Peran pendidik menurut pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) adalah penuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka tumbuh dan berkembang sebagai individu maupun anggota masyarakat untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Pemikiran KHD ini mengingatkan kita bahwa tugas pendidik sebagai pemimpin pembelajaran adalah menumbuhkan motivasi murid untuk dapat membangun perhatian yang berkualitas pada materi dengan merancang pengalaman belajar yang mengundang murid untuk belajar dan memberikan proses belajar bermakna pada mereka.
Supervisi akademik yang
menjadi agenda rutin kepala sekolah di setiap semester hanya berfokus pada kebutuhan
administrasi sekolah dan penilaian kerja guru saja. Guru belum terbiasa
melakukan evaluasi dan refleksi yang berkelanjutan dari kegiatan supervisi akademik
yang telah berjalan di sekolah. Ketika coaching hadir dalam supervisi
akademik, memberikan pemahaman baru bahwa coaching dalam supervisi
akademik dapat menjadi salah satu jalan dalam mengembangkan kompetensi berkelanjutan
dan terarah bagi guru demi keberpihakkan kepada murid.
Ketika hadir menjadi seorang coach dalam pembelajaran di kelas, saya berusaha mengakomodir kebutuhan murid baik itu dalam proses perkembangan kemampuan / potensinya dengan berbagai program yang berpihak pada kebutuhan belajar murid. Membuat perencanaan (modul ajar / RPP) dan perlahan mulai membawa pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional ke dalam kelas.
Selain itu, berperan sebagai coach pada kegiatan coaching menjadi pengalaman baru untuk saya. Termasuk belajar untuk menuntun coachee menemukan solusi dari permasalahannya dan membangun kepercayaan dirinya. Ada beberapa kekurangan dalam praktik coaching yang telah saya lakukan termasuk keterampilan dalam menyusun pertanyaan-pertanyaan terbuka yang berbobot untuk menggali potensi coachee. Namun, saya percaya ketika kita terus melatih keterampilan itu sebagai suatu kebiasaan maka, akan menjadi budaya positif dalam lingkungan belajar terutama di sekolah khususnya kelas kita.
Ada hal yang menarik dari setiap modul yang saya pelajari terutama dalam modul 2.3 ini ketika berdiskusi dengan rekan CGP baik itu di ruang kolaborasi dan demonstrasi kontekstual. Saya semakin memahami ternyata nilai dari pendidikan ini benar-benar mengedepankan kolaborasi untuk saling menggali dan mengembangkan potensi diri. Selain itu bimbingan, arahan, dan motivasi dari fasilitator juga selalu membantu kami dalam memperdalam materi modul yang akan dipelajari.
Keterampilan coaching yang
didapat dari mempelajari modul 2.3 ini membuat pemahaman baru bahwa coaching
dapat membantu saya mengembangkan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran.
Melalui kegiatan coaching, saya juga belajar mengembangkan potensi diri,
mengeksplorasi pemikiran/pandangan baru, dan membangun kepercayaan diri.
Demikianlah artikel saya mengenai peran saya sebagai coach di
sekolah pada Koneksi Antar Materi Modul 2.3. Semoga menginpiraasi untuk para
pembaca.
Semangat belajar untuk kita semua dan salam bahagia…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar