Tujuan pendidikan nasional berakar dari pemikiran Menteri Pertama Indonesia yang sekaligus menjadi tokoh pendidikan nasional Indonesia, Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau yang lebih kita kenal Ki Hajar Dewantara (KHD). Pendidikan yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh KHD saat masa penjajahan masih relevan. Hal ini terbukti dengan dijadikannya pemikiran-pemikiran KHD sebagai landasan praktik pendidikan hingga saat ini terutama pada Kurikulum Merdeka yang resmi diluncurkan oleh Kemendikbud Ristek Februari 2022 lalu.
Sistem pendidikan yang dikembangkan oleh KHD adalah Taman Siswa. Taman siswa bukan hanya menjadi tempat bermain untuk anak namun, juga menjadi tempat untuk anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya. Anak diberi kemerdekaan untuk mengembangkan kemampuan, minat, dan bakat serta dilengkapi dengan dukungan dalam proses belajarnya. Prinsip dasar Taman Siswa sejatinya tidak menghilangkan kodrat anak untuk bermain namun, anak tetap dapat menikmati proses belajar dengan bahagia di dalamnya.
Pendidikan yang bersumber dari referensi KHD ini merupakan pendidikan yang berpihak pada murid. Bentuk keberpihakkan kepada murid membawa kita sebagai guru menyiapkan proses pembelajaran yang berpusat pada murid. Bagaimana pembelajaran yang berpusat pada murid ? Pastinya pembelajaran yang disiapkan atas dasar kebutuhan murid. Esensi dari profesi guru sama halnya seperti profesi dokter. Seorang dokter menentukan keputusan terbaik dalam mengobati pasiennya dimulai dengan mendiagnosa sakit yang dirasa/keluhkan oleh pasiennya. Setelah itu dokter menganalisis untuk menentukan tindakan terbaik yang harus dilakukan untuk langkah pengobatan pasiennya. Jika kita berada pada posisi pasien, melihat dokter langsung melakukan tindakan tanpa bertanya keluhan yang kita rasa, apa yang akan kita lakukan ? Apa kita akan percaya tindakan yang dilakukan untuk kebaikan kita ?
Sama seperti guru, sebelum memulai proses pembelajaran di kelas, seorang guru haruslah tahu dengan baik siapa muridnya, apa yang dipunya murid (kemampuan/minat/bakatnya), apa yang dibutuhkan murid untuk mengembangkan kemampuannya, dan cara terbaik apa yang bisa diberikan oleh guru untuk memenuhi kebutuhan para muridnya ?
Guru seyogiyanya menyiapkan pembelajaran terbaik yang dapat dimulai dengan melakukan asesmen diagnosis. Asesmen diagnosis terbagi menjadi 2 yaitu non kognitif dan kognitif. Asesmen diagnosis non kognitif bertujuan untuk mengetahui psikologis sosial emosi murid, aktivitas belajar murid di rumah, latar belakang pergaulan murid, gaya belajar murid, karakter serta minat murid. Sementara asesmen diagnosis kognitif dilakukan untuk mengetahui kemampuan dasar dalam memahami suatu materi/konsep pada mata pelajaran tertentu. Bagaimana bentuk asesmen diagnosis non kognitif dan kognitif ? Tentunya alat yang digunakan untuk mendapatkan hasil asesmen diagnosis ini disesuaikan dengan kemampuan dasar murid dan kondisi lingkungan murid berada. Hasil dari asesmen diagnosis ini digunakan guru untuk memetakan kebutuhan dasar murid berdasarkan minat dan profil belajar murid. Sederhananya asesmen diagnosis dilakukan guru untuk mengetahui murid seperti apa yang dihadapinya dan guru bebas menggunakan alat/cara apapun untuk mengetahui kondisi muridnya.
Jika guru sudah memetakan kebutuhan dasar muridnya
maka, cara terbaik yang dapat dilakukan guru dalam memenuhi keberagaman kebutuhan
belajar murid adalah melalui pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran
berdiferensiasi merupakan segala usaha terbaik guru untuk menyesuaikan proses
pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan murid dan berfokus pada kesiapan
belajar, minat, dan profil belajar murid. Mengapa pembelajaran
berdiferensiasi menjadi pilihan ? Karena pembelajaran berdiferensiasi memiliki karakter
:
1. Kurikulum memiliki Tujuan Pembelajaran (TP) yang
didefinisikan secara jelas untuk para muridnya.
2. Guru merespon dengan menyiapkan dan menyesuaikan
rencana pembelajaran yang efektif untuk memenuhi kebutuhan belajar murid.
3. Lingkungan nyaman yang mengundang murid untuk
belajar dengan bahagia, tanpa tekanan, dan murid merasa aman di dalamnya.
4.
Manajemen kelas yang efektif dengan menciptakan rutinitas yang lebih
fleksibel namun tetap terstruktur dengan jelas.
5. Penilaian yang berkelanjutan yang didapat dari penilaian formatif yang telah dilakukan untuk merefleksi proses pembelajaran yang telah dilalui.
Ketika pembelajaran berdiferensiasi menjadi pilihan terbaik guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid di kelas maka, guru dapat mulai menyusun RPP / Modul Ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran. Selain itu guru juga dapat menentukan model pembelajaran dan penilaian yang relevan sesuai dengan Tujuan Pembelajaran (TP) yang diharapkan.
Berikut
ini salah satu contoh Modul Ajar SD Kelas 3 pada mata pelajaran Matematika yang
saya susun setelah melakukan asesmen diagnosis non kognitif dan kognitif serta memetakan
kebutuhan murid. (Modul ajar tersedia di link : https://drive.google.com/file/d/1lP97Fd35d-LRcnKshFDDuv2hmFDqPs9n/view?usp=sharing
/ Doc. Pribadi).
Namun, perlu diingat bapak/ibu guru, tidak ada modul ajar khusus yang dapat digunakan oleh guru dalam membawa pembelajaran berdiferensiasi ke dalam kelas kita. Guru diberi kebebasan dalam membuat modul ajar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan muridnya sendiri karena yang terpenting adalah proses pembelajaran itu memenuhi kebutuhan dasar murid yang berfokus pada kesiapan belajar, minat, dan profil murid.
Demikian
artikel saya kali ini, semoga bermanfaat untuk para pembaca khususnya bapak/ibu
guru hebat di seluruh Indonesia.
Semangat belajar untuk kita semua dan salam bahagia…
*Artikel ini telah tayang di link : https://www.kompasiana.com/lisasya/631cc8bf4addee2222184632/memenuhi-kebutuhan-belajar-murid-melalui-pembelajaran-berdiferensiasi
Setuju sekali bu, salah satu cara guru agar siswa mendapatkan keadilan dalam proses pembelajaran dg melaksanakan pembelajaran diferensiasi
BalasHapusSemangat Bu Lisa melaksanakan pembelajaran berdiferensiasinya
BalasHapusSemangat berbagi praktik baiknya, dan selalu ditunggu karya-karya cerdasnya.
BalasHapus