Jurnal Refleksi Ke-8 (Minggu ke-16)
pada Pendidikan Guru Penggerak tentang Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan
Sebagai Pemimpin.
Sama hal dengan jurnal refleksi pada
modul sebelumnya, jurnal refleksi kali ini menjadi bagian penting dalam pengembangan
keprofesian karena dapat mendorong guru untuk mengaitkan teori dan praktik,
serta menumbuhkan keterampilan dalam mengevaluasi sebuah topik secara kritis
(Bain dkk, 1999). Menuliskan jurnal refleksi secara rutin akan memberikan ruang
bagi seorang praktisi untuk mengambil jeda dan merenungi apakah praktik yang
dijalankannya sudah sesuai, sehingga ia dapat memikirkan langkah berikutnya
untuk meningkatkan praktik yang sudah berlangsung (Driscoll & Teh, 2001).
Jurnal ini juga dapat menjadi sarana untuk menyadari emosi dan reaksi diri yang
terjadi sepanjang pembelajaran (Denton, 2018), sehingga kita dapat semakin
mengenali diri sendiri.
Pada
refleksi minggu ke-16 (jurnal refleksi ke-8), saya menggunakan model 4C (Connection,
Challenge, Concept, Change). Model ini dikembangkan pertama kali
oleh Ritchhart dan cocok digunakan dalam merefleksikan materi pembelajaran yang
telah didapat. Adapun beberapa pertanyaan kunci yang menjadi panduan dalam
membuat refleksi model 4C, yaitu:
1.
Connection. Apa keterkaitan materi yang
didapat dengan peran saya sebagai Calon Guru Penggerak?
2.
Challenge.
Adakah ide, materi, atau pendapat dari narasumber yang berbeda dari praktik
yang saya jalani selama ini?
3.
Concept. Ceritakan konsep-konsep utama
yang saya pelajari dan menurut saya penting untuk terus dibawa selama menjadi
Calon Guru Penggerak atau bahkan setelah menjadi Guru Penggerak?
4. Change. Apa perubahan dalam diri saya yang ingin saya lakukan setelah mendapatkan materi sampai akhir pembelajaran?
Adapun
hasil refleksi saya setelah mempelajari Modul 3.1 ini :
Connection. Keterkaitan materi yang didapat dengan peran saya sebagai Calon
Guru Penggerak sangat berkorelasi mengingat Pendidikan Guru Penggerak ini di
desain untuk mempersiapkan agen transformasi pendidikan. Menurut saya, modul
ini menjadi modal seorang pemimpin dalam mengambil keputusan yang bijak
berdasar dari nilai-nilai kebajikan yang diyakini bersama.
Challenge. Ada ide, materi, atau
pendapat dari narasumber yang berbeda dari praktik yang saya jalankan selama
ini, saya temukan itu pada ruang kolaborasi bersama fasilitator dan ruang
elaborasi pemahaman bersama instruktur. Pada ruang kolaborasi, fasilitator
mengatakan bahwa alur TIRTA bukanlah satu-satunya desain yang digunakan dalam
mengambil sebuah keputusan, namun dapat menjadi solusi terbaik seorang pemimpin
dalam pengambilan keputusan yang bijak. Pada ruang elaborasi, instruktur
mengatakan teruslah mengambil keputusan-keputusan sehingga dari setiap
keputusan yang kita ambil akan mengasah keterampilan kita dalam mengambil
sebuah keputusan dari suatu masalah.
Concept. Konsep utama yang saya
pelajari dan akan terus saya bawa selama menjadi Calon Guru Penggerak bahkan
setelah menjadi Guru Penggerak adalah saya akan terus
belajar mengambil keputusan-keputusan dengan menggunakan alur TIRTA sehingga
keterampilan pengambilan keputusan terasah dengan baik.
Change. Perubahan dalam diri saya
yang ingin saya lakukan adalah memulai pengambilan keputusan bersumber dari
nilai-nilai yang diyakini bersama agar hasil keputusan dapat diterima banyak pihak
dan tidak ada yang dirugikan.
Semakin banyak kita mengambil
keputusan, semakin terasah pula keterampilan kita dalam pengambilan keputusan
dan hasil keputusan pun akan maksimal serta semakin bijak.
Mari..terus mengambil keputusan-keputusan
agar kita semakin terampil dalam mengambil sebuah keputusan.
Semoga jurnal refleksi ini
bermanfaat untuk para pembaca.
Semangat untuk terus belajar dan salam bahagia untuk
kita semua..
-------------------------------------Bangka, 18
November 2022-----------------------------------
Penulis : Lisa, S.Pd., (Guru kelas
di UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat / Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten
Bangka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar