Kamis, 17 November 2022

Jurnal Refleksi Ke-7

 

Jurnal Refleksi Ke-7 (Doc. Pribadi)

Jurnal Refleksi Ke-7 (Minggu ke-14) pada Pendidikan Guru Penggerak tentang Modul 2.3 Coaching dalam Supervisi Akademik.

Sama hal dengan jurnal refleksi sebelumnya, jurnal refleksi kali ini menjadi bagian penting dalam pengembangan keprofesian karena dapat mendorong guru untuk mengaitkan teori dan praktik, serta menumbuhkan keterampilan dalam mengevaluasi sebuah topik secara kritis (Bain dkk, 1999). Menuliskan jurnal refleksi secara rutin akan memberikan ruang bagi seorang praktisi untuk mengambil jeda dan merenungi apakah praktik yang dijalankannya sudah sesuai, sehingga ia dapat memikirkan langkah berikutnya untuk meningkatkan praktik yang sudah berlangsung (Driscoll & Teh, 2001). Jurnal ini juga dapat menjadi sarana untuk menyadari emosi dan reaksi diri yang terjadi sepanjang pembelajaran (Denton, 2018), sehingga kita dapat semakin mengenali diri sendiri.

Pada refleksi minggu ke-14 (jurnal refleksi ke-7) ini, saya menggunakan model Papan Cerita Reflektif (Reflective Storyboard). Model ini terdiri dari beberapa gambar bersambung yang mengilustrasikan refleksi yang dialami. Kemudian setiap gambar juga disertai penjelasan singkat.

Adapun hasil refleksi saya setelah mempelajari Modul 2.3 ini :

Gambar 1. Momen awal yang penting pada modul 2.3 ini adalah pada saat Ruang Kolaborasi bersama rekan-rekan CGP lainnya dan juga fasilitator. Setelah mempelajari materi penerapan coaching dalam konteks pendidikan, paradigma berpikir dan prinsip coaching, kompetensi inti coaching dan TIRTA sebagai alur percakapan coaching, supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching di Forum Diskusi, tiba saatnya untuk pertama kali mempraktikkan coaching dalam percakapan bersama rekan CGP di ruang virtual. Saya bersama salah seorang rekan CGP mempraktikkan coaching pada hari pertama ruang kolaborasi selama 30 menit secara bergantian sebagai coach dan coachee. Setelah itu di hari berikutnya kami mempraktikkan kembali percakapan coaching di ruang virtual untuk direkam sebagai tagihan tugas Ruang Kolaborasi Modul 2.3. Perasaan saya campur aduk ketika pertama kali melakukan praktik coaching, apalagi ini dilakukan secara daring (ruang virtual). Tidak banyak yang kami berdua persiapkan selain materi pembahasan yang dibahas pada percakapan coaching. Selebihnya mengalir begitu saja termasuk secara spontan memberikan pertayaan-pertanyaan terbuka yang berbobot untuk memancing coachee menemukan sendiri jawaban dari masalah yang dihadapinya.

Gambar 2. Momen berikutnya ketika melakukan percakapan coaching bersama kelompok (2 teman CGP lainnya) dalam Demonstrasi Kontekstual. Setelah mendapatkan pengalaman coaching di Ruang Kolaborasi, selanjutnya saya bersama 2 CGP lainnya mempraktikkan kembali percakapan coaching tetapi secara langsung (tatap muka). Adapun kami bertiga berperan sebagai coach, coachee, dan pengamat secara bergantian. Belokasi di salah satu sekolah SMP negeri di Kota Sungailiat. Perasaan saya sangat bahagia karena semakin mengasah keterampilan coaching apalagi sekarang dilakukan langsung bertatap muka dengan rekan sejawat. Saya dapat langsung merasakan suasana dan perasaan coachee ketika saya berpesan sebagai coach serta mengamati secara langsung proses percakapan yang dilakukan kedua teman CGP.

 

Gambar 3. Momen akhir adalah mempraktikkan rangkaian supervisi klinis dan percakapan dengan paradigma berpikir coaching secara langsung dengan rekan sejawat. Rangkaian supervisi klinis ini terdiri dari kegiatan perencanaan sebelum oservasi (pra-observasi), observasi, dan pasca observasi. Bagi saya, rangkaian supervisi ini bukan hanya sebagai tuntutan tugas Aksi Nyata Modul 2.3 saja, namun menjadi kesempatan saya memperkenalkan konsep supervisi akademik yang telah saya pelajari di Pendidikan Guru Penggerak ini. Supervisi akademik sejatinya menjadi proses pengembangan guru dalam mempersiapkan pembelajaran selanjutnya. Supervisi akademik dipersiapkan oleh supervisor dalam hal ini kepala sekolah dimulai dengan melalukan pra-observasi, menanyakan kepada guru aspek yang akan dikembangkan dan strategi pengembangannya. Hal inilah yang akan menjadi fokus pengamatan supervisor ketika melakukan supervisi akademik. Setelah proses pembelajaran dilaksanakan guru dan diamati (observasi) oleh supervisor, langkah berikutnya adalah pasca observasi. Tahap ini dilakukan percakapan dengan paradigma coaching antara supervisor (coach) dan guru (coachee). Dalam aksi nyata yang telah saya lakukan, saya berkesempatan melakukan rangkaian supervisi akademik dimulai dengan melakukan percakapan dengan guru mengenai aspek yang akan menjadi fokus untuk dikembangkan, kemudian mengamati proses pembelajaran guru di kelas, dan terakhir mempraktikkan percakapan coaching yang dihadiri oleh Pengajar Praktik. Perasaan saya sungguh sangat bahagia apalagi saat saya melihat rekan sejawat tidak hanya membantu saya dalam menyelesaikan tugas ini, namun benar-benar melakukan dengan penuh keseriusan sampai tahap akhir.

 

Saya sadar, setiap kita mulai melakukan hal baru akan terjadi banyak kekurangan. Namun, jika percakapan coaching terus dilakukan, maka keterampilan coaching akan terasah dengan baik. Apalagi coaching tidak sebatas diterapkan dalam supervisi akademik saja, bisa diterapkan dalam kondisi lain selama bertujuan untuk menggali kemampuan/potensi coachee serta membangun kepercayaan diri coachee untuk mengembangkan ide/gagasannya.

Mari..mulai menerapkan coaching dalam proses pengembangan kemampuan/potensi tersembunyi dari rekan sejawat/teman di lingkungan pendidikan dan sekitarnya.

Semoga jurnal refleksi ini bermanfaat untuk para pembaca.

Semangat untuk terus belajar dan salam bahagia untuk kita semua..

-------------------------------------Bangka, 17 November 2022-----------------------------------

Penulis : Lisa, S.Pd., (Guru kelas di UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat / Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Bangka)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Observasi Kelas Penuh Cerita

  Observasi Kelas 1 33 MB, Rabu/06 Maret 2024 (Doc. Pribadi)           Dalam upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) di dunia pendidika...