nilai 100 di bukunya. Namun saat ada perlombaan di sekolah, dia tidak jadi juara dan saya dapati dia menangis di dalam kelas. Saya berpikir apakah para murid terbiasa dengan prestasi akademik saja ? Bagaiman dengan non akademik ? Bagaimana dengan karakter baik yang saya dapati dari seorang murid tidak naik kelas namun, hingga detik ini setiap saya pegang sapu dia menjadi orang pertama yang menawarkan bantuan kepada saya ?

Hal-hal yang saya lakukan di kelas adalah hal baru untuk para anak dan orangtua. Tidak mudah untuk mereka beradaptasi dengan gaya baru ini namun, saya percaya ketika pembelajaran yang dipersiapkan mengakomodir kebutuhan murid maka, esensi dari pembelajaran di sekolah akan bermakna bagi para murid.

Menurut pendapat saya, pembelajaran yang mampu mengakomodasi tantangan yang terkait keberagaman murid harus dirancang, dilaksanakan, dan dievaluasi dengan langkah utama yang tepat. Diagnosa kebutuhan murid menjadi awal dan sangat penting, setelah itu sebagai guru kita akan punya arah jelas bagaimana pembelajaran selanjutnya dan evalusi terus dilakukan baik itu selama proses pembelajaran dan di akhir pembelajaran.

Mari…selalu semangat belajar untuk kita semua dan salam bahagia…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Observasi Kelas Penuh Cerita

  Observasi Kelas 1 33 MB, Rabu/06 Maret 2024 (Doc. Pribadi)           Dalam upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) di dunia pendidika...