Artikel berikut ini merupakan salah satu bentuk aksi nyata praktik
penerapan segitiga restitusi dalam pembelajaran di kelas. Pada artikel sebelumnya
di alur Merrdeka (Ruang Kolaborasi) telah dibahas tentang beberapa teori budaya
positif. Salah satu teori budaya positif itu adalah Segitiga Restitusi.
Segitiga restitusi merupakan tahapan tindakan yang dilakukan
guru untuk membawa murid pada kesepakatan kelas yang telah diyakini bersama. Tujuan
dari penerapan segitiga restitusi agar murid mengakui secara sadar dan terbuka
ketika melakukan kesalahan, serta merasakan kenyamanan ketika sudah berperilaku
jujur. Pada penerapan restitusi ini, guru mengajak murid berfokus pada penyelesaian
masalah dan bukan pada kesalahan yang telah dilakukan.
Ada 3 tahapan segitiga restitusi :
1.
Menstabilkan masalah. Tahap ini menjadi bagian dasar untuk mengubah identitas anak dari yang
gagal karena melakukan kesalahan menjadi orang sukses. Adapun kalimat pematik
yang dapat dikatakan oleh guru : “Tidak ada manusia yang sempurna”, “Setiap
orang pasti pernah melakukan kesalahan”, atau “Kamu bukan satu-satunya
yang pernah melakukan ini.”
2.
Validasi tindakan yang salah. Setiap tindakan yang dilakukan pastinya dengan suatu tujuan
tertentu (belum terpenuhi kebutuhan dasar manusia). Adapun kalimat pematik yang
dapat dikatakan oleh guru : “Kamu tentu punya alasan mengapa melakukan itu ?”atau
“Adakah cara lain yang lebih efektif untuk mendapatkan apa yang kamu butuhkan
?”
3.
Menanyakan kesepakatan. Tahap akhir ini adalah siap menghubungkan nilai-nilai yang
dipercaya terutama dalam kesepakatan kelas yang telah diyakini bersama. Adapun
kalimat pematik yang dapat dikatakan oleh guru : “Keyakinan kelas apa yang
telah kita sepakati?” atau “Kamu mau menjadi orang yang seperti apa ?”
Praktik segitiga restitusi ini saya gunakan dalam salah satu
program kelas 3 bernama CUAN (Curhat Anak). CUAN merupakan wadah/ruang para
murid kelas 3 untuk bercerita tanpa batasan bersama Ibu Lisa dan dilaksanakan
setelah pulang sekolah agar suasana lebih rileks.
Dalam video yang telah diposting di channel Youtube pribadi
saya, ada 2 kasus dalam CUAN yang telah mempraktikkan segitiga restitusi
dalam penyelesaian masalahnya. Kedua kasus ini terjadi pada seorang murid perempuan
kelas 3 bernama Lian. Kasus 1 tentang keisengan Lian menulis kata “cengeng”
sehingga membuat temannya Amel marah dan menangis. Kasus 2 tentang Lian yang
beberapa hari tidak membawa bekal makanan ke sekolah sehingga saat jam istirahat
dan makan bekal bersama di kelas Lian terlihat diam duduk di kursinya.
Semua kasus yang terjadi pada akhirnya dikembalikan pada Kesepakatan
Kelas 3 yang telah dibuat dan disepakati bersama. Kesalahan yang dilakukan
murid pastilah karena suatu sebab (tidak terpenuhnya kebutuhan dasar manusia).
Sehingga fokus pada kesalahan murid bukanlah tujuannya namun, guru menjadi
manager untuk membimbing murid memperbaiki kesalahannya dan bertanggung jawab
atas apa yang dilakukannya. Tujuannya agar tertanam nilai-nilai positif pada
diri murid yang harapannya akan menjadi kebiasaan (membudaya) di dalam
kehidupannya.
Adapun video praktik segitiga restitusi dalam CUAN lebih lengkapnya tersedia di video Youtube berikut ini :
dan
Demikian artikel saya ini, semoga bermanfaat untuk para pembaca.
Semangat belajar untuk kita semua dan salam Bahagia…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar