Minggu, 28 Agustus 2022

Membangun Budaya Positif di 33 MB

 

"Membangun Budaya Positif di 33 MB" Modul 1.4 (Doc. Pribadi)

Koneksi antar materi Modul 1.4.a.8 ini merefleksi dan mengaitkan pemahaman antar modul yang telah dipelajari. Bagaimana pada Modul 1.1 Pemikiran Ki Hajar Dewantara menjadi inspirasi dalam keberpihakkan kepada murid, Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak menjadi power yang harus diperkuat oleh seorang guru penggerak hingga di Modul 1.3 Visi Guru Penggerak merancang sebuah visi sekolah impian. Terakhir, bagaimana Modul 1.4 Budaya Positif menjadi bagian terpenting membentuk karakter/nilai positif dalam diri murid guna menjadi bagian dari terwujudnya Profil Pelajar Pancasila.

Menurut KHD, “Pendidikan merupakan proses dari mencari ilmu untuk kecakapan hidup secara lahir maupun batin baik sebagai individu maupun makhluk sosial. Pendidikan juga memberi tuntunan terhadap segala kodrat yang dimiliki agar mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.” Pemikiran ini menjadi panduan dalam sistem persekolahan KHD seperti Taman Siswa yakni tempat bermain sambil belajar untuk anak sesuai dengan kodratnya. Anak merdeka untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya. Tujuannya adalah untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya sebagai individu maupun makhluk sosial.

Pemikiran KHD ini membawa semangat untuk memperkuat nilai dan peran sebagai seorang guru penggerak yakni berpihak kepada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, dan inovatif. Sehingga dengan semangat ini, saya pun menyusun visi sekolah impian : “Mewujudkan Murid yang Berakhlak Mulia dan Berkarakter Mandiri demi Terwujudnya Generasi yang Merdeka dan Unggul.”

Peran seorang guru sangatlah besar untuk menciptakan budaya positif di sekolah terutama bagi saya yang sedang mengikuti pendidikan calon guru penggerak ini. Modul 1.4 Budaya Positif bukan hanya memberikan saya ilmu baru namun, mengubah cara pandang saya dalam menerapkan budaya positif di sekolah terutama mengenal dasar disiplin positif dan 5 kebutuhan dasar manusia, motivasi perilaku manusia (huhuman dan penghargaan), pentingnya membuat keyakinan/kesepakatan kelas, 5 posisi kontol yang sering dijalankan oleh guru, serta posisi kontrol terbaik guru dalam segitiga restitusi.

Penerapan budaya positif di sekolah telah dilaksakan dengan berbagai program dan kegiatan yang telah berjalan. Adapun program sekolah yang melibatkan seluruh warga sekolah dan merupakan Program Unggulan 33 MB, yaitu :

1.      PULAS (Paguyuban Kelas). PULAS bagian penting dalam program sekolah ini karena pendidikan anak bukan hanya tanggung jawab sekolah namun, kolaborasi antara orangtua, sekolah, dan masyarakat. Sehingga PULAS merupakan wujud dukungan orangtua kepada sekolah dan juga menjadi wadah dalam memberikan pendapat/masukkan para orangtua demi lancarnya pembelajaran anak di sekolah. PULAS  1 sampai 6 telah terbentuk sehingga terpilih ketua PULAS untuk masing-masing kelas. Setiap ketua PULAS menjadi penggurus dalam KOMITE PULAS 33 MB. Pertemuan rutin para pengurus KOMITE PULAS 33 MB dilakukan satu bulan sekali dan obrolan isentif selalu dilakukan via Whatsapp.

2.      SEMATA (Senyum Manis Kita). SEMATA merupakan program edukasi akan pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut. Kemudian penanaman kebiasaan baik menjaga kebersihan gigi dan mulut dari sedini mungkin harus ditanamkan karena berawal dari ini akan membentuk karakter kepedulian diri pada anak untuk menjaga kesehatan. SEMATA dimulai dengan sosialisasi Puskesmas Penagan ke 33 MB dengan hadirnya seorang dokter gigi dan tim Puskesmas dalam memberikan edukasi dan mengajarkan anak-anak praktik sikat gigi yang benar. Kemudian diadakan jadwal sikat gigi bersama di sekolah yang rutin dilakukan anak-anak setiap harinya bersama guru kelas. Selain itu, Program SEMATA menjadi program yang diikut sertakan dalam Lomba Senyum Indonesia yang dilaksanakan oleh salah satu aplikasi belajar online, KIPIN/Kios Pintar bekerjasama dengan Pepsodent.

3.      NADI (Nabung Sejak Dini). NADI merupakan program menabung untuk anak. Menabung menjadi penting dalam mengajarkan anak-anak hidup sederhana, disipilin, dan menyiapkan bekal untuk pendidikan yang lebih tinggi. Mitra menabung 33 MB adalah Bank Sumsel. Antusias orangtua dalam kegiatan ini juga sangat tinggi terbukti dengan hadirnya orangtua dalam sosialisasi menabung oleh pihak Bank Sumsel hingga pembuatan buku tabungan anak. NADI memfasilitasi anak-anak untuk menabung di bank tanpa perlu pergi ke bank yang berjarak cukup jauh dari tempat tinggal mereka. Hadirnya pihak bank di sekolah setiap rabu menjadi hari menabung anak-anak bersama Bank Sumsel.

4.      D-Ka (Dari Kita Untuk Kita). D-Ka merupakan program sosial dari anak untuk anak. Program ini mengajarkan anak peduli dengan berbagi kepada teman-temannya yang membutuhkan. Tidak menunggu harus kaya atau punya jabatan untuk berbagi, bisa dari hal yang paling kecil misalkan berbagi sedikit sembako yang ada di rumah. Semua sembako dikumpulkan oleh anak dan diberikan kembali ke anak-anak yang membutuhkan. D-Ka perdana diadakan dalam rangka memperingati HUT ke-77 RI tepat sehari sebelum perayaan puncak HUT RI yang jatuh setiap tanggal 17 Agustus. Data anak yang menerima Sembako Berbagi ini didapat dari hasil diskusi para orangtua KOMITE PULAS 33 MB.

Penerapan budaya positif juga saya lakukan di Kelas 3 (kelas yang saya ampuh di tahun pelajaran 2022/2023). Adapun beberapa Program Kelas 3 yang telah dilaksanakan, yaitu :

1.     Asesment Diagnostik Non Formatif. Sosialisasi dan pengisian asesment adalah hal baru untuk murid dan orangtua namun, asesment diagnostik non formatif di awal pembelajaran menjadi agenda wajib untuk membantu guru mengetahui kondisi anak yang sebenarnya sehingga dalam menjalankan perannya guru mampu menuntun anak-anak pada minat, bakat, dan kemampuannya sesuai dengan sistem persekolahan KHD. Asesment memuat hal/aktivitas yang disukai hingga kemampuan yang dimiliki serta fokus pada aset/potensi anak. Selain itu, anak bersama orangtua menuliskan harapan untuk pembelajaran selama satu tahun di kelas 3. Asesment diagnostik non formatif ini saya susun sesuai dengan kebutuhan murid di 33 MB dan pengisiannya dilakukan di rumah dengan suasana santai agar hasil yang diharapkan maksimal. Asesment ini menjadi acuan penting saya dalam menjalankan semua kegiatan bersama anak-anak kelas 3 di sekolah. Sampai pernah terpikir oleh saya, jika tidak ada ini begitu jauhnya nanti saya akan salah melangkah.  

2.     Kesepakatan Kelas. Keyakinan/kesepakatan kelas juga menjadi agenda wajib guru dalam membentuk budaya positif di kelas. Saya menyaksikan begitu semangatnya anak-anak ketika menuliskan semua harapan yang mereka inginkan dan kemudian disepakati bersama-sama oleh guru dan murid. Saya terharu campur bahagia ketika melihat begitu semangatnya anak-anak untuk terus belajar menyepakati kesepakatan kelas ini. Jadi, menurut saya jika masih banyak kekurangan adalah normal untuk suatu aktivitas baru yang belum terbiasa dilakukan sebelumnya.

3.     Operasi Semut. Operasi semut menjadi program kelas yang setiap hari selalu dijalankan. Mengingat di belakang kelas 3 adalah TPS (Tempat Pembuangan Sampah) jadi, setiap hari selalu ditemukan banyak sampah berserakkan. Untuk saat ini saya masih berfokus kepada pembiasaan pada anak-anak untuk membuang sampah pada tempat sampah dan menjaga kebersihan di TPS.

4.  CUAN (Curhat Anak). CUAN menjadi wadah/ruang anak untuk bercerita kepada saya tanpa ada batasan (terbuka tanpa ada ketakuatan) dan bersifat rahasia (kecuali untuk beberapa anak atas izin mereka saya mendokumentasikannya). CUAN dilaksanakan sepulang sekolah agar keadaan kelas lebih tenang dan anak lebih rileks dalam bercerita. Setelah selesai CUAN, saya juga mengantar anak pulang ke rumahnya sambil bersilaturahmi dengan orangtuanya. Saya merasa kaget ketika program ini begitu diminati anak. Bahkan saya sedikit kewalahan dalam mengatur jadwal anak. Namun, saya utamakan anak-anak yang mempunyai masalah serius selama di sekolah untuk menerapkan restitusi dalam penyelesaiannya.

5.     BIJAR (Bermain Sambil Belajar). BIJAR adalah pembelajaran yang berpusat pada anak seperti selalu memulai ice breaking sebelum memulai pembelajaran, mengutamakan diskusi bersama, belajar di alam, menceritakan dari apa yang mereka baca/lihat di depan kelas, jadwal menonton film sekali dalam satu minggu, jadwal mengembangkan minat-bakat mereka sekali dalam satu minggu, dan aktivitas lainnya yang menyenangkan.

Semua kegiatan para murid di kelas maupun sekolah selalu saya tulis di blog pribadi (Blogspot dan Wordpress) dan beberapa di blog nasional (Kompasiana). Selain itu, saya juga mempostingnya di media sosial (Instagram, Facebook, Youtube, dan Tiktok). Saya juga rutin membagikan artikel/video ke beberapa Whatsapp/Telegram Grup terutama grup PULAS dan 33 MB. Mendokumentasikan dan menulis artikel akan terus saya lakukan karena ini adalah cara paling cepat dan mudah dalam menyebarkan praktik baik kepada semua orang. Melalui gawai canggih yang hampir setiap orang punya dan setiap waktu pegang mampu menjadikan 33 MB dikenal banyak orang. Bagian inilah yang membuat saya selalu terharu mengingat 33 MB berada di desa perbatasan Kabupaten Bangka Induk dan Kabupaten Bangka Tengah. Saya juga membagikan praktik baik ini di Platform Merdeka Mengajar untuk mendapatkan feedback dari guru di seluruh Indonesia yang akan membantu saya dalam merefleksi dalam mempersiapkan aktivitas berikutnya.

Hal-hal menarik yang terjadi di luar dugaan saya adalah ketika banyak anak dan orangtua memberikan feedback (umpan balik) positif kepada saya. Walau terkadang saya sering merasa apa yang saya lakukan ini tidaklah apa-apa. Bahkan ada orangtua yang pertama bertemu saya sampai menangis bercerita tentang betapa bahagia anaknya ketika pulang sekolah. Dia selalu cerita tentang kegiatannya selama di sekolah bersama saya. Semua hal yang saya dapat ini menjadi semangat untuk terus memperbaiki diri menjadi lebih baik.

Perubahan yang terjadi pada cara berpikir dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah setelah memperlajari modul ini adalah anak-anak akan memiliki karakter/nilai positif dalam dirinya jika sekolah khususnya guru memberikan ekosistem positif pada murid. Ketika sekolah memahami itu maka, sekolah akan mengupayakan kegiatan keberpihakkan pada murid sehingga budaya positif terbangun di sekolah.

Pengalaman yang saya alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul ini baik di lingkup kelas maupun sekolah adalah manfaat yang sangat besar dirasa setelah menerapkannya. Dalam ruang lingkup kelas, ketika guru mengetahui kebutuhan dasar murid maka, saat murid tersebut mengalami masalah guru dapat membantunya dengan restitusi sehingga mengembalikannya pada nilai-nilai yang diyakini (kesepakatan kelas). Dalam ruang lingkup sekolah, semua kegiatan yang telah dilaksanakan bersumber dari keberpihakkan kepada murid sehingga anak-anak senang menjadi aktor utama dalam semua kegiatan yang direncanakan dan dijalankan apalagi kegiatan itu juga melibatkan orangtuanya.

Perasaan saya setelah menerapkan konsep-konsep budaya positif ini pastinya sungguh luar biasa bahagia. Melihat mereka tersenyum bahagia dari hal kecil dan sederhana, membuat saya menjadi termotivasi untuk terus memberikan yang terbaik dalam perjalanan mereka menyiapkan bekal hidup untuk masa depannya.

Hal-hal yang sudah baik dalam penerapan budaya positif ini akan terus dijalankan oleh 33 MB. Tidak hanya ketika saya mengikuti pendidikan guru penggerak namun, terus dilakukan selama anak-anak bahagia menjalaninya sehingga membentuk karakter positif pada diri anak sendiri. Namun juga terus diadakan refleksi di jangka waktu tertentu. Salah satu refleksi adalah feedback, bisa secara langsung ke guru atau melalui PULAS. Hal-hal yang perlu diperbaiki adalah meyakinkan rekan sejawat bahwa semua kegiatan positif ini terus berjalan walaupun saya tidak lagi menjalani pendidikan guru penggerak. Sehingga memberi pemahaman bahwa sejatinya selama menjadi guru maka kita harus menjadi fasilitator terbaik untuk para murid kita.

Sebelum mempelajari modul ini, posisi kontrol yang sering saya gunakan adalah Teman. Dari awal menjadi seorang guru, saya selalu berprinsip bahwa anak-anak harus bahagia ketika bersama saya namun, itu saja tidak cukup. Anak-anak juga harus belajar menyelesaikan masalah mereka sendiri dengan cara terbaik yang mereka bisa. Selama ini saya terlalu mentoleransi kesalahan anak tanpa berpikir apakah akan menjadi pengalaman belajar untuknya dan mengubah karakternya menjadi lebih kuat. Restitusi mengubah pandangan saya akan pentingnya memfokuskan anak dalam penyelesaian masalah dan penguatan karakter baik dalam diri anak.

Sebelum mempelajari modul ini, saya sudah pernah menerapkan restitusi namun, baru mencapai tahap 2 validasi tindakan yang salah. Tahap 3 tidak pernah dilakukan karena belum pernah membuat kesepakatan kelas sehingga tidak punya acuan dalam nilai-nilai yang diyakini bersama. Selain itu, saya juga tidak pernah membiasakan para murid untuk menemukan solusi sendiri dari masalah yang dihadapi sehingga tidak terjadi penanaman karakter positif yang kuat pada diri murid.

Semua konsep budaya positif secara utuh dan terurut telah dijelaskan dalam modul ini. Hal yang harus saya lakukan saat ini adalah meneruskan perilaku-perilaku positif sehingga menjadi suatu kebiasaan yang tumbuh menjadi budaya positif dimanapun saya berada, baik itu di rumah maupun sekolah. Selain itu, berbagi praktik baik di lingkungan terdekat (sekolah) menjadi bagian terpenting mengingat budaya positif di kelas akan lebih berimbas luas ketika ekosistem sekolah juga mengupayakan budaya positif. Hal ini bisa dimulai dengan menjadi role model. Bagian yang tidak mudah untuk saya dan mungkin untuk para CGP lainnya. Namun, saya percaya dalam setiap niat tulus akan selalu ada jalan terbaik untuk dilalui.

Mari…terus semangat dalam menanamkan budaya positif di lingkungan kita untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tertuang dalam visi sekolah impian. Mulai dari langkah kecil namun konsisten untuk melakukannya.

Semangat belajar untuk kita semua dan salam bahagia…

*Video "Membangun Budaya Positif di 33 MB" juga tersedia di channel Youtube :

Video "Mebangun Budaya Positif di 33 MB" Modul 1.4 (Doc. Pribadi)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Observasi Kelas Penuh Cerita

  Observasi Kelas 1 33 MB, Rabu/06 Maret 2024 (Doc. Pribadi)           Dalam upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) di dunia pendidika...