Jurnal Refleksi
Ke-10 (Minggu ke-20) pada Pendidikan Guru Penggerak tentang Modul 3.3
Pengelolaan Program yang Berdampak Positif Kepada Murid.
Tiba akhirnya
pada penghunjung jurnal refleksi di minggu ke-20 Pendidikan Guru Penggerak ini.
Sedikit flashback, beberapa jurnal refleksi pada modul-modul terakhir
melewati waktu yang ditentukan dalam jadwal LMS, namun ini tidak terlepas dari
pertimbangan saya untuk menyelesaikan alur MERRDEKA sampai bagian Aksi nyata.
Sehingga jurnal refleksi saya tulis ketika satu modul penuh telah diselesaikan
agar semua yang dikerjakan dalam alur MERRDEKA dapat diceritakan dalam
rangkaian yang utuh.
Tidak ada model khusus dalam jurnal
refleksi pada modul terakhir ini karena saya ingin menceritakan secara menyeluruh
bagaimana hingga akhirnya program Operasi Semut ini menjadi pilihan bersama
dari warga sekolah.
Program operasi semut sebenarnya adalah program awal saya ketika pertama kali dipindah tugaskan di UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat bulan Mei 2022 lalu. Adapun kegiatan dalam operasi semut ini lebih berfokus kepada kebersihan lingkungan bersama para murid karena keprihatinan saya terhadap lingkungan sekolah yang setiap harinya penuh dengan sampah terutama sampah an-organik. Tidak tersedianya tempat sampah yang memadai dan TPS (Tempat Pembuangan Sampah) di sekolah menyebabkan sampah tidak punya tempat penampungan akhir, ditambah kebiasaan para murid setelah mengkonsumsi makanan dari kantin yang menghasilkan sampah plastik menyebabkan susahnya mengendalikan banyaknya sampah. Berangkat dari menjaga kebersihan sekolah dari sampah plastik inilah, asal mula operasi semut.
Setelah melalui proses observasi dan
evaluasi selama satu bulan, awal semester ganjil di tahun pelajaran 2022/2023 saya
mulai menerapkan cinta kebersihan dalam kelas yang saya ampuh, yaitu kelas 3.
Kesepakatan kelas yang dibuat bersama anak-anak kelas 3 dengan dua poin yang
mendukung sekolah ramah lingkungan, yaitu menjaga kebersihan dan bawa bekal
dari rumah menjadi awal dari wujud nyata program sekolah yang ramah lingkungan.
Setelah beberapa bulan terlaksana di kelas 3, akhir Oktober lalu mulailah
Operasi Semut merambah ke lingkungan yang lebih luas dari kelas, yaitu sekolah.
Pertemuan bersama kepala sekolah
dan rekan sejawat mendiskusikan aset/potensi sekolah menjadi awal saya dalam
mengidentifikasi harapan dari rekan-rekan sejawat dalam kebersihan dengan
meminimalisir sampah yang ada di sekolah. Kemudian berlanjut pada pertemuan
bersama ketua dan pengurus Komite sekolah yang mewakili PULAS (Paguyuban Kelas)
dalam rapat rutin setiap bulannya. Pertemuan di awal bulan November lalu,
menjadi momen saya untuk menanyakan pendapat/pandangan orangtua tentang kondisi
lingkungan sekolah yang lebih bersih dan membuat kegiatan-kegiatan sekolah yang
ramah lingkungan. Dalam pertemuan ini, ketua dan pengurus Komite sekolah
sepakat untuk membangun TPS (Tempat Pembuangan Sampah) di sekolah dengan uang
yang terkumpul dari kegiatan Jum’at Amal. Mengingat jumlah uang yang terkumpul
dalam kegiatan Jum’at Amal terbaras, mereka pun bersedia secara swadaya
membangun TPS di sekolah untuk menekan penggunaan uang jika harus dikerjakan
oleh tukang bangunan. Masyaallah…
Dialog bersama murid menjadi bagian
penting karena merekalah objek terpenting dari perencanaan dan pelaksanaan
program sekolah. Saya melakukan tanya jawab baik secara individu atau kelompok
kecil dengan murid kelas 1 sampai kelas 3 mengenai kegiatan mereka yang
mempresentasikan sekolah ramah lingkungan. Saya juga melakukan dialog terbuka
bersama perwakilan murid kelas 4 sampai kelas 5 dan diskusi bersama murid di
kelas 5 juga bersama guru kelasnya membahas tentang sekolah yang ramah
lingkungan.
Hal menarik yang saya dapatkan
ketika dialog bersama murid bahwa selama ini kebersihan lingkungan yang mereka
lakukan hanya berfokus pada membersihkan sampah di kelas dan lingkungan
sekitarnya. Kegiatan yang bersifat meminimalisir jumlah sampah tidak pernah
dilakukan oleh mereka. Bahkan beberapa murid berharap ada kegiatan sekolah yang
mendukung agar berkurangnya sampah di sekolah. Aspek suara dan pilihan para
murid ini melahirkan sebuah program sekolah yang berdampak positif kepada
murid. Walaupun nama operasi semut sendiri bukanlah berasal dari mereka
sendiri, namun inspirasi dari nama program ini kenyataannya terinpirasi dari
kegiatan gotong royong yang sering mereka lakukan dalam membersihkan lingkungan
sekolah.
Suara dan pilihan murid membawa
saya bersama mereka mendesain kegiatan-kegiatan dalam program operasi semut,
banyak diantaranya yang telah dilakukan di kelas 3. Mulai dari membuat kesepakatan kelas yang salah satu
poin mendukung kebersihan lingkungan sekolah, satu hari dalam seminggu bebas
dari sampah plastik (Hari Bebas Plastik/HBS) dengan membawa bekal bersama
(Rakel/Rabu nge-beKel), dan kegiatan lainnya yang menjadi ide/gagasan (suara)
dari mereka.
Setelah program
ini di desain bersama warga sekolah khususnya para murid, bagian selanjutnya
adalah mulai menerapkan di lingkungan sekolah. Ada beberapa kegiatan yang telah
dimulai dan ada beberapa juga yang akan dimulai pada awal semester genap
Januari 2023 nanti.
Semoga dengan
adanya program ini dapat mewujudkan sekolah yang ramah lingkungan dan menjadi
bagian dari kepemimpinan murid sebagai bentuk nyata program positif yang
berdampak bagi mereka.
Mari semua warga
33 MB..lanjutkan Program Operasi Semut yang telah didesain bersama para
anak-anak hebat 33 MB. Maknai proses ini sebagai bagian dari sejarah pada zaman
kalian nantinya. Semangat….
Semoga jurnal
refleksi ini bermanfaat untuk para pembaca.
Semangat untuk terus belajar dan
salam bahagia untuk kita semua..
-------------------------------------Bangka,
03 Desember 2022-----------------------------------
Penulis : Lisa, S.Pd., (Guru
kelas di UPTD SD Negeri 33 Mendo Barat / Calon Guru Penggerak Angkatan 5
Kabupaten Bangka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar