Selasa, 23 Agustus 2022

Praktik Segitiga Restitusi dalam CUAN

 

Praktik Segitiga Restitusi dalam CUAN (Doc. Pribadi)

Artikel berikut ini merupakan salah satu bentuk aksi nyata praktik penerapan segitiga restitusi dalam pembelajaran di kelas. Pada artikel sebelumnya di alur Merrdeka (Ruang Kolaborasi) telah dibahas tentang beberapa teori budaya positif. Salah satu teori budaya positif itu adalah Segitiga Restitusi.

Segitiga restitusi merupakan tahapan tindakan yang dilakukan guru untuk membawa murid pada kesepakatan kelas yang telah diyakini bersama. Tujuan dari penerapan segitiga restitusi agar murid mengakui secara sadar dan terbuka ketika melakukan kesalahan, serta merasakan kenyamanan ketika sudah berperilaku jujur. Pada penerapan restitusi ini, guru mengajak murid berfokus pada penyelesaian masalah dan bukan pada kesalahan yang telah dilakukan.

Ada 3 tahapan segitiga restitusi :

1.      Menstabilkan masalah. Tahap ini menjadi bagian dasar untuk mengubah identitas anak dari yang gagal karena melakukan kesalahan menjadi orang sukses. Adapun kalimat pematik yang dapat dikatakan oleh guru : “Tidak ada manusia yang sempurna”, “Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan”, atau “Kamu bukan satu-satunya yang pernah melakukan ini.”

2.      Validasi tindakan yang salah. Setiap tindakan yang dilakukan pastinya dengan suatu tujuan tertentu (belum terpenuhi kebutuhan dasar manusia). Adapun kalimat pematik yang dapat dikatakan oleh guru : “Kamu tentu punya alasan mengapa melakukan itu ?”atau “Adakah cara lain yang lebih efektif untuk mendapatkan apa yang kamu butuhkan ?”

3.      Menanyakan kesepakatan. Tahap akhir ini adalah siap menghubungkan nilai-nilai yang dipercaya terutama dalam kesepakatan kelas yang telah diyakini bersama. Adapun kalimat pematik yang dapat dikatakan oleh guru : “Keyakinan kelas apa yang telah kita sepakati?” atau “Kamu mau menjadi orang yang seperti apa ?”

Praktik segitiga restitusi ini saya gunakan dalam salah satu program kelas 3 bernama CUAN (Curhat Anak). CUAN merupakan wadah/ruang para murid kelas 3 untuk bercerita tanpa batasan bersama Ibu Lisa dan dilaksanakan setelah pulang sekolah agar suasana lebih rileks.

Dalam video yang telah diposting di channel Youtube pribadi saya, ada 2 kasus dalam CUAN yang telah mempraktikkan segitiga restitusi dalam penyelesaian masalahnya. Kedua kasus ini terjadi pada seorang murid perempuan kelas 3 bernama Lian. Kasus 1 tentang keisengan Lian menulis kata “cengeng” sehingga membuat temannya Amel marah dan menangis. Kasus 2 tentang Lian yang beberapa hari tidak membawa bekal makanan ke sekolah sehingga saat jam istirahat dan makan bekal bersama di kelas Lian terlihat diam duduk di kursinya.

Semua kasus yang terjadi pada akhirnya dikembalikan pada Kesepakatan Kelas 3 yang telah dibuat dan disepakati bersama. Kesalahan yang dilakukan murid pastilah karena suatu sebab (tidak terpenuhnya kebutuhan dasar manusia). Sehingga fokus pada kesalahan murid bukanlah tujuannya namun, guru menjadi manager untuk membimbing murid memperbaiki kesalahannya dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Tujuannya agar tertanam nilai-nilai positif pada diri murid yang harapannya akan menjadi kebiasaan (membudaya) di dalam kehidupannya.

Adapun video praktik segitiga restitusi dalam CUAN lebih lengkapnya tersedia di video Youtube berikut ini :

Video Praktik Segitiga Restitusi dalam CUAN pada Kasus 1 (Doc. Pribadi)

dan

Video Praktik Segitiga Restitusi dalam CUAN pada Kasus 2 (Doc. Pribadi)


Demikian artikel saya ini, semoga bermanfaat untuk para pembaca.

Semangat belajar untuk kita semua dan salam Bahagia…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Observasi Kelas Penuh Cerita

  Observasi Kelas 1 33 MB, Rabu/06 Maret 2024 (Doc. Pribadi)           Dalam upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) di dunia pendidika...