“Guru penggerak menjadi agen transformasi di dunia pendidikan”. Makna dari kalimat ini semakin jelas saya temukan pada Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin. Ketika membaca materi pembuka pada alur Eksplorasi Konsep dan menyelesaikan beberapa kasus yang sering terjadi di lingkungan sekolah kita, saya temukan bagaimana sebagai seorang pemimpin harus bersikap bijak dalam pengambilan keputusan yang melibatkan banyak pihak. Adapun pengambilan keputusan akhir itu diputuskan oleh pemimpin tertinggi di sekolah yaitu kepala sekolah.
Ketika seorang pemimpin dihadapkan pada suatu kondisi yang mengharuskannya mengambil sebuah keputusan pastilah melibatkan banyak pihak dalam situasi (kasus) itu. Kasus yang dihadapi pun bisa saja berupa dilema etika atau bujukan moral. Dilema etika adalah suatu kondisi dalam pengambilan keputusan yang terdapat dua pilihan benar secara moral namun, saling bertentangan. Sementara bujukan moral adalah suatu kondisi yang mengharuskan membuat keputusan antara benar dan salah. Kenyataannya, dilema etika paling banyak kita jumpai dalam lingkungan sekitar terutama di sekolah dan merupakan tantangan berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu.
Pada situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasar yang bertentangan seperti yang telah kita bahas pada Modul 1.4 Budaya Positif. Adapun nilai-nilai kebajikan universal yang akan selalu ikut serta dalam situasi dilema etika seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab, dan penghargaan akan hidup.
Dalam pengambilan keputusan, seorang pemimpin di sekolah dapat menggunakan paradigma berpikir yang berbasis nilai-nilai kebajikan sehingga hasil dari keputusan itu dapat mengakomodir harapan dari semua pihak tanpa menyampingkan nilai-nilai kebajikan universal yang kita yakini bersama. Keterampilan pengambilan keputusan dapat mengacu pada 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Berikut ini bahasannya yang saya dapat dari berbagai sumber di LMS Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 5 :
ü Empat paradigma pengambilan
keputusan
1. Individu lawan kelompok (Individual
vs community)
Paradigma ini terjadi karena
ada pertentangan antara kepentingan individu lawan kepentingan orang lain, kepentingan
individu lawan kelompok kecil/besar, atau kepentingan kelompok kecil lawan
kelompok besar. Contoh dalam sebuah kelas ketika seorang guru dihadapkan dalam
situasi ada kelompok murid yang mengerjakan sesuatu membutuhkan waktu lebih
lama dan ada kelompok murid yang mengerjakan sesuatu dengan waktu lebih cepat
sehingga mereka siap untuk melanjutkan ke pelajaran selanjutnya. Apakah keputusan
yang diambil oleh guru ? Apakah harus melanjutkan pembelajaran selanjutnya,
tetap menunggu semua murid memahami pelajaran ini, atau kah ada opsi lainnya? Dalam
situasi ini, guru menghadapi dilema individu lawan kelompok.
2. Rasa keadilan lawan rasa
kasihan (Justice vs mercy)
Pada paradigma ini, pilihannya
dihadapkan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan
sepenuhnya. Kita bisa memilih untuk berlaku adil dengan memperlakukan hal yang
sama bagi semua orang atau membuat pengecualian dengan alasan kemurahan hati
dan kasih sayang. Ada situasi mengharuskan kita berpegang teguh pada peraturan,
tetapi terkadang membuat pengecualian juga tindakan yang benar. Contohnya
ketika ada murid yang sering datang terlambat ke sekolah karena harus membantu
orangtuanya berjualan di pagi hari sehingga jam 2 pagi dia sudah harus bangun
tidur. Ketika dia terlambat berarti melanggar peraturan sekolah namun, di satu
sisi sebagai guru kita pun kasihan dengan kondisi yang dialaminya. Bagaimana
guru dapat bertindak dengan situasi dilema ini? Dalam situasi ini, guru
menghadapi dilema rasa keadilan lawan rasa kasihan.
3. Kebenaran lawan kesetiaan (Truth
vs loyalty)
Ada situasi yang membuat kita kadang
harus memilih antara jujur atau setia (tanggung jawab) kepada orang lain. Contohnya
ketika kita dihadapkan pada situasi harus jujur dengan apa yang dilakukan salah
seorang teman karena pelanggaran profesinya atau setia pada teman dengan tidak
mengatakan yang sebenarnya. Dalam situasi ini, kita menghadapi dilema kebenaran
lawan kesetiaan.
4. Jangka pendek lawan jangka
panjang (Short term vs long term)
Sering kali kita dihadapkan
pada keputusan yang kelihatannya terbaik untuk saat ini atau yang terbaik untuk
masa yang akan datang. Contohnya ketika seorang guru dihadapkan pada kondisi
harus memberikan nilai akademik kepada murid yang kenyataannya nilai murid itu
jauh dari standar yang telah ditentukan. Mungkin untuk saat ini memberikan nilai baik akan membantunya dalam naik kelas /
tingkat lebih tinggi namun, di satu sisi apakah nilai itu dapat dipertanggung
jawabkan oleh murid dalam kualitas ilmu akademik yang didapatkannya ? Pada kondisi
ini, guru dihadapkan pada dilema jangka pendek lawan jangka panjang.
ü Tiga prinsip pengambilan
keputusan (prinsip resolusi)
1. Berpikir berbasis hasil akhir
(Ends-based thinking)
2. Berpikir berbasis peraturan (Rule-based
thinking)
3. Berpikir berbasis rasa peduli
(Care-based thinking)
ü Sembilan langkah pengambilan dan
pengujian keputusan
1.
Nilai-nilai yang saling bertentangan
Setiap situasi yang kita
hadapi akan selalu ada nilai-nilai kebajikan universal di dalamnya. Menelaah
nilai-nilai kebajikan yang kita yakini ini menjadi langkah awal dan penting
menuju ke tahap pengambilan keputusan berikutnya.
2.
Siapa yang terlibat
Akan
melibatkan banyak pihak dalam situasi yang kita hadapi. Walaupun setiap pihak membawa
kepentingannya masing-masing, namun keterkaitan semuanya mengharuskan pemimpin mengambil
keputusan terbaik untuk mengakomodir semua pihak.
3.
Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
Fakta (data) relevan dari situasi
(kasus) yang terjadi dikumpulkan dari awal hingga akhir secara lengkap. Data-data
ini penting karena dilema etika tidak bersifat teoritis, namun ada
faktor-faktor pendorong dan penarik yang mempengaruhi situasi tersebut sehingga
data yang detail akan menjelaskan seseorang melakukan sesuatu dan bisa juga
mencerminkan kepribadian seseorang dalam situasi tersebut. Hal-hal yang
berpotensi dapat muncul di waktu yang akan datang juga menjadi bagian dari
analisis kita.
4.
Pengujian benar atau salah
Pengujian ini dapat dilakukan
dengan :
- Uji legal. Adakah aspek
pelanggaran hukum di dalam situasi itu? Jika “ada” maka, ini merupakan bujukan
moral (benar vs salah). Artinya keputusan yang diambil antara mematuhi hukum
atau tidak, bukan berhubungan dengan moral.
- Uji regulasi. Jika tidak ada
pelanggaran hukum maka, adakah pelanggaran peraturan atau kode etik di dalam situasi
itu?
- Uji Intuisi. Pada langkah ini
mengandalkan perasaan dan intuisi kita dalam merasakan apakah ada yang salah
dengan situasi ini? Apakah tindakan ini sejalan dengan nilai-nilai yang kita
yakini?
- Uji publikasi. Bagaimana jika
situasi ini dipublikasikan di media? Sesuatu yang dianggap ranah pribadi (intern)
menjadi konsumsi publik. Bila kita merasa tidak nyaman maka, kemungkinan besar
kita sedang menghadapi situasi benar lawan salah (bujukan moral)
- Uji panutan. Pada situasi ini,
kita membayangkan seseorang yang menjadi panutan/idola yang menyayangi atau
pelindung untuk kita.
5.
Pengujian paradigma benar lawan benar
Kita akan dihadapkan pada 4
paradigma pengambilan keputusan. Pentingnya mengidentifikasikan paradigma ini
bukan hanya mengelompokkan permasalahan namun,
membawa situasi yang sedang dihadapi itu benar berhadapan pada dua nilai inti kebajikan
yang sama-sama penting.
6.
Melakukan prinsip resolusi
Langkah ini untuk mengecek
prinsip penyelesaian dilema mana yang akan kita pakai dalam situasi yang sedang
dihadapi.
7.
Investigasi opsi trilema (opsi ketiga)
Terkadang kita perlu mencari
opsi lain dari dua pilihan yang sudah ada. Langkah ini sering memunculkan penyelesaian
yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya.
8.
Buat keputusan
Ini adalah titik akhir dari pengambilan
keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.
9.
Lihat lagi keputusan dan refleksikan
Ketika keputusan telah diambil,
lihat kembali proses pengambilan keputusan ini dan ambil pelajarannya untuk
dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.
Adapun 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan ini adalah panduan, bukan juga suatu metode yang bersifat kaku dalam penerapannya. Pengambilan keputusan merupakan keterampilan yang harus diasah agar semakin membaik. Hal terpenting dari pengambilan keputusan adalah sikap yang bertanggung jawab dan mendasar keputusan pada nilai-nilai kebajikan universal.
Pada Ruang Kolaborasi Modul 3.1 ini, saya bersama tiga rekan CGP lainnya membahas tentang studi kasus nyata dari salah satu rekan anggota kelompok kami. Kami melakukan diskusi di hari Jum’at / 14 Oktober 2022 dan mempresentasikan hasilnya di hari kedua Ruang Kolaborasi Sabtu / 15 Oktober 2022. Adapun hasil diskusi kelompok kami tersedia di channel Youtube :
Hal menarik yang
saya dapatkan dari Ruang Kolaborasi Modul 3.1 ini adalah saya belajar paradigma,
prinsip, dan tahapan dalam pengambilan keputusan. Jika selama ini dalam pengambilan
keputusan saya tidak bepikir panjang untuk beberapa point penting bahkan terkadang
memihak kepada salah satu pihak karena terbawa oleh perasaan (kasihan) maka,
setelah belajar modul ini terutama berdiskusi di ruang kolaborasi bersama rekan
CGP dan fasilitator, saya memahami bahwa pengambilan keputusan dapat mengacu pada 4 paradigma,
3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
Seperti yang telah singgung sebelumnya, 9 langkah pengambilan
dan pengujian keputusan bukanlah panduan, bukan juga suatu metode yang bersifat
kaku dalam penerapannya. Akan tetapi, pengambilan keputusan merupakan
keterampilan yang harus diasah agar kita semakin membaik dan bijak dalam
menghadapi situasi permasalahan yang sedang dihadapi.
Demikianlah
artikel saya tentang hasil diskusi dan presentasi dari kelompok kami di Ruang
Kolaborasi Modul 3.1 ini. Semoga menginspirasi untuk para pembaca.
Semangat belajar
untuk kita semua dan salam bahagia…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar