Pendidikan Guru
Penggerak angkatan 5 secara resmi dibuka Mei 2022 lalu oleh Kemendikbudristek.
Walaupun sempat terhenti sejenak karena peralihan kepemimpinan ke Balai Besar
Guru Penggerak (BBGP) dan Balai Guru Penggerak (BGP) provinsi, tidak
menyurutkan semangat para Calon Guru Penggerak (CGP) dalam mengikuti pendidikan
ini. Kini..materi / modul pada Learning Managmenet System (LMS) yang
diakses para CGP hampir setiap harinya, pertengahan November ini memasuki fase
akhir.
Materi Pendidikan
Guru Penggerak disajikan dalam 10 modul dengan durasi waktu 6 bulan. Pembelajaran
daring yang di desain dengan menggunakan alur belajar MERRDEKA sendiri terdiri
dari : M (Mulai dari diri), E (Eksplorasi konsep), R (Ruang kolaborasi), R
(Refleksi terbimbing), D (Demonstrasi kontekstual), E (Elaborasi pemahaman), K
(Koneksi antar materi), dan A (Aksi nyata). Salah satu alur yang dibahas pada
artikel saya kali ini adalah R (Ruang kolaborasi).
Ruang kolaborasi
merupakan ruang yang disediakan untuk para CGP mempelajari secara mendalam materi/modul
tertentu dan menyelesaikan tugas yang tersedia dengan cara berkelompok. Ruang
ini dilaksanakan secara virtual (tatap maya) dengan aplikasi gmeet. Adapun
link gmeet tersedia 2 -3 hari menjelang ruang kolaborasi dilaksanakan.
Pada ruang kolaborasi,
saya berada dalam suatu kelompok bersama 9 (Sembilan) orang CGP lainnya dan seorang
fasilitator. Fasilitator kelompok saya (kelas 37B) berasal dari luar daerah
yaitu Jawa Tengah. Tidak terbayang rasanya jika beliau harus berada di Pulau
Bangka selama 6 bulan dengan meninggalkan instansi dan keluarganya. Namun,
dengan pertemuan dunia maya mampu mempertemukan kami para CGP dengan seorang
fasilitator yang dikenal dengan murah senyum ini.
Fasilitator CGP
kelas 37B bernama Bapak Muhari, S.Pd., M.Pd (biasa kami panggil Pak Muhari).
Bagi kami, Pak Muhari bukan hanya seorang fasilitator, namun menjadi bapak
untuk para CGP binaannya karena selalu memberi semangat dan motivasi kepada
kami untuk terus belajar sepanjang hayat seperti pemikiran Bapak Pendidikan
Nasional, Ki Hajar Dewantara. Pak Muhari membuktikan itu, di usia yang hampir
memasuki purnabakti, Pak Muhari masih terus semangat dan menebarkan inspirasi
untuk para guru dengan menjadi fasilitator di PGP angkatan 1 dan 5. Bahkan
beliau juga menjadi instruktur di PGP angkatan selanjutnya. Sungguh..luar
biasa…
Saat sela menyelesaikan
tugas-tugas, saya biasa bercerita banyak hal kepada beliau melalui Whatsapp.
Masih jelas diingatan ketika pertama kali saya menyampaikan rasa gundah dan
bimbang yang saya rasakan saat memulai Pendidikan Guru Penggerak ini. Saya
dipindah tugaskan ke sekolah dengan jarak tampuh puluhan bahkan sampai ratusan
kilometer setiap harinya dan akses internet yang tidak tersedia dengan baik di
sana. Timbul kekhawatiran dalam diri saya, apakah bisa menyelesaikan pendidikan
ini dengan maksimal. Namun, Pak Muhari dengan penuh semangat mengatakan bahwa
saya harus bersyukur diberi kesempatan besar untuk mendapatkan pengalaman baru
di lingkungan yang berbeda dari sebelumnya. Pak Muhari juga mengatakan teruslah
maju dan jangan pernah menyerah karena jalan yang sedang saya dilalui ini
sungguh mulia. Kemudian beliau juga membagikan pengalaman / praktik baik yang
menjadi motivasi dan inspirasi bagi saya, tidak hanya untuk pendidikan ini,
namun menjalani profesi mulia sebagai seorang guru.
Kebersamaan kami
para CGP di kelas 37B yang terus belajar untuk mengembangkan kemampuan diri
dalam pendidikan ini, membawa saya pada pengalaman berharga yang sepanjang
hidup tidak akan pernah terlupa. Termasuk momen yang hampir setiap ruang
kolaborasi terjadi, saat membahas pengetahuan baru selalu berakhir dengan banyaknya
pertanyaan dari para CGP. Namun sekali lagi dengan senyum khasnya Pak Muhari
menjawab satu per satu pertanyaan dari kami di ruang kolaborasi.
Banyak juga momen selama ruang kolaborasi terekam melalui screenshoot yang tersimpan di laptop kami. Mulai dari salah seorang CGP (Ibu Ani) sakit sehingga membuat Ibu Ani tidak dapat hadir sepenuhnya pada sesi presentasi kala itu. Pak Muhari mengajak kami dan memimpin do’a untuk kesembuhan Ibu Ani. Momen lain yang direkam adalah ketika pertemuan maya sedang berlangsung dan salah seorang CGP (Ibu Yeni) izin ke toilet dan menyampaikan melalui chat di gmeet. Bapak Muhari membalas dengan pesan : “Ya jangan sampai terpeleset.” Selain itu, tawa selalu mewarnai pertemuan virtual kami termasuk ketika Pak Muhari menceritakan perasaannya dalam menilai tugas yang kami kumpulkan di LMS. Pak Muhari membaca tulisan yang begitu panjang dalam artikel dan harus bekerja keras juga membalas komentar para CGP. Mendengar Pak Muhari mengatakan seperti ini, sontak suara tawa langsung terdengar di ruang virtual.
Rabu / 09 November
2022 menjadi pertemuan terakhir di ruang kolaborasi. Hari itu ice breaking
dipersiapkan dengan memberikan kejutan kepada salah seorang CGP (kami biasa
memanggilnya “Yuk Yeni.”) pada hari ulang tahunnya. Kami pun menyanyikan lagu
ulang tahun bersama dan kejutan diakhiri dengan do’a yang dipimpin oleh Pak
Muhari. Sedikit bercerita tentang Yuk Yeni. Sosoknya menjadi kakak untuk CGP
lainnya dalam kelas 37B karena Yuk Yeni selalu memberikan semangat untuk
adik-adik adopsinya (begitulah ayuk memanggil kami). Bagi kami, Yuk Yeni adalah
“emaknya dari solusi.” Masalah / kendala apapun yang saya dan teman-teman temui
ketika pendidikan ini, Yuk Yeni selalu berusaha membantu kami menemukan solusi
dan memotivasi untuk terus maju. Bagi saya pribadi, sosok Yuk Yeni menjadi
inspirasi untuk terus semangat menulis. Walaupun Yuk Yeni menulis fiksi (novel)
dan jalan tulisan kami berbeda, namun jika mendengar cerita betapa bahagia Yuk
Yeni saat menulis novelnya, membuat saya semakin memahami bahwa bahagia menulis
itu sederhana, tulis saja apa yang kita sukai dan pahami aturan-aturan yang ada
agar tulisan kita terus berkembang.
Setelah kami melakukan presentasi kelompok, tiba akhirnya di sesi perpisahan bersama Pak Muhari. Kami menyiapkan sebuah video berisi momen ruang kolaborasi selama 6 bulan ini.
Air mata pun tak terbendung di kala video diputar oleh salah satu CGP (Ibu
Reni). Bahkan Bu Winni merekam momen ini yang membuat kami terharu ketika
menontonnya kembali. Terlihat jelas semua CGP kelas 37B tak mampu membendung air
mata perpisahan di ruang kolaborasi sore itu.
Akhir dari
pertemuan ruang kolaborasi, Pak Muhari berpesan: “Dimana ada pertemuan, pasti
ada perpisahan dan kita tidak berpisah selama-lamanya. Kita masih bisa
komunikasi melalui Whatsapp Grup.”
Perpisahan pasti
menyedihkan di kala banyak cerita indah terukir selama pertemuan. Namun, secara
mendalam akan selalu memberi banyak kenangan dan pengalaman dalam hidup jika
kita memaknai perpisahan ini sebagai anugerah.
Terima kasih
sekali lagi untuk fasilitator terbaik kami di Pendidikan Guru Penggerak ini,
Bapak Muhari, S.Pd., M.Pd. Semoga bapak selalu sehat, bahagia, dan terus
menginspirasi banyak orang terutama guru-guru di Indonesia. Teiring do’a dan
salam untuk Bapak dan keluarga di Surakarta. Semoga suatu saat nanti kita dapat
bertemu langsung. AAMIIN.
Terima kasih juga
untuk para teman-teman seperjuangan khususnya di kelas 37B. Kebersamaan ini
membuat kita saling memahami, menyayangi, dan menguatkan satu sama lain. Tenang…pertemuan
kita belum berakhir karena masih menyisakan 2 kali Pendampingan Individu, 3
kali Lokakarya, dan tugas-tugas di LMS. Semangat..Semangat..Semangat belajar
sepanjang hayat.
Salam dan Bahagia..
*Artikel ini juga telah
tayang di : https://www.kompasiana.com/lisasya/636e73ab4addee614c726782/makna-r-dalam-merrdeka?page=2&page_images=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar